Headline
Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan
Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah
LEBARAN tahun ini rupanya membawa 'berkah' buat Rizieq Shihab, tokoh kontroversial yang dinobatkan sebagai imam besar umat oleh organisasi yang dipimpinnya, Front Pembela Islam (FPI).
Pada Idul Fitri hari pertama (Kamis, 15/6) lalu, lewat pengacaranya, Kapitra Ampera, Rizieq disebut mendapatkan 'hadiah' Lebaran setelah polisi mengeluarkan Surat Penghentian Penyidikan Perkara (SP3) kasus dugaan chat porno yang melibatkan Rizieq dan Firza Husein.
Saya sengaja memberikan tanda kutip untuk kata 'berkah' dan 'hadiah', sebab bisa saja suatu saat dua kata akan berubah menjadi 'petaka' jika Rizieq tidak hati-hati, berbohong misalnya.
Pada mulanya kabar bahwa SP3 atas kasus esek-esek yang dituduhkan kepadanya hanya akal-akalan Rizieq dan pengacaranya. Apalagi saat mengumumkan soal SP3 itu, baik Rizieq maupun Kapitra tidak menunjukkan bukti hitam di atas putih SP3-nya.
'Berkah' SP-3 Rizieq pun memunculkan banyak tafsir dan analisis aneka rupa, baik dari sudut pandang hukum, maupun politis. Semuanya sangat spekulatif dan memunculkan teka-teki baru.
Teka-teki yang muncul pertama kali adalah benarkah polisi mengeluarkan SP3? Jika ya, mengapa yang mengumumkan bukan polisi, tetapi pengacara dan si Rizieq sendiri? Apa latar belakang yang mendasari polisi mengeluarkan SP3?
Pertanyaan atau teka-teki benarkah polisi menerbitkan SP3 kasus Rizieq terjawab setelah Karo Penmas Divisi Humas Polri, Brigjen Mohammad Iqbal, mengakui bahwa polisi memang telah mengeluarkan surat 'berkah' Lebaran buat Rizieq.
"Betul penyidik sudah menghentikan kasus itu, bahwa (dihentikannya kasus) ini semua kewenangan penyidik," kata Iqbal sebagaimana diberitakan detikdotcom, Sabtu (16/6).
Iqbal menjelaskan keputusan penyidik untuk menutup kasus chat mesum Rizieq berawal dari adanya surat resmi dari pengacara yang berisi permintaan agar kasus ini dihentikan.
Menanggapi surat tersebut, menurut Iqbal, penyidik melakukan gelar perkara yang berujung pada keputusan dihentikannya perkara. Alasan utama, polisi sampai sekarang belum menemukan siapa yang mengunggah chat seks Rizieq-Firza Husein ke kandang kambing, eh maaf, ke media sosial.
Eng,... ing ... eng, para pemerhati dan 'pakar' Rizieq heboh. Ada yang kontan menyalahkan polisi dan ehm ... Presiden Jokowi. Maklumlah, dalam urusan apa pun di negeri ini, apalagi yang keliru, baik yang sengaja, maupun tidak sengaja, yang ada cuma 'salawi' (semua salah Jokowi).
Para sohib dan pendukung Rizieq pun sorak-sorak bergembira dan menarik napas lega: "Nah, betul, kan? Rizieq itu tidak bersalah. Beliau tidak mungkin melakukan perbuatan tak senonoh seperti yang dituduhkan polisi."
Mereka kemudian mengaitkan kasus itu ke politik. Kemarin ada yang langsung menulis bahwa SP3 keluar membuktikan bahwa Kapolri Tito Karnavian dan Presiden Jokowi telah sengaja melakukan kesalahan menzalimi Rizieq, sehingga keduanya harus mengundurkan diri dari jabatannya.
Ya ampun segampang itukah? Saya sendiri berpendapat kasus yang ditimpakan dan menimpa Rizieq adalah perkara sumir. Ia menjadi besar karena kebetulan Rizieq memimpin sebuah ormas yang kerap membuat ulah.
Kecuali melakukan penghinaan terhadap Pancasila, menistakan agama dan makar, apa yang dituduhkan kepada Rizieq berkait dengan chat mesum adalah perkara kecil dan ini adalah urusan pribadi.
Bahwa kemudian Rizieq mengasingkan diri ke Arab Saudi, saya menduga itu bukan karena kasus chat aduhai, tetapi karena kasus makar yang memang membuat mual perut mayoritas anak negeri pecinta NKRI.
Sejak awal, kasus "kemesraan" antara Rizieq-Firza Husein yang sangat privat itu memang terlalu dipaksakan oleh polisi.
Pasca SP3 Rizieq akhirnya membawa teka-teki baru, mengapa alasan ketidaklengkapan barang bukti kasus chat-chatan itu baru terungkap sekarang setelah setahun Rizieq mengasingkan diri ke Arab Saudi?
Teka-teki berikutnya yang belum terjawab adalah aparat mendapatkan chat mesra antara Rizieq dan Firza dari siapa? Mengapa Firza kemudian dijadikan tersangka meskipun akhirnya ia juga mendapat SP3?
Begitu sulitkah polisi menemukan dan menelusuri barang bukti kasus Rizieq sementara sang "kekasih" ditetapkan atau pernah ditetapkan sebagai tersangka?
Selama chat-chatan tersebut berada di tangan Rizieq dan Firza sebenarnya tidak ada alasan bagi polisi untuk memerkarakan kedua insan ini. Pasalnya kasus "kemesaraan ini jangan cepat berlalu" (jika memang benar) itu bukan ranah publik, tapi rahasia pribadi keduanya.
Yang perlu diusut dan dikejar polisi adalah siapa yang mengunggah video chat-chatan tersebut, sekali lagi jika memang itu benar, sehingga lari tak terkendali di media sosial?
Jika pasca-Lebaran ini, polisi (maaf) tetap o'on tak menemukan pengunggah (ia yang paling layak dihukum), maka saatnya bagi Rizieq untuk balik memerkarakan polisi karena aparat negara ini telah melakukan pencemaran nama baik.
Bayangkan, disangka chat-chatan dengan yang bukan muhrimnya itu sakitnya di sini lho. Saya nggak tahu ketika mengucapkan itu, tangan Rizieq memegang bagian badan yang mana?
Saya sarankan Rizieq jangan ikuti jejak Bang Toyib yang dua kali Lebaran nggak pulang-pulang hanya lantaran polisi sembrono mempermainkan nasib orang di kandang kambing.
Rizieq dan polisi harus segera membereskan persoalan ini. Jika Rizieq tak segera pulang, kelak jika ada tokoh politik di negeri ini yang berbondong-bondong ke Arab Saudi untuk minta restu kepadanya karena ingin mencalonkan diri menjadi presiden, jangan salahkan mereka, tapi salahkan polisi.
Kini saatnya Rizieq memerkarakan polisi. Polisi harus diberi pelajaran agar ke depan hukum jangan dipermainkan. Bayangkan sama-sama dihukum dua tahun, Buni Yani sampai saat ini masih bebas berkeliaran, sementara Ahok yang difitnah Buni Yani langsung masuk penjara.
Sampai sedemikian jauh saya tidak tahu persis Rizieq jujur, pembohong atau pendusta. Tapi karena dia seorang ulama -- apalagi imam besar -- saya berprasangka baik Rizieq pasti menomorsatukan kejujuran. Tidak mungkin ia berbohong, karena anak kecil pun tahu bahwa berbohong adalah dosa.
Saya dan para pendukungnya berharap Rizieq segera pulang dan melaporkan ketidakprofesionalan oknum polisi ke ranah hukum, karena polisi jelas-jelas telah merugikannya lahir dan batin.
Untuk keperluan itu, saksi (Rizieq) pasti akan diperiksa untuk dimintai keterangan guna mencari barang bukti dan kebenaran yang sahih.
Saya tidak tahu, ketika Rizieq diperiksa, apakah polisi diam-diam sudah menemukan sang pengunggah video chat-chatan yang viral itu dan balik bertanya kepada sang imam besar: "Maaf Bapak Rizieq, apakah benar ini video Bapak?"
Semoga yang ditanya jujur menjawab: "Tidaaaaak. Kurang ajar!"(*)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved