Headline
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.
KEPALA Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI menyatakan “permodelan yang dilakukan BIN mengenai estimasi jumlah kasus positif virus Corona (Covid-19) hasilnya akan mencapai lebih 100 ribu kasus pada bulan Juli 2020.
Estimasi ini cukup akurat. Akhir April akan mencapai 27.300, akhir Mei 95.451, akhir Juni 105.765 dan akhir Juli 106.287. Sebagai Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Doni mengingatkan bahwa kajian BIN ini tidak akan terjadi “jika kita bisa melakukan langkah-langkah pencegahan agar apa yang diprediksi tidak terjadi’.
Sebagai orang awam, saya takut membacanya, namun sebagai manusia Indonesia yang cinta NKRI saya merasa inilah saatnya kita saling bahu- membahu melakukan pencegahan, agar Covid-19 bisa dicegah sejak sekarang.
Sebagai bangsa Indonesia yang berketuhanan, inilah saatnya seluruh elemen bangsa bergotong royong. Lupakan perbedaan yang ada, mari kita fokus melawan Covid-19 bersama. Gotong royong bisa dimulai dari mana saja. Seperti, menyediakan tempat cuci tangan, bahan pokok/pangan untuk warga maupun untuk mereka yang sedang mengais rejeki. Lalu, menyediakan hand sanitizer, masker dsb sebagai cara kita memulai gotong royong berdasarkan kesadaran hakiki dari sanubari kita.
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sudah diundangkan dan diumumkan oleh Pemerintah RI untuk segera dilaksanakan oleh semua tingkatan pemerintahan pusat maupun daerah. Pemerintah sudah menyiapkan antisipasi dan pembiayaan Rp405,1 triliun untuk bidang kesehatan, perlindungan sosial, program pemulihan ekonomi nasional. Dan, insentif perpajakan-situmulus kredit usaha rakyat.
Semua entitas pemerintahan harus sudah bergerak dan menjalankan tugasnya sesuai tupoksi masing-masing. Bagaimana dengan swasta dan masyarakat? Apakah bisa bersatu untuk bergotong royong mencegah wabah covid-19?
Tulisan ini tidak akan membahas lebih jauh tentang peran pemerintah dan swasta. Tulisan ini lebih fokus membahas peran masyarakat sebagai bagian dari warga negara. Pada tulisan saya sebelumnya “Melawan Covid-19, Membangun Partisipasi Warga Dengan Daur Ulang Wadah Cuci Tangan” disebutkan bahwa sudah saatnya semua elemen bangsa. Terutama, relawan, LSM, swasta dan mereka yang bekerja sebagai pendamping di lembaga pemerintahan mengkampanyekan pola hidup bersih dan sehat untuk menjadi sebuah Gerakan Cuci Tangan (GCT).
Dalam tulisan saya ingin berbagi pengalaman dan ide tambahan dalam rangka melawan Covid-19 yakni Gerakan Membuat Masker Kain Berkantong (GMBB).
Masker kain berkantong
Selain handsanitizer dan wadah cuci tangan yang bisa diproduksi sendiri oleh masyarakat, masker kain juga material yang dapat diproduksi oleh masyarakat. Bahan material dari kain, terutama bahan kaos t-shirt, tisu dapur, kain lap dapur atau bahan lainnya yang tidak terpakai bisa di daur ulang menjadi masker dua lapis.
Menurut Smart Air (smartairfilters.com), bahan masker kain lebih mudah bernafas dibanding masker medis. Masker kain dua lapis cukup baik mencegah serangan virus corona (58-83%), walau tidak sesempurna masker medis yang tingkat pencegahannya mencapai 97%).
Untuk mencapai kesempurnaan, masker kain dua lapis dapat dibuat dengan design kantong. Sehingga, dapat dimasukan lapis ketiga dari bahan tisu yang paling mudah atau bahan non woven fabric yang paling efektif.
Bahan non woven fabric adalah bahan masker medis (surgical mask) yang juga mudah didapat di toko material kain. Non woven fabric biasa dibuat menjadi tas (goody bag) dalam seminar-seminar sebagai wadah seminar kit ataupun tas belanja yang selalu dijual di supermarket besar.
Untuk ekstra lapis dari bahan non woven fabric ini tidak perlu banyak, cukup 3 untuk dipakai berganti-ganti. Jadi kalau kita punya tas seminar kit, kita bisa daur ulang sebagai ekstra lapis masker kain yang berkantong.
Menggerakkan partisipasi warga
Penduduk Indonesia lebih kurang 270 juta orang. Pemerintah selain memesan masker medis, juga memesan masker kain dua lapis (diduga tidak berkantong).
Mengingat masker adalah materi yang efektif mencegah Covid-19, maka kebutuhan masker jika ingin melindungi rakyat tidak bisa hanya didanai oleh pemerintah. Kalkulasinya sederhana, 270 juta x 3 (setiap orang sebaiknya punya minimal 3 karena masker kain bisa dicuci dan sebaiknya harus diganti setiap hari) x Rp 6.000 (harga pasaran Rp 6.500 di luar ongkos kirim) = Rp 4,86 T untuk masker saja.
Memproduksi 810 juta masker apakah mungkin dilakukan dalam waktu 1-2 minggu? Belum lagi soal distribusinya. Dalam mengatasi pencegahan Covid-19 kecepatan juga dibutuhkan.
Jalan terbaik, selain pemerintah memproduksi masker kain melalui perusahaan tekstil dan UKM maupun UMKM adalah dengan menggerakkan partisipasi warga. Untuk menggerakkan partisipasi warga, selain membutuhkan relawan adalah juga memanfaatkan tenaga pendamping yang ada di banyak kementerian.
Sudah saatnya menteri-menteri berkoordinasi bagaimana membangun partisipasi warga melalui tenaga pendamping yang ada, diperkuat dan dibantu oleh LSM dan relawan. Jika ini dapat dilakukan dalam waktu dekat, maka dapat dikatakan pemerintah sudah memberikan rasa aman kepada warganegaranya dengan menyediakan dan menggerakkan masyarakat membuat sendiri masker berkantong secara swadaya.
Jika ini berjalan, pemerintah sudah mendidik warga negaranya untuk bertahan hidup dari serangan Covid-19. Dalam pandangan keagamaan saya sebagai muslim, bertahan hidup dan bermanfaat bagi orang lain adalah jihad. Semoga tulisan ini memberi manfaat bagi kita semua. Mari kita berikhtiar dan berdoa untuk keselamatan bangsa Indonesia.
Para ilmuan baru-baru ini telah menemukan virus corona baru pada kelelawar di Brasil yang memiliki kemiripan dengan virus MERS yang dikenal mematikan.
Hal itu meningkatkan kemungkinan bahwa virus tersebut suatu hari nanti dapat menyebar ke manusia, demikian yang dilaporkan para peneliti Tiongkok.
Pemberian berbagai bansos diperlukan untuk menjaga daya beli masyarakat.
“Saya beserta jajaran anggota DPRD DKI Jakarta turut berduka cita sedalam-dalamnya atas berpulang ke Rahmatullah sahabat, rekan kerja kami Hj. Umi Kulsum."
Para peneliti melengkapi setiap relawan dengan pelacak kontak untuk merekam rute mereka di arena dan melacak jalur aerosol, partikel kecil yang dapat membawa virus.
Mensos Juliari berharap bantuan ini berdampak signifikan terhadap perputaran perekonomian lokal.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved