Headline

Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.

Fokus

Terdapat sejumlah faktor sosiologis yang mendasari aksi tawur.  

Musik dan Sepak Bola

Adiyanto-Wartawan Media Indonesia
18/6/2018 17:39
Musik dan Sepak Bola
Adiyanto(Dok.Pribadi)

SEBELUM melakoni laga pembuka Piala Dunia 2018, para pemain Rusia bersama ribuan suporter, lantang menyanyikan Gimn Rossiyskoy Federatsii, lagu kebangsaan mereka. Gemuruh tepuk tangan penonton, termasuk Presiden Vladimir Putin,  lantas mengiringi perjuangan Alan Yelizbarovich Dzagoev dkk. Hasilnya, mereka sukses melumat Arab Saudi lima gol tanpa balas.

Saya lantas jadi teringat  studi yang diterbitkan dalam European Journal of Sport Science yang diunggah 5 Februari lalu. Di situ dikatakan, tim yang antusias menyanyikan lagu kebangsaan sebelum bertanding, cenderung menuai sukses atau minimal sedikit kebobolan. Studi tersebut dilakukan selama perhelatan Piala Eropa 2016 lalu, terutama pada fase knockout.

Dalam studi yang dipimpin Matthew J Slater itu dikatakan, 'cenderung', bukan berarti mutlak. Mereka cuma melihat ada korelasi antara passion (antusiasme) dalam menyanyikan lagu kebangsaan dengan semangat komunal sebagai sebuah tim.

Craig Pennington, editor fanzine yang keatif dan kurator pameran multimedia The Art of Football yang digelar di Liverpool bertepatan dengan pembukaan Piala Dunia, 15 Juni lalu mengatakan, sepak bola dan musik mengakar dalam tiap tempat dan subkultur.

"Nyanyian komunal pasti memainkan peran dalam membawa membawa sekelompok besar orang bersama," ujarnya, seperti dikutip BBC, pekan lalu. Dia mencontohkan You'll Never Walk Alone, lagu kebanggaan Liverpool, tim asal kota pelabuhan di Inggris yang identik dengan sepak bola dan musik,  yang kerap mengiringi kemanapun si merah bertanding.

Barangkali mirip seperti ritual tarian atau teriakan yang kerap dilakukan sejumlah suku kuno di era prasejarah, sebelum mereka memulai perang. Sekadar pemantik semangat. Perkara mereka menang atau mampus atau babak belur di medan tempur, tergantung mental, strategi, dan persenjataan yang dimiliki.

Oleh karena itu, tentu bukan lantaran para pemain Arab Saudi malas-malasan ketika mengumandangkan lagu kebangsaan mereka, makanya kalah telak dari Rusia. Banyak faktor. Sebab, kalau cuma antusiasme dalam menyanyi, saya kok tidak yakin Timnas Indonesia bisa menang melawan Brasil atau Spanyol, meski Evan Dimas dkk sudah melantunkan Indonesia Raya dengan sekencang-kencangnya sembari berlinang air mata, misalnya. Sebab, secara teknik, fisik, dan (maaf) mungkin intelegensi,  mereka jauh di bawah Tim Samba maupun Tim Matador.

Kembali ke Piala Dunia yang tengah dihelat di Rusia, saya kini jadi tertarik melihat para pemain ketika melantunkan lagu kebangsaan mereka masing-masing sebelum laga. Memang ada yang terlihat bersemangat, tapi tak sedikit pula yang sekadar lips sync alias cuma menggerakkan bibir.  Tentu saja, fokus perhatian ini bukan modal buat saya untuk bertaruh menebak hasil akhir pertandingan. Meski saya pernah menjadi wartawan olahraga, jujur saya bukanlah petaruh yang baik.

Tapi, kalau disuruh menebak lagu apa yang bakal dilantunkan seusai partai penutup alias laga final, saya berani bertaruh We are the Champions milik band Inggris, Queen-lah yang bakal berkumandang dengan gagah di Stadion Luzhniki, Moskow,pada 15 Juli nanti. Siapapun juaranya. (OL-5)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya