Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Alunan Gambang Keromong makin Sunyi di Ibu Kota

(Put/J-1)
07/12/2016 02:10
Alunan Gambang Keromong makin Sunyi di Ibu Kota
(MI/BARY FATHAHILAH)

SEJUMLAH kesenian asli Betawi juga mendapat predikat warisan budaya tak benda dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada Oktober lalu. Kesenian itu memiliki kekhasan dan keunikan yang memperkuat jati diri bangsa Indonesia dan merupakan bagian dari komunitas. Kesenian gambang keromong, keroncong tugu, topeng jantuk, topeng blantek, samrah betawi, dan rias besar mendapat predikat warisan budaya tak benda agar tetap lestari hingga anak cucu nanti.

Sayangnya, kata Wali Kota Jakarta Selatan Tri Kurniadi, kehadiran kesenian-kesenian itu mulai menepi dari masyarakat. Gambang keromong, contohnya. Kehadirannya semakin terpinggirkan, kalah pamor dari orkes dangdut. “Saat ini sanggar gambang keromong juga semakin ter­pinggirkan. Semakin jarang masyarakat mau yang menghadirkan orkes musik yang menjadi pengiring Lenong Betawi itu. Dulu, di acara-acara besar dan peringatan hari besar pasti ada gambang keromong,” ujar Kurniadi.

Pemerintah DKI Jakarta, sambungnya, sebenarnya tak kurang akal untuk mengembalikan lagi pamor gambang keromong. Misalnya, di setiap gelaran acara pemerintah, kesenian-kesenian asli Betawi selalu dihadirkan. Namun, sayangnya, upaya memopulerkan kembali kesenian itu tak disambut di masyarakat. Kejuaraan-kejuaraan dan festival perlombaan gambang keromong nyaris tak ada saat ini. “Bukan cuma lomba yang minim, hadiahnya pun tak menarik untuk diperebutkan. Saya pernah jadi juri lomba festival gambang keromong, masak tidak ada hadiah uang pembinaan. Para pemenang hanya diberi piagam dan piala. Bagaimana masyarakat mau semangat melestarikan gambang keromong?” keluh Kurniadi.

Akibat hadiah yang minim itu, festival pun hanya diikuti 13 kelompok sanggar gambang keromong. Salah satu seniman gambang keromong, Yadi, 40, menuturkan tawaran tampil di panggung dan acara-acara hajatan memang masih ada. Hanya, jumlahnya tidak sebanyak dulu. Ia mengatakan saat ini orang-orang lebih memilih menyajikan musik dangdut dengan organ tunggal karena ingin pestanya dianggap modern. “Sementara itu, jika menampilkan gambang keromong, takut dibilang kampungan barangkali hahahahaha,” celetuknya. (Put/J-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya