KECELAKAAN helikopter yang menewaskan legenda NBA Kobe Bryant, putrinya Gianna Maria Onore Bryant dan tujuh penumpang lainnya kemungkinan disebabkan oleh pilot yang mengalami disorientasi ketika terbang dalam cuaca berawan. Hal ini disampaikan Dewan Keselamatan Transportasi Nasional Amerika Serikat (NTSB), Rabu (10/2) WIB.
"Tekanan yang diinduksi sendiri pada pilot untuk menyelesaikan penerbangan untuk kliennya yang merupakan seorang selebritas kemungkinan berkontribusi pada kecelakaan 26 januari 2020 di Calabasas, California," ujar NTSB, Rabu (10/2)
"Berdasarkan hasil tinjauan dan pengawasan yang dilakukan kepada proses manajemen keselamatan oleh Island Express (pemilik helikopter), tidak ditemukan helikopter mengalami masalah mekanis," imbuhnya.
Disebutkan oleh NTSB, kondisi cuaca yang berawan saat penerbangan berlangsung masih dapat diterima untuk terbang di bawah jarak pandang (VFR). Hal ini berarti seorang pilot tetap berada di luar awan dan menjaga kontak mata dengan daratan.
NTSB juga mengungkapkan, berdasarkan hasil penyelidikan oleh tim, sesaat sebelum kecelakaan Pilot Ara Zobayan mengatakan dia naik ke ketinggian 4.000 kaki (1.200 meter) untuk menghindari awan, namun sebenarnya ia berbelok ke kiri dan turun dengan cepat.
"Kami berbicara tentang disorientasi spasial, secara harfiah pilot mungkin tidak tahu ke arah mana dia terbang apakah naik atau turun, apakah dia condong ke kiri atau ke kanan," tutur NTSB.
Baca juga: Penggemar Peringati Setahun Meninggalnya Kobe Bryant
NTSB menyebutkan sejatinya kecelakaan itu bisa dihindari dimana pihaknya melihat ada peluang untuk berbalik arah dan mencegah kecelakaan ini dengan mendarat.
Adapun Ketua NTSB Robert Sumwalt mengungkapkan akan segera mengeluarkan laporan final atas kecelakaan helikopter tersebut.
"Kami akan mencari tahu apakah pilot berada dalam tekanan untuk melanjutkan penerbangan. Jika iya, siapa yang menekannya," ucap Sumwalt.
"Kami akan membahas terkait fenomena disorientasi spasial ini, yang merupakan sensasi kuat dan menyesatkan yang bisa membingungkan pilot melakukan penerbangan visual di tengah kehilangan referensi jarak pandang. Kami akan mencari tahu jenis pelatihan semacam apa yang efektif untuk mengatasi kondisi tetsebut," tukasnya.(AFP/OL-5)