Headline

Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.

Pemerintah Evaluasi 13 Bendungan

Eva Pardiana
17/11/2016 06:33
Pemerintah Evaluasi 13 Bendungan
(MI/Palce Amalo)

PEMERINTAH terpaksa mengevaluasi pembangunan 13 bendungan yang telah dimulai pada 2015.

Evaluasi terkait dengan desain bendungan.

"Sebanyak 13 bendungan pada 2015 yang sekarang under construction akan dievaluasi. Delapan bendungan yang dibangun pada 2016 masih diurus kontrak-kontraknya," kata Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-Pera) Basuki Hadimuljono di Bandar Lampung, Lampung, kemarin.

Basuki menjelaskan evaluasi tersebut bertujuan menyesuaikan desain yang telah dibuat dengan kondisi di lapangan.

Sebab, menurut dia, banyak kondisi yang tidak terlihat saat proses desain awal.

"Misalnya, ada lahan yang harusnya bisa diinjeksi semen, ternyata kondisi tanahnya berbeda. Banyak sekali kondisi yang sebelumnya tidak terlihat. Kenyataannya cocok apa enggak. Itu yang dievaluasi, tanpa mengubah grand design," katanya.

Di Lampung, akan ada tiga ben-dungan yang dibangun, yaitu Bendungan Way Sekampung di Kabupaten Pringsewu, Bendungan Sukaraja III (Margatiga) di Kabupaten Lampung Timur, dan Bendungan Segala Mider di Kabupaten Lampung Tengah.

Ketua Umum Komite Nasional Indonesia untuk Bendungan Besar (KNI-BB) Hari Suprayogi mengakui organisasi yang bertanggung jawab menyediakan tenaga ahli besertifikasi dalam pembangunan ben-dungan besar saat ini kekurangan orang.

Dia memaparkan, dari seluruh anggota Komite Eksekutif KNI-BB, 13% berusia lebih dari 70 tahun, 82% berusia 50-70 tahun, dan hanya 5% berusia kurang dari 50 tahun.

"Dibutuhkan regenerasi agar keberlanjutan organisasi dapat terus terjaga," kata dia.

Kepala Dinas Tata Ruang dan Pemukiman (Kadis Tarkim) Sulawesi Selatan Bakti Haruni menjelaskan Sulsel sejak 2015 mulai membangun center point of Indonesia (CPI) yang di dalamnya juga terdapat Wisma Negara.

Pembangunan kawasan yang dibangun di atas lahan reklamasi, lanjut dia, saat ini telah mencapai 54%.

Bakti menambahkan, hingga saat ini pembangunan Wisma Negara tersebut sudah menghabiskan lebih dari Rp100 miliar.

Dengan begitu, dia berharap pada tahun depan tetap ada kucuran dana agar proyek itu dapat diselesaikan.


Daya saing

Kota Magelang menduduki peringkat tertinggi dalam daya saing jika dibandingkan dengan daerah lain di Jawa Tengah.

Pemeringkatan itu berdasarkan hasil riset Survei Daya Saing Daerah 2015 oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Jateng.

Deputi Direktur Kantor Perwakilan BI Jateng Endi Raina Sari mengungkapkan itu dalam seminar hasil riset BI di Kota Magelang, kemarin.

"Setelah Kota Magelang, ada Kabupaten Demak, Kota Surakarta, Kota Salatiga, dan Kota Semarang," sebut Endi.

Tingginya daya saing yang dimiliki Kota Magelang, menurut Endi, didukung beberapa indikator.

Antara lain dari aspek kelembagaan, lingkungan usaha, basis di pasar tenaga kerja, kesehatan, pendidikan, pasar, keuangan, dan teknologi.

"Namun, ada beberapa hal yang juga perlu diperhatikan di Kota Magelang, seperti aspek makroekonomi dan infrastruktur," ujar dia.

Endi berharap hasil riset itu menjadi acuan bagi Kota Magelang dalam upaya meningkatkan realisasi investasi.

Ia juga meminta daerah itu dapat mempertahankan peringkat yang telah diraih. (LN/FR/TS/N-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya