Headline

Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.

Fokus

Terdapat sejumlah faktor sosiologis yang mendasari aksi tawur.  

Suhu Politik Tentukan Masa Depan Barcelona

Asni Harismi
26/9/2015 00:00
Suhu Politik Tentukan Masa Depan Barcelona
(AP)
TERIAKAN 'Kemerdekaan, Kemerdekaan' bukanlah suara aneh yang bisa didengar jelas di Nou Camp. Sudah sejak lama, markas FC Barcelona itu dijadikan sebagai panggung penyaluran aspirasi bagi para pejuang kemerdekaan yang menginginkan Catalonia memisahkan diri dari Spanyol. Bukan kali pertama juga bahwa masyarakat di kota terbesar kedua Spanyol itu ingin segera mengadakan referendum. Pemerintah Spanyol terus menolak.

Namun, pada Minggu (27/9) ini, keinginan para pendukung kemerdekaan bisa terkabul dalam pemilihan umum. Normalnya, hajatan politik itu hanya akan menjadi pemilihan anggota parlemen regional. Namun, Presiden Catalonia Artur Mas mengatakan jika partai separatis memenangi pemilu ini, itu cukup menjadi sinyal pemisahan diri dari Spanyol. Jajak pendapat tiga surat kabar Spanyol, El Pais, La Vanguardia, dan ABC menyatakan barisan terdepan pengusung kemerdekaan Junts pel Si (Together For Yes) menang 41% suara.

Jika itu menjadi kenyataan, Catalonia akan benar-benar memisahkan diri dalam 18 bulan kemudian. Bagi para pecinta sepak bola, riak politik itu akan berdampak besar ke panggung La Liga, Eropa, bahkan dunia. FC Barcelona yang bermarkas di Ibu Kota Catalonia dipastikan berpisah dari liga teratas Spanyol, yang juga berarti pemisahan diri Liga Champions Eropa. Level tim nasional juga akan sangat terpengaruh dengan situasi politik. La Furia Roja dipastikan kehilangan para punggawa, semisal Gerard Pique, Jordi Alba, dan Sergio Busquets (Barcelona), Martin Montoya (Inter Milan), Ibai Gomez (Athletic Bilbao), Gerard Deulofeu (Sevilla), dan Jonathan Soriano (Red Bulls Salzburg).

Ikon separatis
Pique dikenal sebagai sosok yang vokal dalam menyuarakan pandangan politiknya yang mendukung gerakan separatis. Ia bahkan mengeluarkan ekspresi itu dengan mengangkat bendera Catalonia saat berseragam timnas Spanyol lalu sehingga mendapat cibiran dari publik Spanyol. Suara kemerdekaan juga datang dari eks pelatih Barcelona Pep Guardiola. Bukan lagi gestur, juru taktik yang pernah mempersembahkan enam trofi dalam satu tahun itu bahkan terang-terangan mengeluarkan pernyataan dukungan pemisahan diri.

"Jika ada negara Catalonia, saya akan memilih bermain untuk timnas Catalonia (daripada Spanyol)," ujar Pep seperti dikutip oleh Bleacher Report. Barcelona memang dikenal sebagai simbol independensi kota yang juga dihuni Espanyol tersebut. Dua pernyataan sikap yang lantang itu pun menambah kuat keinginan banyak masyarakat Catalonia untuk memilih Junts pel Si, akhir pekan nanti. Meskipun demikian, Presiden Blaugrana Josep Maria Bartomeu memosisikan klubnya sebagai pihak netral di pemilu ini.

Meski mereka merupakan ikon Catalonia, Barca juga memiliki jutaan fan di seluruh dunia yang berharap mereka tetap eksis di jagat kulit bundar. "Kami tidak ikut terlibat di kampanye, Barcelona tetap akan menjadi pihak yang netral dalam situasi ini," ujarnya kepada Marca. Nakhoda kepala Azulgrana Luis Enrique juga dengan tegas tak ingin mencampuradukkan urusan politik itu dengan sepak bola.

Pria yang pernah mengembara ke Roma itu secara gamblang menyatakan dirinya bahkan tak berminat terhadap politik alias apolitis. "Khawatir tentang efek pemilu Catalonia kepada Barcelona? Saya sih apolitis," ujarnya. Pernyataan itu bak bertolak belakang dengan sinyal yang menyeruak di Nou Camp. Di setiap laga, perwakilan gerakan separatis ini selalu meneriakkan 'Kemerdekaan! Kemerdekaan!' di menit ke-17, bahkan dalam beberapa pekan terakhir mereka menempati tengah tribune untuk membentangkan spanduk atau bendera Catalonia. Slogan Barca yang berbunyi 'Lebih dari sekadar Klub' (Mes que Un Club) juga merepresentasikan bahwa mereka ialah garda terdepan gerakan ini. Lionel Messi dkk juga beberapa kali terlihat mengenakan jersey warna merah-kuning yang merupakan bendera Catalonia. Bahkan, logo klub di dada pun melambangkan bendera Catalonia.

Kekacauan besar
Masa depan Barcelona berada di ujung tanduk jika referendum jadi dilaksanakan. Presiden La Liga Javier Tebas sudah menyatakan bakal mendepak pemegang gelar juara liga sebanyak 23 kali tersebut. Keputusan tersebut tentu saja bisa menimbulkan kekacauan luar biasa bagi sepak bola Spanyol, khususnya La Liga itu sendiri. Tidak akan ada lagi partai el Clasico kontra Real Madrid yang bakal menimbulkan efek domino dari segi olahraga hingga ekonomi. Tak ada Barca berarti dominasi Real Madrid di La Liga tak mungkin terbendung.

Mereka bisa menjuarai setiap musim kompetisi tanpa kesulitan mengingat Barca-Madrid merupakan duopoli yang memenangi sembilan dari sepuluh gelar La Liga terakhir. Musnahnya el Clasico juga berarti sirnanya ratusan juta euro pendapatan dari hak siar televisi. Pemasukan itu bukan hanya akan memberikan kerugian pada liga secara keseluruhan, melainkan juga bagi Los Merengues. "Barcelona dan Real Madrid memiliki keterkaitan satu sama lain di kompetisi sehingga absennya Barca akan berpengaruh juga pada Madrid. Televisi pun akan meminta kesepakatan baru karena La Liga akan tidak bernilai jika dibandingkan dengan liga-liga lainnya di dunia," ujar pakar ekonomi John Vrooman.

Bagi Barcelona, memisahkan diri dari Spanyol akan berdampak besar bagi sisi kompetitif mereka. 'El Barca' hanya akan bermain di liga Catalonia dengan Espanyol, klub yang mereka bantai 5-1 musim lalu, sebagai saingan terberat di luar klub-klub kecil lainnya. Pun di level Eropa, posisi Catalonia yang belum diakui UEFA tidak memungkinkan mereka menapaki Liga Champions. Ini tentu bukan kenyataan manis bagi tim yang mampu mengangkat empat kuping besar dalam kurun satu dekade terakhir.

Di level tim nasional, para pemain kelahiran Catalonia punya opsi sekali seumur hidup, yaitu tetap berseragam La Furia Roja atau pindah ke tanah kelahiran mereka seterusnya. Nasib ini mirip dengan negara-negara pecahan Uni Soviet sebelumnya. Ini juga bukan situasi yang menyenangkan bagi timnas Spanyol karena sebagian punggawa mereka ialah aset Catalonia. Bahkan, legenda sepak bola Prancis Eric Cantona menegaskan timnas Catalonia merupakan pemenang sejati ketika Spanyol mengangkat Piala Dunia 2010.

"Spanyol tidak memenangi Piala Dunia, Catalonia yang menang," sindirnya. Ucapan Cantona bisa dimengerti karena ketika itu bintang-bintang Catalonia menjadi kunci kesuksesan Spanyol. Sebut saja Gerard Pique, Xavi Hernandez, Carles Puyol, Sergio Busquets, Jordi Alba, dan Cesc Fabregas yang nyaris selalu menjadi starter. Jika mereka menyatakan loyalitas plus Pep mau menjadi pelatih, timnas Catalonia bukanlah sembarang negara yang baru merdeka. Hanya, mengurus segala keperluan untuk menjadi peserta Piala Dunia tidak akan berjalan semudah membalikkan telapak tangan.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya