Headline
AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.
Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.
BEREDARNYA spanduk terkait larangan pemutaran wayang kulit karena bukan budaya dan ajaran Islam di Jakarta Pusat, mendapat tanggapan keras dari budayawan Sunda sekaligus Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi.
Menurut Kang Dedi Mulyadi, demikian sapaan akrabnya, spanduk bertuliskan larangan pemutaran wayang kulit menunjukkan bahwa ada kelompok atau orang yang menulis tersebut tidak paham filosofi kebudayaan. Dedi prihatin bila ada larangan menampilkan kesenian wayang.
“Wayang kulit sudah ada jauh sebelum Indonesia merdeka. Selain itu, wayang merupakan warisan budaya dari para waliyullah yang digunakan sebagai media dalam penyebaran agama Islam,” jelas Dedi Mulyadi di Purwakarta, Selasa (24/1).
Dedi menambahkan wayang juga dijadikan media silaturahim dan pemersatu. Menurutnya wayang adalah lambang dari manusia itu sendiri. “Maka dibuatlah cerita berbagai sosok. Bahkan simbolisasi rukun Islam digambarkan dengan wayang,” tegasnya.
Perkembangan Islam di Indonesia merupakan nilai budaya dalam bentuk pergelaran, yang di dalamnya ada karakter bersifat penyamaran. “Ada silib, sindir, sindang, siloka, dan sasmita. Artinya seluruh nilai keislaman dibuat dalam bentuk bahasa halus. Teologi penyerahan diri pada Allah SWT. Seluruh gerak hidup manusia karena-Nya,” tambahnya.
Dari Jawa Tengah, anggota perlindungan masyarakat (Linmas) Temanggung hingga kini masih tersinggung dengan pernyataan Ketua Front Pembela Islam Rizieq Shihab, yang menyamakan Kapolda Jabar setara hansip.
Perwakilan Linmas dari Temanggung telah mengadu ke Pemprov Jateng, untuk menyampaikan aspirasi, keberatan, dan ketidakpuasan atas pernyataan Rizieq Shihab.
“Perwakilan linmas telah menyampaikan aspirasi, ketidakpuasan, dan keberatannya soal pernyataan Rizieq Shihab itu ke provinsi supaya diakomodasi,” kata Sekretaris Dinas Satpol PP dan Damkar, S Endro Basuki, Selasa (24/1).
Endro menyayangkan adanya pernyataan yang amat menyinggung dan merendahkan hansip tersebut. Padahal kenyataannya tugas hansip atau linmas ini amat mulia. “Hansip/linmas selalu ada di garda terdepan kebencanaan seperti longsor dan kebakaran, mengamankan kegiatan sosial seperti resepsi di kampung, juga jadi mata dan telinga bagi pemerintah daerah,” ujar Endro. (RZ/TS/N-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved