Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Sedekah Ramean

Mathias S Brahmana Wartawan Media Indonesia
14/1/2019 06:00
Sedekah Ramean
( Relawan Seram (Sedekah Ramean) membagi-bagikan nasi bungkus dan minuman kepada orang tua yang berada di jalanan Kota Tangerang. Setelah membagi makanan dan minuman, anak-anak muda pekerja pabrik itu, mencium tangan sang ibu. (Dok Seram))

BAGI sebagian orang, apa saja yang dilakukan pemerintah bisa salah. Di tahun politik 2019, benar pun dinilai salah. Bangun jalan disebut hambur-hamburkan uang, bagi-bagi sertifikat gratis kepada masyarakat kecil yang memang sangat membutuhkan sebagai pengakuan atas tempat tinggal mereka, pun disebut pencitraan.

Mengapa sebagian orang itu menginginkan masyarakat Indonesia harus terus menderita? Mengapa mereka keberatan masyarakat ditolong, diberdayakan, dan disejahterakan? Biarlah mereka sendiri yang menjawab karena orang-orang itu punya tujuan tertentu, senang melihat warga susah dan susah melihat masyarakat senang.

Berbeda dengan prinsip sekumpulan anak-anak muda di Kota Tangerang, Banten. Mereka jauh dari politik. Tapi apa saja yang mereka lakukan justru meringankan beban orang lain.
Sadar atau tidak, anak-anak bangsa yang masih berusia muda kisaran 20 tahunan tersebut, justru melaksanakan amanat Undang-Undang Dasar 1945, yaitu ikut serta bersama-sama penyelenggara negara mensejahterakan masyarakat.  

Mereka menamakan diri Seram (Sedekah Ramean). Semuanya pekerja pabrik. Meski gaji pas-pasan tapi mereka bersedia menyisihkan 5%-10% untuk orang lain per bulan.
Berdiri 2 September 2017 dipelopori Maxi Miquel, Rion Ardiansyah (Bojes), Agung, Zulfahmi, dan Hermawan.

Setiap kegiatan dinamai langit, yang dalam pengertian mereka menebar kebaikan kepada semesta. Kegiatan Langit 1 dimulai dengan memberi bantuan berupa satu unit <i>sound system<p> kepada sebuah musola di Cimone, Kota Tangerang. Betapa hati mereka tidak terketuk. Ketika sedang menunaikan salat di sana, suara mikropon pecah dan berisik.

Sedekah ramean digalang, ada yang memberi Rp50 ribu dan seterusnya, serta ditambahi dari perusahaan kosmetik tempat mereka bekerja, jadilah satu perangkat <i>sound system<p> yang didonasikan kepada pengurus musola.
Aksi kecil-kecilan Seram mungkin tidak berarti bagi tempat ibadah besar namun untuk sebuah musola di permukiman padat penduduk, betul-betul bermanfaat. Warga yang mendengar azan pun menjadi senang karena suaran mikropon meneduhkan.

Anak-anak muda ini juga bergerak ketika mendengar seorang bapak membutuhkan bantuan biaya operasi. Mereka memposting keberadaan sang bapak ke media sosial. Kalangan pabrik memberikan donasi dan disampaikan kepada keluarga pasien. Sayangnya, pasien itu menghembuskan nafas terakhirnya. “Kami sedih.

Tapi tujuan utama kami ialah meringankan beban ekonomi bapak itu, tapi kalau akhirnya dia meninggal, kita doakan saja supaya berada di tempat yang terbaik,” cetus Ketua Seram, Bojes.

Atap bocor

Seorang nenek tua di Kampung Melayu, Tangerang, yang tinggal sendiri digubuk  mendapat perhatian mereka. Atap bocor disisip dan genteng diganti, dibelikan lemari tempat menyimpan pakaian, sudah membuat nenek tersebut senang bukan kepalang. Menolong tidak mesti dengan uang besar.

Apa yang bisa diberikan akan berarti bagi penerima. Paling tidak beban sesama anak bangsa tersebut diperingan, sebaliknya bagi pemberi tidak merugikan. Begitulah prinsip kerja Seram.
Proyek Langit 4 dengan membagi-bagi nasi bungkus dan minuman kepada abang becak, pengemis, dan pengendara ojek daring.

Janda-janda berumur yang masih menanggung beban biaya anak sekolah menjadi proyek Langit 5. Uang sekolah sudah disubsidi pemerintah lewat BOS namun banyak keluarga masih terkendala biaya hidup. Seram mengirimkan makanan dan pakaian. Ketika tsunami melanda Selat Sunda, sebagian pabrik di Tangerang mengejar Seram agar membuka dompet donasi.

Pabrik-pabrik lantas mengirimkan sembako, pakaian, dan mi instan. Anak-anak muda ini sempat bingung mencari tempat penyimpanan barang karena memang tidak punya sekretariat.  
Akhirnya barang-barang dititip di kamar kontrakan anggota yang kini sudah berjumlah 20 orang. Akhir tahun lalu mereka distribusikan kepada korban yang terdampak bencana di kawasan Pantai Carita, Banten.

Dalam setahun tiga bulan ini, sudah 15 proyek langit yang mereka laksanakan alias 1 kegiatan per bulan. Sedekah ramean bagian dari sifat mulia bangsa Indonesia yang mengedepankan gotong royong dalam menyelesaikan beban sesama. Ketimbang nongkrong tak karuan, anak-anak muda yang 99% masih bujangan itu memilih terjun ke tengah-tengah masyarakat, selepas kerja dari pabrik.       

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya