Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Infrastruktur yang Berkelanjutan

Nirwono Joga Kemitraan Kota Hijau
06/11/2018 07:15
Infrastruktur yang Berkelanjutan
(ANTARA)

INFRASTRUKTUR merupakan salah satu faktor penentu daya saing dan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan infrastruktur bertujuan mewujudkan pemerataan dan keadilan, katalisator pertumbuhan ekonomi, mengurangi kesenjangan antarwilayah, dan meningkatan kualitas hidup masyarakat.

Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-Pera) terus menggenjot pembangunan infrastruktur berupa pembangunan jalan dan jembatan, bendungan, irigasi, sanitasi, air minum, persampahan, dan perumahan. Percepatan pembangunan infrastruktur konektivitas diharapkan mampu meningkatkan daya saing Indonesia dalam World Competitiveness Index.

Untuk itu, Kementerian (PU-Pera) terus mengejar penyelesaian ruas-ruas tol baru di berbagai wilayah. Pembangunan tol yang masif dilakukan bertujuan meningkatkan konektivitas antarwilayah, memperlancar pergerakan orang dan barang, menurunkan biaya logistik, serta meningkatkan daya saing bangsa.

Pemerintah menargetkan pembangunan 1.852 tol baru (pada 2014-2019), yakni 800 kilometer (km) tol beroperasi pada akhir 2018 (443 km di antaranya telah beroperasi).

Panjang Trans Jawa Merak, Banten–Banyuwangi, Jawa Timur 1.150 km. Saat ini seksi IV ruas Pasuruan–Probolinggo sepanjang 185 km dalam proses konstruksi. Untuk ruas Probolinggo–Banyuwangi sedang proses pembebasan lahan.

Panjang ruas-ruas tol baru di Indonesia terus bertambah 332 kilometer (km) (2015-2017) dan 136,1 km (Januari-September 2018). Pada Oktober-Desember 2018, ditargetkan 13 ruas tol baru siap dioperasikan dengan total panjang 473,9 km.

Dengan rincian empat ruas tol sepanjang 42,7 km, yakni ruas Tol Pejagan-Pemalang seksi III dan IV (37,3 km) dan ruas Tol Pemalang-Batang segmen Sewaka-Simpang Susun (SS) Pemalang (5,4 km). Ruas Tol Solo-Ngawi segmen SS Sragen-Ngawi (50,9 km) dan ruas Tol Ciawi-Sukabumi Seksi I Ciawi-Cigombong (15,4 km).

Pada November 2018, dua ruas tol baru siap dioperasikan untuk ruas Tol Pemalang-Batang seksi I dan II (SS Pemalang-Batang) 33,8 km. Ruas Tol Semarang-Solo (72,64 km) seksi IV dan seksi V Salatiga-Kartasura 32,5 km.

Pada Desember 2018, enam ruas Tol Trans Jawa dengan total panjang 165,9 km siap dioperasikan, yakni ruas Tol Batang-Semarang seksi I-V (75 km), ruas Tol Ngawi-Kertosono segmen Wilangan-Kertosono (39,1 km). Lalu, ruas Tol Kertosono-Mojokerto seksi IV (0,9 km), relokasi ruas Tol Porong-Gempol (Porong-Kejapanan) (6,3 km), ruas Tol Gempol-Pasuruan seksi III Pasuruan-Grati (12,2 km). Serta, ruas Tol Pasuruan-Probolinggo seksi I hingga seksi III Grati-Probolinggo Timur (32,4 km).

Pengerjaan Jembatan Kenteng yang memiliki panjang 490 meter dan tinggi 39 meter di ruas Tol Salatiga–Solo di Desa Kenteng, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, akan menawarkan pemandangan lanskap sawah dan hutan yang memukau dari ketinggian jembatan.

Tol Trans Jawa yang tersambung mulai Merak, Banten, hingga Probolinggo, Jawa Timur sepanjang 965 kilometer ditargetkan pada akhir 2018 akan menerapkan sistem transaksi terintegrasi. Pembangunan Trans Jawa memang dilelang per ruas, tetapi pengelolaannya mensyaratkan integrasi antarruas untuk meminimalkan pengguna berhenti untuk bertransaksi. Dengan sistem tertutup, penggunaan cukup bertransaksi pada saat masuk dan keluar tol.
Sistem yang terintegrasi akan mendukung penerapan tol tanpa henti di semua ruas tol.

Mulai program transaksi nontunai, kemudian integrasi sistem di ruas-ruas tol yang telah beroperasi. Untuk keberhasilan progam ini dibutuhkan data pengguna kendaraan dan satu sistem pengelolaan yang bisa diterapkan di seluruh ruas tol agar efektif.

Tol merupakan ruas jalan bebas hambatan (secara teknis), koridor yang membentang pada suatu wilayah perkotaan maupun wilayah regional. Kehadiran infrastruktur tol membawa perubahan lanskap daerah yang dilintasi, seperti bentuk muka tanah, pepohonan, persawahan, perkebunan, hutan, aliran air, udara, dan arah angin.

Tipe-tipe lanskap yang dilintasi Trans Jawa berupa pertanian lahan kering, sawah, hutan tanaman industri, pertanian lahan kering campur semak, hutan lahan kering sekunder, dan tambak. Keseriusan upaya pelestarian potensi alam yang ada di sepanjang tol akan menjamin keberlanjutan lingkungan sekitarnya.

Oleh karena itu, pembangunan tol harus terintegrasi dengan pengembangan kawasan yang dilintasinya. Pemerintah kota/kabupaten yang dilewati Trans Jawa harus mampu menangkap, mengintegrasikan, dan mengoptimalkan potensi kawasan industri, ekonomi khusus, atau destinasi wisata. Sekaligus melindungi kawasan hijaunya. Revisi rencana tata ruang wilayah kota/kabupaten yang dilalui Trans Jawa harus segera dilakukan.

Pada akhirnya, kehadiran Trans Jawa harus memberikan dampak positif terhadap perkembangan ekonomi yang inklusif, meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat, dan tetap terjaga kelestarian lingkungan hidupnya. Keberhasilan percepatan pembangunan Tol Trans Jawa akan semakin manis dinikmati masyarakat saat arus mudik Natal 2018 dan Tahun Baru 2019. Semoga.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya