Headline
Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.
Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.
KESAN menyeramkan dari Kota Cilacap, Jawa Tengah, nyatanya sudah ada sejak zaman raja-raja Jawa.
Nusakambangan yang kini merupakan lembaga pemasyarakatan pada zaman itu sudah digunakan para raja untuk membuang musuh-musuh mereka.
Di sisi lain, Cilacap, dengan lokasinya yang strategis, sesungguhnya memegang peranan penting dalam arus barang dan manusia.
Peran strategis itulah yang disadari Belanda hingga membangun pelabuhan di era kolonial.
Demikian pandangan Susanto Zuhdi, Guru Besar Ilmu Sejarah pada Fakultas Ilmu Kebudayaan Universitas Indonesia, dalam acara bedah buku berjudul Cilacap (1830-1942) yang diselenggarakan di Perpustakaan UI Depok, Rabu (14/12).
Buku tersebut merupakan tesis Susanto saat studi di Program Pascasarjana UI pada 1991.
Diskusi itu juga dalam rangka Hari Nusantara 13 Desember dan Hari Sejarah 14 Desember.
"Belanda mulai melihat Cilacap potensial sebagai kawasan pelayaran sekitar 1831. Saat itu masyarakat pribumi mengirimkan barang melalui jalur sungai baik dari arah Priangan Timur melalui Sungai Citanduy dan dari arah Yogyakarta melalui Sungai Serayu dan bermuara di Cilacap," terang Susanto.
Pelabuhan Cilacap dibangun untuk bisa mendukung politik tanam paksa.
Pemerintah kolonial tidak berhenti di situ saja. Untuk memperkuat jalur perdagangan, dibuatlah jalur kereta api yang menghubungkan Cilacap-Yogyakarta.
Di sisi lain, pemerintah kolonial juga membangun pelabuhan di pantai utara Jawa seperti Semarang dan Cirebon.
"Yang terjadi saat itu mulailah terjadi persaingan di antara ketiga pelabuhan itu. Apalagi setelah ada jalur kereta api, wilayah pantura jauh lebih berkembang jika dibandingkan dengan selatan," paparnya.
Namun, Belanda tetap mempertahankan pelabuhan itu hingga Perang Dunia II.
Cilacap disebut sebagai pintu belakang yang digunakan Belanda untuk membawa pergi warga mereka saat Jepang menyerang Jawa dari utara.
Meredup
Pascakemerdekaan, Pelabuhan Cilacap tidak menunjukkan tanda-tanda kemajuan.
Bahkan Kota Cilacap akhirnya menjadi kota terpencil.
Gagasan mengembangkan sektor pariwisata sejak Orde Baru hingga kini belum juga terwujud.
Istilah Pancimas atau akronim dari Pangandaran, Cilacap, dan Banyumas yang digagas era Orde Baru untuk menjadikan tiga wilayah itu sebagai kawasan wisata budaya, sejarah, dan ekowisata juga belum terwujud.
'Matinya' Pelabuhan Cilacap itu menjadi ironis di tengah upaya pemerintah saat ini yang sedang membangun daerah mulai pinggir, yang diawali dari pesisir melalui gagasan poros maritim yang dimasukkan ke Nawa Cita pemerintahan Jokowi-JK.
Kabid Pendidikan, Pelatihan Arsip, dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Cilacap Dwi Goro Waluyo menambahkan Kota Cilacap menjadi kota terpencil memang benar adanya.
Dia menyebutkan, pada masa pemerintahan Bupati Probo Yulastoro selama dua periode (2002-2009), telah dilakukan rapat seluruh bupati se-Jawa Tengah.
"Gagasan bupati pada masa itu ialah seluruh hasil bumi atau produk-produk yang akan dibawa keluar harus lewat Pelabuhan Cilacap. Itu berhasil. Sayangnya, kemudian ganti pemerintahan, enggak berlanjut," ujarnya.
Bahkan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tidak melakukan upaya-upaya apa pun untuk terus menghidupkan pelabuhan.
"Yang terjadi Pelabuhan Semarang terus dibangun megah. Sementara itu, di Cilacap apa adanya. Sumber daya manusia yakni pegawai Pelindo banyak dimutasi ke Semarang dan Surabaya karena di Cilacap kurang mendukung," kata Dwi.
Dia berharap Gubernur Ganjar Pranowo ikut peduli dengan Pelabuhan Cilacap yang pernah memiliki peran penting di masa lalu.
"Apalagi sesuai dengan keinginan pemerintah sekarang ini untuk membangun poros maritim dengan tol laut, Pelabuhan Cilacap tetap memiliki peran penting," harapnya.
Narasumber lainnya dalam diskusi tersebut, Triarko Nurlambang dari Bappenas, menambahkan letak geografis Cilacap memang berada di pojok Jawa Tengah.
"Akan tetapi, lokasi itu tetap strategis. Kalau dahulu saja Pelabuhan Cilacap pernah mengalami masa kejayaan, mengapa sekarang tidak. Tentu ada sesuatu," ujar Triarko.
Keunggulan
Menurut Triarko, Pelabuhan Cilacap yang menghadap laut dalam justru lebih menguntungkan.
Kapal-kapal akan berlabuh lebih cepat daripada pelabuhan-pelabuhan di utara Jawa atau daerah lainnya.
Disebutkan, untuk merapat ke dermaga, kapal hanya butuh waktu 10 menitan karena berada di laut dalam.
Pelabuhan-pelabuhan di utara Jawa sulit berlabuh karena adanya pendangkalan.
Rata-rata kapal mendarat di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang membutuhkan waktu sekitar 3 jam karena laut di pelabuhan mengalami pendangkalan.
"Hal begini adalah potensi yang dimiliki Pelabuhan Cilacap. Kalau ingin wilayah selatan Jawa maju seperti di utara, ya, harus diperkuat pelabuhan-pelabuhan yang ada," tambahnya.
Selain di Cilacap, pelabuhan di Indonesia yang berada di pesisir Samudra Hindia ialah Pelabuhan Padang dan Belawan.
"Pelabuhan-pelabuhan itu pernah berjaya di masanya. Sekarang ini pemerintah harus serius membangun pesisir," tukas Triarko.
Selain itu, sesuai dengan garis politik pemerintah agar laut menjadi halaman depan, bukan pintu belakang, Pelabuhan Cilacap menjadi halaman depan wilayah selatan.
Pada bagian lain, dosen sekaligus Wakil Rektor Universitas Pertahanan Syaiful Anwar menggagas agar diciptakan pasar untuk menyerap hasil produksi asli Cilacap dan sekitarnya.
"Kalau ada pasar, akan membantu pergerakan dan pertumbuhan ekonomi," ujar purnawirawan TNI berpangkat mayor jenderal itu.
Di samping itu, menurutnya, pembangunan infrastruktur Pelabuhan Cilacap sudah sangat mendesak.
Jika pelabuhan diperbesar, itu harus diikuti dengan armada angkutan yang memadai.
Ia juga menekankan adanya jaminan keamanan barang di pelabuhan dan saat berlayar di laut.
Dwi Goro Waluyo mewakili Pemkab Cilacap menambahkan agar pelabuhan harus dihidupkan lagi.
"Pelabuhan Cilacap juga halaman depan Indonesia. Buktinya dulu Belanda juga menjadikan halaman depan. Kalau tidak ada upaya seperti itu, poros maritim yang dicita-citakan presiden sia-sia." (M-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved