Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Lisa atau Lisis setelah Ana?

Redaktur Bahasa Media Indonesia, Dony Tjiptonugroho
25/2/2018 01:00
Lisa atau Lisis setelah Ana?
(MICOM/VICKYG)

ACARA bincang-bincang di sebuah stasiun TV swasta pada Rabu, 21 Februari 2018 sekitar pukul 09.00 WIB itu menarik bagi saya, menampilkan penyanyi pop era 1990-an hingga 2000-an Hedi Yunus. Pembawa acara bincang-bincang itu, Sarah Sechan, menghidupkan suasana dengan pertanyaan-pertanyaan yang kerap membuat Hedi terkekeh-kekeh.

Tiba-tiba rekan si pembawa acara, Mumuk Gomez, bereaksi atas dialog antara Sarah dan Hedi. Mumuk seingat saya mengatakan sesuatu yang dimulai dengan, “Kalau aku analisis...” dan Sarah langsung menukas, “Analisa.”

Mumuk terhenti sejenak lalu meng­ulang kalimatnya dengan kata analisa. Ia merujuk artikel dari sebuah situs internet tentang jangan menikahi wanita yang selalu merasa cantik yang dipampangkan di belakang mereka bertiga sebagai latar belakang. Ia membaca inti artikel itu lalu berujar dimulai dengan, “Kalau aku analisis...” lagi dan Sarah langsung menukas lagi, “Analisa. Mau analisa, tapi analisis.”

Seperti tadi juga, Mumuk terhenti sejenak lalu mengulang kalimatnya dengan kata analisa. Oh, tidak, saya membatin bereaksi atas dialog antara Sarah dan Mumuk. Sependek yang saya tahu, Mumuk sudah tepat menggunakan kata analisis.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pusat Bahasa Edisi V, kata yang dianggap baku dalam bahasa Indonesia ialah analisis, bukan analisa. Kata analisis ialah kata benda yang maknanya terkait dengan penyelidikan, penguraian, penjabaran, dan pemecahan persoalan. Kata kerja turunannya ialah menganalisis. Namun, jamak juga orang menggunakan lema dasar analisis saja sebagai kata kerja.

Kata analisis diserap dari kata analysis dalam bahasa Inggris. Verba yang terkait dengannya ialah analyze (Amerika) atau analyse (Britania). Bahasa Belanda menggunakan ejaan analyse, baik untuk kata benda maupun kata kerja. Menyerap analysis menjadi analisis tentu wajar. Lantas kenapa muncul analisa? Apakah itu dianggap serapan yang pas dari analyze/analyse?

Ya, ada golongan yang membedakan analisis dan analisa berdasarkan asal kata yang diserap, sebagai kata benda dan kata kerja. Verba itu analisa dan menganalisa. Kata meng­analisis bisa dikategorikan verba, tetapi maknanya bukan ‘melakukan analisis’ seperti tertera dalam KBBI, melainkan ‘menjadi analisis’.

Saya pun teringat pada kasus serupa, yakni diagnosis dan diagnosa. Yang dianggap KBBI sebagai bentuk baku ialah diagnosis. Kata diagnosis diserap dari kata diagnosis dalam bahasa Inggris. Verba yang terkait dengannya ialah diagnose. Ada pula sintesis (synthesis) dengan sintesa dan tesis (thesis) dengan tesa.

Bagaimana pula dengan organisasi yang diserap dari organisation/organization? Kata kerjanya meng­organisasi. Namun, verba dalam bahasa Inggris-nya ialah organize/organise. Kalau golongan diagnosa hendak konsisten, mereka seharusnya memunculkan mengorganisa, tetapi tidak, kan?

KBBI hingga saat ini masih menjadi acuan dan seharusnya dijunjung dengan tetap kritis untuk memperkaya khazanah bahasa Indonesia.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya