Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Barus Menuju Wisata Religi

Januari Hutabarat
31/3/2017 05:15
Barus Menuju Wisata Religi
(FOTO ANTARA/Septianda Perdana)

PENULIS yang juga pakar astronomi dan matematika Yunani yang hidup pada 100-168 Masehi, Claudius Ptolemy, pernah menuliskan Sumatra bagian utara sebagai daerah berbahaya karena diduga dihuni sejumlah masyarakat kanibal. Di sisi lain, daerah itu juga dikenal kaya dengan kamper, khususnya yang diekspor sejak abad ke-5 atau ke-6, melalui sebuah tempat yang bernama Barus. Hal itu antara lain dituliskan arkeolog asal Prancis Daniel Perret dalam karya berjudul 'Pemeriksaan atas Seorang Pedagang Cina mengenai Orang Batak yang berada di Sumatera Utara, 1 Maret 1701' yang termuat dalam Harta Karun.

Khazanah Sejarah Indonesia dan Asia-Eropa dari Arsip VOC di Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Jakarta, yang dapat diakses melalui laman https://sejarah-nusantara.anri.go.id. Produksi kamper atau kapur Barus dari kawasan itu telah mendunia beratus tahun silam. Kapur barus itu digunakan sebagai pengharum pakaian, pengusir rengat, dan bahan pengawet nonmakanan. Bahkan, kamper asal Desa Barus digunakan sebagai pengawet mumi Firaun di Mesir. Istilah kapur barus digunakan para pedagang dari India, Asia Tenggara, dan Timur Tengah, untuk cairan yang dikeringkan hasil ekstraksi pohon kamper (Cinnamomum camphora).

Sekretaris Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumut, Hendri Susanto Tobing mengatakan Kota Barus yang masuk dalam Kabupaten Tapanuli Tengah dulunya merupakan kota dengan pelabuhan besar. Produk andalan kapur barus, lanjut dia, membuat banyak saudagar dari Timur Tengah datang dan melakukan syiar agama. Bahkan, sambung Hendri, dari situs Makam Mahligai dan Papan Tinggi yang bertuliskan Arab Kuno (Persia) masyarakat Timur Tengah diketahui hadir di daerah itu pada abad ke-7 atau sekitar 661 Masehi. Saat meresmikan Tugu Nol Kilometer Peradaban Islam Nusantara, Jumat (24/3), Presiden Joko Widodo menyempatkan diri mengunjungi situs Makam Mahligai.

Makam Mahligai yang seluas 3 hektare berisi 215 makam. Salah satunya makam Tuan Syekh Rukunuddin yang wafat pada malam 13 Syafar 48 Hijriah dalam usia 102 tahun 2 bulan 10 hari. "Di Barus sempat berdiam 44 aulia yang dimuliakan dan dimakamkan di Barus. Yang pertama Syekh Mahmus di Makam Papan Tinggi dan di Makam Maligai ada Syekh Rukunuddin," jelas penjaga makam, Jaharuddin Manullang.

Wisata religi
Penjabat Bupati Tapanuli Tengah Bukit Tambunan mengatakan situs Mahligai dan Papan Tinggi diyakini bisa menarik wisatawan, terutama wisata religi. Selain situs Makam Mahligai dan Papan tinggi, kata Bukit, pihaknya juga akan membangun mercusuar di lokasi Tugu Titik Nol Peradaban Islam Nusantara Bukit berharap pemerintah pusat mendukung upaya menjadikan Tapanuli Tengah sebagai tujuan wisata religi. (PS/Ant/N-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya