Headline

Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.

Dalam Apel Siaga dan Jambore Karhutla, Wamenhut Minta Perkuat Kolaborasi Bebas Asap

Rudi Kurniawansyah
06/8/2025 19:08
Dalam Apel Siaga dan Jambore Karhutla, Wamenhut Minta Perkuat Kolaborasi Bebas Asap
(MI/Rudi Kurniawansyah)

Pemerintah pusat dan daerah memperkuat sinergi dalam menghadapi ancaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dengan menggelar Apel Siaga dan Jambore Pengendalian Karhutla di Kalimantan Timur (Kaltim). Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari, mulai 6 hingga 8 Agustus 2025, dipusatkan di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Diklathut Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Tropis Universitas Mulawarman, Samarinda.

Acara ini menjadi momentum untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan kesadaran semua pihak terhadap ancaman karhutla, terutama di musim kemarau. Karhutla kini dikategorikan sebagai bagian dari krisis planet ganda mencakup perubahan iklim, polusi, dan hilangnya keanekaragaman hayati yang berdampak luas terhadap lingkungan, kesehatan masyarakat, hingga hubungan antarnegara.

Berdasarkan prakiraan cuaca dari BMKG, musim kemarau tahun ini diklasifikasikan sebagai kemarau basah, meskipun terjadi kenaikan suhu di wilayah Indonesia sebesar 0,3 hingga 0,6 derajat Celsius. Curah hujan pada Agustus hingga September 2025 diprediksi berada pada kategori rendah hingga menengah, termasuk di wilayah Kalimantan Timur.

Sepanjang 1 Januari-5 Agustus 2025, sebanyak 66 titik panas (hotspot) terdeteksi di Kalimantan Timur. Operasi pemadaman telah dilakukan sebanyak 63 kali. Berdasarkan citra satelit hingga Mei 2025, luas area terdampak karhutla di provinsi ini tercatat mencapai 331,96 hektare.

Kalimantan Timur dinilai sebagai salah satu wilayah yang rawan karhutla, sekaligus menjadi lokasi pembangunan strategis nasional, termasuk kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN). Oleh karena itu, provinsi ini diharapkan mampu menjadi contoh bahwa pembangunan dan pelestarian lingkungan dapat berjalan beriringan.

Mewakili Menteri Kehutanan, Wakil Menteri Kehutanan Sulaiman Umar dalam sambutannya menekankan pentingnya sinergi dan kolaborasi dalam pengendalian karhutla. “Kunci keberhasilan pengendalian karhutla terletak pada sinergitas antara pemerintah pusat dan daerah, dunia usaha, serta masyarakat,” ujarnya, Rabu (6/8).

Ia juga menyampaikan bahwa pencegahan harus menjadi prioritas utama. “Mencegah lebih murah, lebih efektif, dan tetap menjaga kelestarian alam. Maka, pemanfaatan teknologi seperti citra satelit dan patroli drone harus dimaksimalkan,” tambahnya.

Lebih lanjut, ia menekankan kesiapsiagaan personel dan sarana-prasarana, serta pentingnya pelibatan masyarakat secara aktif. “Program penyadartahuan serta pemberdayaan kelompok masyarakat peduli api harus terus diperkuat, termasuk pelibatan tokoh adat dan tokoh agama.”

Dalam Rapat Kabinet Terbatas pada 2 Agustus lalu, Presiden Prabowo juga disebut telah meminta seluruh jajaran tetap waspada dan siap menghadapi musim kemarau yang berpotensi memicu karhutla di berbagai wilayah.

Mengusung tema “Bersatu untuk Kalimantan Timur Bebas Asap,” kegiatan ini dirancang sebagai sarana edukatif dan konsolidatif lintas sektor serta generasi dalam memperkuat langkah-langkah pencegahan karhutla. Jambore juga dijadikan ajang penguatan kolaborasi multipihak dan peningkatan kapasitas masyarakat.

Sejumlah agenda diisi dengan pelatihan, simulasi penanggulangan karhutla, aksi penanaman pohon, dan deklarasi Relawan Muda Siaga Karhutla. Selain itu, kegiatan ini juga menjadi kampanye publik yang menyoroti pentingnya peran generasi muda dalam menjaga lingkungan bebas asap.

“Api bisa membakar hutan dalam sehari, tapi butuh puluhan tahun untuk menumbuhkannya kembali. Maka siapa pun yang mencegah api hari ini, berarti dia adalah penyelamat generasi esok,” ujar Wakil Menteri Kehutanan Sulaiman Umar menutup sambutannya.(H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian
Berita Lainnya