Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Menpora Akan Luncurkan DBON Pada Peringatan Haornas ke-38

Ilham Ananditya
01/9/2021 19:06
Menpora Akan Luncurkan DBON Pada Peringatan Haornas ke-38
Menpora Zainudin Amali(MI/M. irfan)

MENTERI Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali rencananya akan mulai menjalankan program-program dalam Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) bertepatan dengan Hari Olahraga Nasional (Haornas) ke-38 pada 9 September mendatang. 

Pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga telah menyelesaikan DBON guna peningkatan prestasi olahraga nasional di kancah dunia. Termasuk meningkatkan kebugaran supaya mendapat talenta.

Walaupun DBON belum berjalan, tapi Kemenpora sudah membuat target.

Sebab pada 9 September 2020 lalu, Presiden Joko Widodo menyampaikan arahan dan perintah mengenai kajian total terhadap ekosistem pembinaan prestasi olahraga nasional. Oleh karena itu Menpora melakukan diskusi bersama stakeholder terkait termasuk akademisi, praktisi, dan pakar untuk menyelesaikan rancangan DBON.

"Kini DBON sudah selesai dan sementara menunggu payung hukum dari Peraturan Presiden (Perpres). Kajian tersebut sedang beredar di Kementerian," jelas Amali dalam acara webinar secara virtual bertemakan Sosialisasi Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) yang digagas oleh Persatuan Wartawan Indonsia (PWI) pada Rabu (1/9) sore WIB.

Amali mengatakan, DBON akan menyeluruh untuk urusan hulu ke hilir itu. Dan semua hal akan dipersiapkan mulai dari target, sasaran, dan sarana-prasarana.

"Rencananya DBON akan kick off mulai Haornas ke-38 dengan payung hukumnya adalah Perpres. Yang kami lakukan ini adalah perubahan paradigma supaya kita memiliki pondisi yang kuat dengan DBON, supaya ke depannya dapat meraup hasil yang baik," lanjutnya.

Baca juga : Partisipasi Masyarakat untuk Olahraga Masih Rendah, Jadi Tantangan DBON

Amali mengakui hingga saat ini, prestasi di ajang Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo 2020 masih bukan merupakan hasil dari pembinaan. 

"Prestasi saat ini adalah prestasi yang kita dapatkan 'by accident', kalau bahasa anak sekarang yaitu masih dengan cara 'menemukan' lalu fokus pengembangan pada atlet tersebut. Sekarang perlu adanya membuat pabrik prestasi dengan merancang, tanpa 'menemukan' kembali," ucap Amali.

"Selama ini kita melihat bahwa pembinaan dianggap sebagai 'cost' atau biaya. Pembinaan atlet jangka panjang yang menghasilkan prestasi dunia harus dianggap sebagai investasi negara untuk pembangunan sumber daya manusia (SDM) serta mengangkat harkat dan martabat bangsa di tingkat internasional," ungkapnya.

Amali menjelaskan, pemusatan dan pembinaan 14 cabang olahraga yang diunggulkan nantinya tidak hanya berfokus pada cabang-cabang itu saja. Namun bakal menggunakan sistem degradasi.

"Yang akan kami tempatkan di satu training camp nanti di Cibubur, dengan menerapkan sistem degradasi. Bagi cabor-cabor unggulan tapi tidak bisa berprestasi, maka kita akan degradasi. Semisal akan kita ganti dengan cabor tinju," kata Amali.

"Ini cara-cara kita membina, mana atlet yang memungkinkan. Diambil dari tahapan seperti memulai mengidentifikasi bakat pada 250 ribu calon atlet, sampai disaring menjadi 150 atlet elite nasional," tuturnya. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya