Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
SETIAP Rabiul Awal kaum muslimin memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Pada momentum ini selain mengenal kepribadian beliau, juga mengenal lembaga pendidikan pada masa Nabi SAW yang menjadi sarana pendidikan untuk para sahabatnya.
Pada masa itu terdapat lembaga sebagai pusat pendidikan. Lembaga tersebut belum seperti lembaga pendidikan formal saat ini, namun memiliki andil besar dalam memajukan pendidikan pada masa itu.
Hal ini terlihat dari kemampuan sahabat nabi yang luar biasa. Misalnya, Umar bin Khattab sebagai ahli hukum dan pemerintahan; Abu Hurairah sebagai ahli hadis, Salman al-Farisi sebagai ahli perbandingan agama Majusi, Nasrani, dan Islam; dan Ali bin Abi Thalib sebagai ahli hukum dan tafsir Alquran.
Lembaga pendidikan pada masa Nabi SAW itu, pertama, Dar al-Arqam. Rumah al-Arqam bin Abi al-Arqam al-Makhzumi merupakan tempat pertama berkumpulnya para sahabat nabi untuk belajar Islam. Rumah tersebut sebagai lembaga pendidikan Islam pertama dengan pendidik pertama dan utamanya Nabi SAW sendiri. Beliau mengajarkan wahyu yang diterimanya kepada para sahabatnya.
Nabi membimbing sahabatnya untuk menghafal, menghayati dan mengamalkan ayat suci yang diturunkan. Di antara murid Nabi itu ialah Khadijah binti Khuwailid (istri Nabi), Ali bin Abi Thalib (anak paman Nabi), Zaid bin Haritsah (budak Nabi yang kemudian menjadi anak angkatnya), Abu Bakar As-Shidiq (sahabat dekat Nabi). Melalui Abu Bakar, banyak orang yang memeluk Islam dan ikut dalam pendidikan Nabi SAW, di antaranya Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqash, Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah, Abu Ubaidillah bin Jarrah, Arqam bin Abil Arqam, dan Fathimah bin Khaththab beserta suaminya Said bin Zaid.
Pada saat itu para sahabat yang mendapatkan gemblengan secara langsung di lembaga pendidikan (al-Arqam) berjumlah 38 orang, terdiri dari golongan bangsawan, pedagang, dan hamba sahaya. Pemilihan rumah al-Arqam sebagai pusat pendidikan, setidaknya ada beberapa alasan, sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Munir al-Ghadban dalam kitabnya Manhaj Haraki dalam Sirah Nabi SAW; yaitu karena al-Arqam tidak diketahui keislamannya; al-Arqam berasal dari Bani Makhzum yang merupakan musuh bebuyutan Bani Hasyim; dan al-Arqam pada waktu masuk Islam masih muda, 16 tahun. Sehingga, tatkala orang Quraisy mencari tempat pembinaan tersebut, tidak pernah terfikirkan oleh mereka untuk mencarinya di rumah seorang anak yang masih muda belia.
Kedua, Kuttab. Lembaga pendidikan Kuttab didirikan oleh bangsa Arab sebelum datangnya Islam, bertujuan memberikan pendidikan kepada anak-anak. Namun, lembaga pendidikan ini tidak mendapat perhatian dari masyarakat Arab, terbukti muridnya pada saat itu hanya 17 orang. Nabi SAW pernah memerintahkan para tawanan perang Badar yang mampu baca tulis untuk mengajar 10 anak-anak sebagai syarat membebaskan diri dari tawanan.
Di Kuttab, pada awalnya pendidikan lebih difokuskan pada materi baca-tulis sastra, syair arab, dan pembelajaran berhitung. Setelah Islam datang materinya ditambah dengan materi baca-tulis Alquran dan memahami hukum-hukum Islam. Adapun guru yang mengajar di Kuttab adalah orang-orang non-Islam (Kamaruzzaman dalam Pola Pendidikan Islam pada Periode Rasulullah Mekkah dan Madinah).
Ketiga, Masjid. Secara harfiah, masjid adalah tempat untuk bersujud. Dalam arti terminologi, masjid diartikan sebagai tempat khusus untuk melakukan aktivitas ibadah dalam arti luas. Masjid Quba menjadi masjid pertama yang dijadikan sebagai lembaga pendidikan Islam oleh Nabi SAW. Masjid, selain berfungsi sebagai tempat ibadah, juga sebagai tempat penyebaran dakwah dan ilmu Islam, menyelesaikan masalah individu dan masyarakat, untuk menerima duta-duta asing, pertemuan pemimpin-pemimpin Islam, tempat bersidang, dan madrasah bagi orang-orang yang ingin menuntut ilmu khususnya tentang ajaran Islam.
Sistem pendidikan yang dilaksanakan di masjid disebut dengan halaqah, di mana para sahabat Nabi SAW duduk mengelilinginya untuk mendengar dan melakukan tanya jawab seputar urusan agama dan kehidupan sehari-hari.
Keempat, Suffah. Suffah merupakan ruang atau bangunan yang bersambung dengan masjid. Suffah dapat dilihat sebagai sebuah sekolah karena kegiatan pengajaran dan pembelajaran dilakukan secara teratur dan sistematik. Misalnya, Masjid Nabawi yang mempunyai suffah yang digunakan untuk majelis ilmu. Lembaga ini juga menjadi semacam asrama bagi para sahabat nabi yang tidak atau belum mempunyai tempat tinggal permanen. Mereka yang tinggal di suffah ini disebut Ahl al-Suffah. Semoga Allah membimbing kaum muslimin agar dapat melanjutkan misi yang telah diemban oleh Nabi SAW, salah satunya dakwah melalui pendidikan Amin.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved