Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Menanti Penjaringan Guru Hebat

Ahmad Hidayat, Guru SD di Kabupaten Bogor, Jawa Barat
18/11/2020 22:00
 Menanti Penjaringan Guru Hebat
Ahmad Hidayat(Dok pribadi)

GURU adalah kunci kualitas pendidikan sebuah bangsa. Guru juga merupakan profesi yang dapat membangkitkan sebuah bangsa yang sedang terpuruk. Sebuah pembelajaran sejarah pernah terjadi saat Nagasaki dan Hiroshima luluh lantak oleh ledakan bom atom. 

Kaisar Hirohito langsung mengumpulkan semua jendral yang masih hidup, dan menanyakan kepada mereka, “Berapa jumlah guru yang tersisa?” Pertanyaan tersebut tentu membuat bingung semua jendral. Saat itu, Kaisar Hirohito berpikir jauh ke depan. Sampai hari ini, profesi guru di Jepang sangat dihormati, mereka menyebutnya sensei yang berarti kehormatan.
 
Kepedulian dan memahami peran strategis profesi guru membuat Jepang terus melakukan evaluasi dalam meningkatkan kualitas guru-guru mereka. Berkat kondisi tersebut, saat ini negeri matahari terbit itu menjadi salah satu negara dengan pendidikan terbaik dunia. Pernyataan tersebut berdasarkan penelitian yang dilakukan lembaga The Social Progress Imperative, yang menempatkan Jepang di posisi kedua tentang tingkat pendidikan dasar di seluruh dunia, yang tersaji dalam indeks kemajuan sosial pada 2017.

Ho Chi Minh yang merupakan bapak bangsa Vietnam mengatakan bahwa, "No teacher no education, no education no economic and social development.” Artinya, tanpa guru tak ada pendidikan, dan tanpa pendidikan tidak ada perkembangan ekonomi dan sosial. Pernyataan tersebut secara tersirat mengungkapkan bahwa guru memiliki peran penting dalam kemajuan pendidikan dan kemajuan suatu bangsa.

Pendidikan dan peningkatan kualiatas guru terus ditingkatkan oleh Vietnam. Bahkan alokasi dana pendidikan di Vietnam menyentuh angka 20% atau sama dengan negara kita. Namun hebatnya, kualitas pendidikan Vietnam mampu melampaui Indonesia berdasarkan data World Bank 2017.

Peringatan Hari Guru Nasional setiap 25 November, dalam masa pandemi ini tentu harus menjadi momentum bagi pemangku kebijakan dan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Terlebih khususnya mereka yang bergerak dalam dunia pendidikan untuk berpikir lebih keras lagi dan berjuang lebih kuat lagi dalam menghadapi tantangan yang begitu besar. 

Salah satu hal yang harus dipikirkan adalah cara meningkatkan kualitas guru sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Program yang ditawarkan penulis adalah program penjaringan guru hebat. Program ini terdiri dari tiga fase pelaksanaan; pertama, dimulai saat perguruan tinggi menerima mahasiswa calon guru. Penulis menyebutnya fase pra-guru.

Membaiknya perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan guru dengan mengalokasikan dana pendidikan yang cukup besar membuat masyarakat antusias untuk memasukan anaknya ke fakultas keguruan atau fakultas tarbiyah. Fenomena tersebut sudah terjadi beberapa tahun ini. Berdasarkan data yang diambil dari sumberdaya.ristekdikti.com pada 2017 menyebutkan dari 1,5 juta mahasiswa Indonesia diperkirakan lulusan sarjana kependidikan sekitar 300 ribu mahasiswa per tahun. Sementara kebutuhan guru hanya sekitar 40 ribu orang per tahun. Artinya terjadi over supply yang cukup serius.

Pada fase pra-guru ini, seharusnya pemerintah menetapkan standardisasi yang jelas bagi calon mahasiswa keguruan. Standar tersebut kemudian menjadi panduan bagi perguruan tinggi terpilih untuk menentukan calon mahasiswa keguruan yang berkualitas. Saat ini banyak universitas atau sekolah tinggi yang menerima mahasiswa keguruan dengan begitu mudah. Sementara untuk calon profesi seperti kedokteran, polisi, TNI, bahkan sekolah vokasi lain memiliki persyaratan yang cukup rumit dengan tingkat intelegensi dan standar fisik tinggi. Kita perlu belajar dari Finlandia tentang istimewanya mahasiswa keguruan di sana.

Setelah itu, mahasiswa yang sudah terpilih benar-benar dibina dengan baik. Berikan teori pengetahuan yang baru, yang sesuai dengan proyeksi pendidikan abad 21. Dosen-dosen yang mengajar pun tidak boleh sembarangan, karena dari merekalah mahasiswa-mahasiwa belajar menjadi seorang guru yang penuh talenta, penuh tata krama dan penuh pengetahuan. Jika dari penjaringan mahasiswa sudah baik, output yang dihasilkan pun akan baik. Apabila sudah demikian, fase selanjutnya adalah saat menjadi guru. Penulis menyebutnya fase pascaguru.

Fase ini adalah fase yang paling menentukan dalam suksesi peningkatan kualitas guru. Pada fase ini, guru diberikan pelatihan secara rutin sebagai cara agar mereka terus belajar. Pelatihan pertama terfokus untuk kepentingan siswa. Guru harus benar-benar diawasi ketika mendidik siswa dalam tugas-tugas pertamanya oleh instansi berwenang. Mereka juga diberikan arahan tentang membangun karakter siswa secara utuh (knowing character, feeling character and action character). Baru setelah mereka benar-benar siap, biarkan guru merdeka dalam mengajar, juga dalam belajar.

Pelatihan selanjutnya adalah softskill atau pelatihan penggunaan teknologi dalam pembelajaran. Tentu saja ke depan kita berharap bahwa tidak ada lagi guru yang gagap teknologi. Banyaknya evaluasi kegiatan belajar mengajar daring saat pandemi ini harus menjadi contoh agar tidak terulang di kemudian hari. 

Kedua, pelatihan menulis (karya ilmiah, lesson plan, buku ajar, ataupun karya-karya fiksi). Pelatihan ini sangat penting untuk menciptakan guru yang kreatif dalam berliterasi dan menuangkan gagasannya. Ketiga, pelatihan menjadi pembicara dan pendengar yang baik (diskusi, seminar ataupun presentasi) sebagai bentuk mencerdaskan dan membuka wawasan serta sarana untuk berbagi pengetahuan. 

Fase terakhir adalah fase ketika guru sudah pensiun. Penulis menyebutnya dengan fase purna guru. Pada fase ini guru-guru yang sudah pensiun diberi kesempatan untuk berbagi kepada guru-guru muda, sebagai pembelajaran dan sebagai bahan evaluasi. Bukankah pengalaman adalah guru terbaik? Ya walaupun setiap zaman beda cara menyelesaikan masalah tapi selalu ada nilai positif yang dihasilkan dari guru-guru yang sudah memiliki pengalaman puluhan tahun. 

Demikianlah program penjaringan guru hebat. Tentu tidak ada yang instan untuk sebuah perubahan besar, begitupun dalam dunia pendidikan. Memulai dari nol lalu melesat, atau berdiam diri seperti ini tapi jalan di tempat. Jaya selalu pendidikan Indonesia. 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik