Headline
Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.
PEMERINTAH berupaya bisa mencapai target swasembada pangan 2025 di antaranya dengan melakukan koordinasi dengan pemerintah pusat yang salah satunya digelar di Sulawesi Selatan.
Menteri Pekerjaan Umum (PU) RI, Dody Hanggodo, mengungkapkan bahwa kementeriannya tentu saja mendukung program swasembada pangan tersebut dengan cara penambahan luas tanam dan luas sawah sedikitnya 2 juta hektare (ha) di daerah irigasi.
"Kita juga sudah berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian, dan membuat nota kesepahaman untuk bekerja sama menyukseskan program swasembada pangan itu, termasuk buku sinkronisasi pencapaian program swasembada pangan," ungkap Dody.
Disebutkan ada dua cara penambahan luas lahan dan sawah, yaitu dengan cara intensifikasi dan ekstensifikasi. Intensifikasi yaitu dengan menambah luas tanam melalui optimalisasi Indek Pertanaman (IP), penambahan luas tanam dengan optimalisasi lahan pertanian (oplah) dan pompanisasi, lalu dukungan sarana produksi seperti benih, pupuk, pestisida, alat dan mesin pertanian (alsintan), serta penerapan teknologi irigasi padi hemat air.
Sementara ekstensifikasi, yaitu penambahan luas sawah dengan melakukan percetakan sawah pada daerah layanan irigasi, cetak sawah baru. "Sisanya, mengelolaannya sama dengan intensifikasi," lanjut Dody.
"Dengan demikian maka yang akan dikerjakan PU dalam hal ini, yaitu penambahan luas tanam di daerah irigasi melalui optimalisasi IP seluas 483.563 ha jadi 537.855 ha. Lalu penambahan luas tanam melalui oplah menjadi 665.485 ha, dan pompanisasi menjadi 884.261 ha. Yang jika ditotal seluruhnya ada 2.087.602 ha," sambunya.
Khusus untuk Sulsel, luas daerah irigasi eksisting luasnya mencapai 647.495 ha. Untuk penambahan luas tanam melalui optimalisasi IP dan oplah juga pompanisasi luasnya sekitar 213.521 ha. Sulsel mempunyai 28 daerah irigasi.
Pada tahun 2025 ini, ada empat daerah irigasi yang akan dibangun dan direhabilitasi, yaitu pembangunan saluran sekunder daerah irigasi Baliase Luwu Utara sepanjang 10,16 kilometer (Km), pembanguan saluran primer dan sekunder Giliren Wajo sepanjang 12,04 km, lalu rehabilitasi saluran sekunder Bendung Saddang di Sidenreng Rappang (Sidrap), juga rehabilitasi saluran primer Bendungan Kelara dan Karalloe di Jeneponto.
"Dengan demikian, keseluruhan nanti bisa mengairi 2.556 lahan," tambah Dody Hanngodo, pada Rakor Bidang Pangan di Sulsel, Jumat (17/1) lalu.
Lalu kenapa penerapan teknologi irigasi padi hemat air? Ia menjelaskan, karena itu berada di daerah irigasi rentang dengan kebutuhan bibit lebih sedikit dibanding yang konvensional, serta produktivitas rata-rata (demplot), sama dengan jumlah kebutuhan bibit yang ditanam.
"Misal kita tanam bibit 10 kilogram (kg)/Ha, maka produktivitas rata-ratanya juga 10 ton gabah kering panen (GKP) per hektarenya," Dody mencontohkan.
Hanya saja, untuk pelaksanaan demplot atau metode dengan membuat lahan contoh, baru ada di Jawa Barat, yaitu Cirebon, Indramayu, dan Majalengka. (LN/J-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved