Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
BENCANA tanah bergerak melanda Desa Ratamba, Kecamatan Pejawaran, Banjarnegara, Jawa Tengah, yang terjadi mulai Selasa (21/1) dini hari hingga Kamis (23/1). Pergerakan tanah ini merusak belasan rumah warga dan memutus akses jalan menuju kawasan wisata Dieng via Pejawaran.
Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Banjarnegara, Andri Sulistyo, menyebutkan bahwa hingga saat ini pergerakan tanah masih berlangsung di lokasi tersebut.
"Masih ada pergerakan. Akses jalan juga terputus karena muncul rekahan-rekahan," ujarnya pada Kamis.
Menurutnya, sebanyak 16 rumah terdampak akibat bencana ini. Dari jumlah tersebut, 13 rumah mengalami kerusakan berat, sementara tiga lainnya terancam.
Sebuah musala juga rusak, dan satu pondok pesantren berada dalam kondisi rawan.
Warga yang terdampak telah mengungsi, dengan total 13 keluarga atau 41 jiwa kini berada di pengungsian yang disiapkan di Desa Ratamba.
"Kami sudah membuat pos lapangan di Desa Ratamba untuk membantu warga yang mengungsi," ujarnya.
Sementara Kapolsek Pejawaran, Ajun Komisaris Nur Fauzi mengimbau pengendara yang menuju kawasan wisata Dieng untuk menggunakan jalur alternatif melalui Wanayasa. Jalur di Pejawaran tidak dapat dilalui kendaraan roda dua maupun roda empat karena terputus oleh rekahan tanah.
"Dengan kondisi jalur ke Batur, Dieng, yang di Ratamba ini tidak mungkin untuk dilewati, baik roda empat atau roda dua. Sementara lewatnya Wanayasa," jelasnya.
Dari Banyumas, dilaporkan BPBD setempat mengeluarkan peringatan dini terkait potensi gerakan tanah di wilayah tersebut. Peringatan ini berdasarkan hasil analisis overlay antara peta zona kerentanan gerakan tanah yang disusun oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dengan peta prakiraan curah hujan bulanan dari BMKG.
Kepala Pelaksana BPBD Banyumas Budi Nugroho mengatakan berdasar hasil analisis menunjukkan bahwa beberapa wilayah di Kabupaten Banyumas termasuk dalam kategori zona menengah hingga tinggi.
“Risiko gerakan tanah terutama meningkat saat curah hujan berada di atas normal. Beberapa kecamatan yang teridentifikasi memiliki risiko tinggi, antara lain Ajibarang, Banyumas, Cilongok, Gumelar, Jatilawang, Kalibagor, Karanglewas, Kebasen, Kemranjen, Lumbir, Patikraja, Pekuncen, Purwojati, Rawalo, Sokaraja, Somagede, Sumpiuh, Tambak, dan Wangon,” katanya.
Selain itu, Kecamatan Baturaden, Kedungbanteng, dan Sumbang juga diidentifikasi memiliki potensi tambahan berupa banjir bandang atau aliran bahan rombakan. Kemudian, wilayah perkotaan seperti Kecamatan Purwokerto Barat, Purwokerto Selatan, Purwokerto Timur, dan Purwokerto Utara juga masuk dalam zona menengah hingga tinggi.
“Risiko gerakan tanah yang meningkat seiring dengan tingginya curah hujan. Risiko ini menjadi lebih besar di area yang berbatasan dengan lembah sungai, tebing jalan, atau kawasan lereng yang memiliki gangguan struktural. Sedangkan di zona tinggi, gerakan tanah lama berpotensi aktif kembali, menambah risiko bencana,” jelasnya.
BPBD Banyumas menyerukan kepada camat, lurah, kepala desa, dan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan di wilayah rawan. (LD/J-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved