Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
SAAT berusaha menyalip di tikungan kedelapan Sirkuit Phillip Island, Australia, pembalap Italia, Danilo Petrucci, terjerembap dengan keras.
Dia sempat terguling hingga ke area pasir, sedangkan motor yang dikendarainya terus berguling hingga ke arah ban pembatas sirkuit.
Kecelakaan itu mematahkan tangan kanan pembalap asal Italia tersebut.
Insiden yang terjadi pada hari terakhir tes pramusim Moto-GP di Phillip Island, 19 Februari lalu, itu memaksa punggawa tim Pramac Ducati tersebut absen dari tes pramusim di Sirkuit Losail, Qatar, 2-4 Maret.
Qatar juga akan menjadi tempat pembuka Moto-GP 2016, 20 Maret mendatang. Petrucci harus menjalani operasi dan posisinya digantikan Michele Pirro.
Karena absen di Qatar, Petrucci harus kehilangan momentum yang telah dibangunnya sejak gelaran pramusim di Sirkuit Sepang, Malaysia, 1-3 Februari lalu.
Kala itu Petrucci sukses mengungguli para pembalap yang sudah menjadi juara dunia, seperti Marc Marquez (Repsol Honda), Jorge Lorenzo, dan Valentino Rossi (Yamaha) pada sesi kedua.
Kegemilangan itu diulangi Petrucci pada sesi pertama tes di Phillip Island, dua hari sebelum insiden yang meredupkan sinarnya.
Manajer Pramac Ducati, Francesco Guidotti, sempat meragukan pembalap, yang bergabung dengan Pramac Ducati pada tahun lalu, itu bisa tampil di seri pembuka Moto-GP di Qatar.
Namun, hasil operasi menunjukkan dia dalam keadaan baik.
'Kalian bisa melihatku seluruh dunia juga bisa melihatku dan dengan tangan bionikku di Qatar. Aku memastikannya', kata Petrucci di media sosial miliknya sambil mengunggah foto tangannya setelah operasi dan hasil sinar x miliknya.
Petrucci kini sudah kembali ke kampung halamannya di Italia sebelum bertolak ke Qatar untuk berlaga.
Meski Petrucci meninggalkan sisa tes pada pramusim, itu tidak otomatis mengembalikan kejayaan Honda dan Yamaha yang bergantian mengantarkan pembalap mereka menjadi juara dunia sejak 2008.
Sepeninggal Petrucci itu, kini giliran pembalap tim Suzuki, Maverick Vinales, yang mampu memecundangi para juara dunia.
Dua kali pembalap 21 tahun asal Spanyol itu mampu menjadi yang tercepat.
Juara dunia Moto3 2013 itu mampu melesat lebih cepat daripada 20 pembalap lainnya pada sesi kedua tes pramusim di Phillip Island dan sesi kedua tes pramusim di Losail.
Hasil yang diraih Petrucci, Vinales, dan pembalap Avintia Racing yang menggunakan motor Ducati, Hector Barbera, menjadi ancaman bagi Yamaha dan Honda.
"Masih banyak yang harus saya pelajari sebenarnya. Misalnya, saya belum bersaing secara kompetitif ketika memimpin balapan. Balapan dan latihan tentu berbeda karena kesalahan sekecil apa pun sangat mahal harganya. Tekanan pun semakin besar, tapi yang terpenting ialah terus berkembang dan saya mempersiapkan diri dengan lebih baik tiap harinya," ujar Vinales.
Lebih ketat
Sejumlah perubahan yang dilakukan pemangku kepentingan Moto-GP, seperti Federasi Motorsport Internasional (FIM) Dorna selaku pemegang hak komersial Moto-GP bersama pemilik pabrikan motor, membuat musim balap tahun ini dipastikan akan lebih ketat.
Tercatat tiga perubahan besar mewarnai Moto-GP kali ini.
Pertama, dihapuskannya kelas pabrikan dan kelas terbuka.
Hal itu membuat tim, yang sebelumnya merupakan tim satelit dari pabrikan besar, akan punya hak yang sama dengan tim pabrikan.
Di antaranya pengembangan mesin, waktu tes yang lebih longgar, dan penggunaan bahan bakar yang lebih banyak.
Tim satelit pun bisa mengembangkan mesin seusai dengan sesi pramusim seperti tim pabrikan.
Kedua, penggunaan peranti elektronik bernama ECU (electronic control unit) standar yang sama terhadap semua tim.
Penggunaan ECU standar membuat pengembangan sistem elektronik yang menjadi 'otak' bagi pengoperasian motor balap 1.000 cc diharamkan.
Sebelumnya, pabrikan besar seperti Honda melakukannya dengan menambah sensor.
Perubahan terakhir menyangkut penggunaan ban.
Bila sebelumnya produsen Bridgestone menjadi pemasok ban bagi tim balap, kini produsen asal Prancis, Michelin, akan kembali memasok ban bagi semua tim setelah absen sejak 2003.
Pergantian penggunaan ban itu membuat pembalap mesti kembali beradaptasi dengan kualitas ban yang berbeda daripada sebelumnya.
Dari dua pabrikan besar penghasil juara dunia, Honda dan Yamaha, Yamaha menjadi tim yang terlihat paling siap dengan perubahan itu.
Lorenzo, sang juara dunia tahun lalu, bahkan mampu beradaptasi pada sesi tes pramusim di Malaysia dan Qatar.
Ia beradaptasi dengan cepat lewat penggunaan ban depan bepermukaan lunak yang disuplai Michelin.
Namun, ketika berbicara soal balapan di Qatar nanti, pembalap Spanyol itu menyebutkan Ducati akan menjadi ancaman bagi tim-tim besar.
"Secara potensial, Ducati menyelesaikan tugasnya dengan baik. Lihat saja catatan waktu mereka. Mereka pasti akan menjadi pesaing kuat saat balapan," tutur pembalap 28 tahun itu.
Lain halnya dengan Yamaha, Honda justru masih berusaha membiasakan dua pembalapnya, Marquez dan Pedrosa, dengan ban Michelin dan mesin baru RC213V yang jadi tunggangan keduanya musim ini.
Usaha keduanya berujung pada terlemparnya Honda dari tiga besar pembalap tercepat pada sesi pramusim di Qatar.
"Kami tidak memperoleh kemajuan terlalu banyak. Jadi, kami dalam kondisi ketidakpastian saat ini. Kami harus mencoba sejumlah hal baru untuk balapan nanti. Saat ini kami berada pada momen yang sulit dan kami sangat tidak siap," kata Pedrosa.
Marquez-Rossi
Di samping perebutan gelar juara dunia, hal menarik lain dari Moto-GP 2016 ialah hubungan Marquez dengan Rossi yang memanas menjelang akhir musim balap tahun lalu yang berakibat Rossi kehilangan gelar juara di depan mata.
Hal itu mungkin disebabkan Rossi yang harus membalap dari urutan buncit di Valencia yang menjadi penutup seri balapan 2015.
Panasnya hubungan mereka bermula dari Rossi yang menyatakan ada kerja sama dari pembalap asal Spanyol yang ingin menggagalkannya merebut gelar juara dunia Moto-GP yang ke-8.
Padahal, saat itu Rossi memimpin perolehan poin dari Lorenzo.
Puncaknya, insiden 'tendangan' Rossi ke motor Marquez di Sepang, Malaysia, membuat ia terkena tiga poin penalti yang merugikannya.
Lorenzo pun keluar sebagai juara dunia setelah memenangi balapan di Valencia, sedangkan Rossi yang finis keempat setelah melewati 16 pembalap harus puas jadi runner-up di klasemen pengumpulan poin.
Sejak kejadian di Sepang, Rossi dan Marquez yang sebelumnya akrab tidak pernah terlihat berbincang hingga kini.
"Setelah kejadian musim lalu, (hubungan kami) tidak akan sama lagi," tegas Rossi.
"Saya katakan, saya tidak akan melupakan apa yang terjadi. Itu tidak akan berakhir dengan hanya sebuah jabat tangan karena saya tidak bisa melupakannya. Hubungan kami tidak bisa diperbaiki lagi, tapi itu tidak lagi relevan karena saya ingin melakukan hal yang sesungguhnya (balapan)," ungkap Rossi.
Pengalaman pahit itu, menurut Rossi, akan semakin membuatnya lebih kuat di lintasan.
"Pengalaman yang berat akan menguatkan seseorang. Itu artinya, tahun ini saya lebih kuat daripada tahun lalu. Saya akan sulit dikalahkan. Saya sangat termotivasi dan senang kembali bersaing dengan Lorenzo dan Marquez," katanya.
Legenda hidup Moto-GP, Giancomo Agostini, mengatakan Rossi dan Marquez harus saling memiliki rasa hormat.
"Saya tidak berpikir persahabatan dapat terjadi antara rival dalam olahraga seperti ini. Tapi yang terpenting ialah memiliki rasa hormat terhadap sesama pembalap yang akan menghasilkan balapan yang baik. Itulah yang ingin saya lihat saat ini," tandas pemilik delapan gelar juara dunia kelas 500 cc--sebelum berganti nama menjadi Moto-GP--dan pemenang 122 seri itu. (MotoGP.com/Motorsport/R-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved