Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
MEMBANGGAKAN! Dua pelajar wanita asal Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi, melantangkan keprihatinan terhadap perubahan iklim yang kian mengancam peradaban manusia pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa – Conference of Parties United Nation Framework Convention on Climate Change (COP UNFCCC) ke-29 yang berakhir Jumat (22/11) di Baku, Azerbaijan.
Mereka adalah Nasywa Adivia Wardana, 17 tahun, dan Qurrota A’yun Nur Ramadhani, 17 tahun. Berurutan, mereka tercatat sebagai siswi kelas XI dan kelas XII SMAN 2 Kabupaten Tebo, Jambi.
Pada pertemuan level internasional itu, mereka hadir sebagai delegasi pemuda dari Indeonsia. Kedua siswi yang selama ini banyak menghabiskan waktu untuk kegiatan lingkungan itu, difasilitasi oleh Global Alliance for Green and Gender Action (GAGGA), sebuah lembaga internasional yang berkedudukan di Belanda. Mereka dinilai generasi muda yang mampu melakukan aktivitas berharga yang menjadi bagian dari upaya penanganan perubahan iklim
Saat diberi kesempatan berbicara, Nasywa dan Ayun – mewakili generasi muda di tanah air – dengan luas dan tenang, memaparkan tentang dampak buruk dari perubahan iklim yang juga dirasakan di Indonesia. Di hadapan perwakilan dari 197 negara yang hadir, keduanya bergantian dengan lugas menyampaikan perubahan iklim akibat perusakan lingkungan sudah begitu menyedihkan.
Dan ironinya, beber Nasywa dan Ayun, jutaan pemuda seusia mereka saat ini belum memiliki pengetahuan yang benar dan cukup tentang dampak bahaya perubahan iklim. Informasi dan aktivitas yang menjelaskan tentang bahaya perubahan iklim, menurut mereka masih sangat terbatas.
Melalui M Hasbi, penggembleng mereka pada Komunitas Rivera Amartha Swarna Dwipa (Sungai Abadi Sumatera), Nasywa dan A’yun memaparkan bahwa kepulauan Indonesia terlalu luas. Dan ancaman bencana akibat perubahan iklim begitu nyata. Jauh lebih cepat dibandingkan dengan jumlah pemuda yang berpengatahuan dan menyadari bahaya dan apa yang bisa dilakukan,” beber Ayun.
"Dalam waktu bersamaan, kami merasa kurang beruntung dan prihatin. Semakin dalam kami mengetahui apa itu krisis iklim, semakin kehilangan waktu untuk menikmati usia muda kami,” ungkap keduanya dalam pertemuan KTT Perubahan Iklim PBB di Baku, yang berlangsung semenjak Senin pekan lalu (11/11) hingga Jumat hari ini.
Untuk diketahui, KTT Perubahan Iklim PBB ke -29 di Azerbaijan, diikuti berbagai kalangan dari 197 negara. Melibatkan mulai dari tingkat kepala negara, pemuda dan kelompok aktivis lingkungan dari berbagai belahan dunia.
Tidak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, COP-29 kembali fokus pada pembahasan mengenai pengendalian dan penangan dampak perubahan iklim, termasuk soal pendanaan iklim, di tengah kondisi iklim dunia yang semakin sulit ditangani tanpa perubahan-perubahan mendasar. Bagi Indonesia, kehadiran dalam COP-29 tentu menjadi agenda tahunan negara sangat penting. (N-2)
Aturan yang jelas dalam penerapan pasar karbon diperkirakan akan menghasilkan aliran keuangan sebesar USD1 triliun per tahun pada 2050 secara global.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved