Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Pengamat Ekonomi: Relaksasi Ekspor Konsentrat di NTB tidak Perlu Dilakukan

Yusuf Riaman
13/6/2025 13:46
Pengamat Ekonomi: Relaksasi Ekspor Konsentrat di NTB tidak Perlu Dilakukan
Ilustrasi relaksasi ekspor konsentrat.(Dok. Antara)

PENGAMAT ekonomi Universitas Mataram (Unram), Firmansyah mengatakan, relaksasi ekspor konsentrat tidak perlu dilakukan, jika hanya untuk memperbaiki data pertumbuhan ekonomi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang berada pada posisi terburuk kedua secara nasional.    

“Sebaiknya jangan direlaksasi bila tidak dalam keadaan memaksa, atau genting. Kita kan sepakat untuk mempercepat hilirisasi, khususnya pembangunan Smelter,” kata Firmansyah kepada Media Indonesia Rabu (11/6) sore.

Sebagaimana diketahui, dalam agenda Musrenbang Provinsi NTB minggu lalu, Mendagri Tito Karnavian menyoroti capaian pertumbuhan ekonomi NTB terburuk kedua secara nasional, yakni minus 1,47 persen. Angka ini hanya sedikit di atas kinerja Papua Tengah yang mencatat penurunan drastis hingga minus 25,53 persen.

Mendagri pun berupaya membantu  Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal menghubungi Kementerian ESDM untuk melonggarkan izin ekspor  konsentrat PT Amman Mineral (AMNT) untuk mengatasi anjloknya pertumbuhan ekonomi NTB khususnya di kuartal pertama  2025 yang mencapai -1,4%.

Memang sebut Firmansyah, secara aturan relaksasi bisa dilakukan bila ada keadaan yang memaksa, “Tetapi kalau tidak, maka lebih baik fokus untuk mempercepat operasional full Smelter saja. Semester depan mudah-mudahan ekspor lebih baik,” ujarnya.

Menurut dia, dengan Smelter pertumbuhan ekonomi NTB akan stabil ke depan, ekspor bukan saja dari hasil tambangnya, namun produk ikutan yang dihasilkan Smelter juga tinggi.

“Secara fundamental ekonomi NTB masih cukup baik, pertumbuhan sektor industri dan perdagangan juga masih baik. Artinya masih ada transaksi ekonomi,” tegasnya.

Dikatakannya, tipologi NTB dari dulu memang begini, gampang ekspansif bila ekspor konsentrat tambang tinggi, dan juga gampang kontraksi bila ekspor itu dilarang. Jadi sikapi biasa biasa saja.

Firmansyah mengatakan, ekonomi NTB dominan dikontribusikan oleh sektor tambang. Walau memang ada juga perlambatan pada sektor konstruksi ini perlu jadi perhatian, “Maka solusinya, realisasi belanja pembangunan untuk triwulan berikutnya digenjot lagi. Belanja lewat APBD atau APBN,” katanya. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya