Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

Posisi Guru makin Terbuka

M Furqon Hidayatullah Mantan Dekan FKIP, mantan Direktur Pascasarjana, Ketua Program Studi S-3 Ilmu Olahraga UNS Surakarta
13/7/2020 06:00
Posisi Guru makin Terbuka
(Dok.MI/Duta)

DENGAN adanya pandemi coronavirus disease (covid-19), berbagai sistem danelemen kehidupan berubah dan bergeser tanpa kecuali, termasuk dunia pendidikan, khususnya penyelenggaraan pembelajaran. Belajar dari rumah (learn from home) merupakan upaya siswa tetap terus belajar, tetapi tetap melaksanakan protokol kesehatan, baik social distancing maupun physical distancing.

Semua dilakukan demi menghindari kontak fi sik dan kerumunan orang yang diyakini sebagai penyebab utama penyebaran covid-19. Di tengah pandemi covid-19, semua sekolah meliburkan para siswanya. Seluruh aktivitas belajar dilakukan di rumah menggunakan distance learning atau pembelajaran jarak jauh (PJJ) melalui media yang berbasiskan teknologi informasi (information technology).

Ada yang menggunakan Google Classroom, Zoom Cloud Meeting, dan lain-lain. Penyelenggaraan pendidikan dengan penggunaan media bukan berarti tanpa masalah, melainkan kenyataan baik dari sisi guru maupun siswa menemui kendala, seperti belum adanya jaringan internet dan ditemukan sebagian guru yang gagap teknologi.

Sebaliknya, learn from home juga menjadi pekerjaan dan sekaligus persoalan baru bagi orangtua. Selama ini, aktivitas belajar dari anak hampir seluruhnya diserahkan ke sekolah. Orangtua seakan pasrah tentang pendidikan anak ke sekolah. Orangtua seolah terbebas dari kewajiban tentang aktivitas belajar anaknya. Akan tetapi, saat ini semua itu telah berubah.

Dengan covid-19 membuat orangtua suka atau tidak suka harus peduli dan terlibat aktivitas belajar anaknya. Berbagai kendala kini dihadapi orangtua, dari merasa terbebani pekerjaan baru di rumah hingga mendampingi aktivitas belajar yang merasa bukan bidangnya.

Guru semakin terbuka Dalam masa pandemi covid-19, kompetensi sosial, khususnya yang berkaitan dengan hubungan antara guru dan orangtua/wali peserta didik, menjadi sangat dibutuhkan.

Pada saat persoalan belajar yang dihadapi orangtua muncul dalam mendampingi anak di rumah, tentu alamat utama diarahkan kepada guru. Oleh karena itu, kerja sama dan sinergi antara guru dan orangtua dalam mendidik anak semakin penting.

Dalam konteks ini, aktivitas belajar anak dapat dinyatakan sebagai masalah bersama guru dan orangtua. Keterpaduan antara keduanya harus dirumuskan dan ditemukan formula yang jelas. Satu hal yang sangat mendasar dalam menyikapi aktivitas belajar anak ialah adanya satu kesamaan visi. Pihak sekolah harus bisa membangun hubungan dan kerja sama yang harmonis dengan orangtua siswa. Banyaknya tugas dari tiap-tiap guru menyebabkan anak terlalu berat tugas yang harus diselesaikan dan ini contoh lemahnya koordinasi sekolah.

Tidak berlebihan jika hubungan dan keterpaduan guru dan orangtua dinyatakan sebagai sebuah ungkapan yang berbunyi: 'guru juga sebagai orangtua di sekolah, orangtua juga sebagai guru di rumah'. Artinya, ada keterpaduan antara guru dan orangtua dalam mendidik anak dan perlu adanya kesamaan pandangan dalam menyikapi anak. Karena itu, ada kebersamaan dan kerja sama di antara keduanya, serta saling memberikan atau mengomunikasikan kondisi dan perkembangan anak didik.

Bentuk lain kepedulian sekolah terhadap siswa ialah adanya penguatan layanan. Sekolah harus selalu siap memberikan layanan setiap waktu. Dengan kata lain, pendekatan layanan sekolah bukan pendekatan formal yang berpijak pada jam-jam formal atau dinas, melainkan pendekatan layanan di luar waktu sekolah yang bisa dinyatakan sebagai 'layanan 24 jam'. Sekolah, utamanya guru, harus dekat dengan orangtua. Dengan begitu, orangtua mempunyai akses kepada guru (misalnya, lewat Whatsapp) untuk mengomunikasikan kondisi anaknya kepada guru.

Guru berkompetisi Dalam konteks ini, posisi guru semakin terbuka yang dapat diibaratkan seperti 'ikan . hidup di dalam akuarium'.- Siapa pun kini dapat melihat aktivitas atau kinerja dari guru. Sebagai konsekuensinya, guru harus bersiap dan layak dilihat. Di sinilah letak pergeseran posisi guru yang makin terbuka.

Bukan hanya terbatas hubungan antara guru dan murid, melainkan juga menjadi lebih luas lagi, yaitu interaksi dengan orangtua dan masyarakat yang makin nyata.

Makna positif yang dapat dipetik dari filosofi ikan dalam akuarium ialah guruperlu berpenampilan menarik karena akan dilihat siapa pun. Kedua, guru harus menyenangkan siapa pun yang melihat. Oleh karenaitu, supaya guru dapat berpenampilan menarik dan dapat menyenangkan, khususnya bagi siswa dan orangtua, guru harus memiliki kinerja yang baik. Landasan utama kinerja guru ialah penguasaan kompetensi sesuai dengan bidang studinya.

Sebagaimana dinyatakan dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 10 ayat (1) yang berbunyi kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

Kompetensi sosial (dalam penjelasan) UU tersebut dijelaskan bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

Longlife learner

Dalam memasuki era kenormalan baru (new normal), guru sebagai longlife learner yang artinya guru sebagai pembelajar sepanjang hayat. Guru tidak pernah berhenti belajar yang artinya guru tidak boleh berhenti meningkatkan kemampuan dan kompetensi dirinya. Dengan kata lain, guru harus selalu mengembangkan diri. Jika demikian, secara tidak langsung guru telah menjadi pembelajar yang baik dan dapat diteladani murid-muridnya.

Kebiasaan membaca yang kemudian menjadi suatu budaya merupakan perilaku nyata guru sebagai longlife learner. Guru sebagai longlife learner akan berdampak memiliki keluasan dan kedalaman wawasan guru. Wawasan bagi guru tersebut tentunya akan berdampak pada penyikapan dalam menghadapi berbagai persolaan.

Guru sebagai longlife learner biasanya memiliki rasa sensitivitas dan peduli. Persoalan murid merupakan persoalan sekolah yang artinya merupakan persoalan semua elemen sekolah baik unsur tenaga pendidik maupun guru.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya