WADUK Kedungombo mulai dibuka untuk menggelontorkan air. Sawah seluas 60.095 hektare di Kabupaten Grobogan, Demak, Kudus, Pati, dan Jepara, Jawa Tengah mulai teraliri dan siap memasuki musim tanam.
Ribuan petani di Kabupaten Grobogan, Demak, Kudus, Pati, dan Jepara mulai bergembira. Lahan sawah mereka yang sebelumnya mengalami kekeringan akibat tidak ada air dari sungai-sungai maupun irigasi, kini telah kembali basah.
Secara pelan air yang berasal dari Waduk Kedungombo memasuki desa-desa mereka, sehingga lahan sawah yang sebelumnya kering kerontrang dan pecah-pecah telah kembali dipenuhi air. Kondisi ini mampu menjadikan tanaman padi yang mulai kering kembali tumbuh.
"Meskipun tidak terlalu besar dan volume belum penuh, dengan dibukanya Kedungombo ini telah cukup membasahi sawah yang kering dan ancaman gagal panen dapat terkurangi," kata Ketua Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Desa Wates, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, Sunarto, kemarin.
Setelah dilakukan perbaikan saluran irigasi sepanjang 9 kilometer, demikian Sunarto, Desa Medini, Kecamatan Undaan, Kudus yang sebelumnya hanya dapat teraliri sebanyak 1.800 liter per detik kini meningkat menjadi 2.500 liter hingga 3.000 liter per detik.
Camat Undaan, Kudus, Catur Widiyatno mengatakan penggelontoran air dari Waduk Kedungombo mampu mengurangi kekeringan di ribuan areal persawahan. Selain itu juga mengurai persoalan krisis air bersih di wilayah tersebut.
"Rembesan air dari saluran sungai dan irigasi ini kembali mampu meningkatkan volume sumur warga, sehingga dapat memenuhi kebutuhan air bersih," tambahnya.
Kepala Balai Pengelola Sumber Daya Air Serang-Lusi-Juwana Noviyanto mengatakan dengan penggelontoran air dari Kedungombo yang dipercepat dari rencana sebelumnya, berdampak cukup besar. Air yang digelontorkan dapat mengatasi ancaman gagal panen karena sawah mulai teraliri air. Warga di Kabupaten Grobogan, Demak, Kudus, Pati, dan Jepara, mendapatkan air untuk kebutuhan sehari-hari.
Bantuan benih Terkait kemarau panjang, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang, Jawa Timur, memberikan bantuan benih padi bagi warga terdampak kekeringan.
Bantuan itu disalurkan setelah satuan kerja perangkat daerah (SKPD) terkait menggelar rapat koordinasi penanganan dampak kekeringan.
"Kami sudah menyiapkan bantuan benih padi hibrida bagi petani terdampak kekeringan. Setiap petani dapat 8 kilogram per hektare," tegas Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Pemkab Malang Tomie Herawanto, kemarin.
Bantuan benih padi hibrida, lanjut Tomie, segera disalurkan untuk menghadapi musim tanam berikutnya mengingat sebagian wilayah sudah hujan.
Namun demikian, petani diminta tidak gegabah dengan langsung menanam padi. Sebab, hujan yang turun tersebut baru hujan ringan. Oleh karenanya petani dihimbau tetap menanam palawija.
Di Jambi, kian panjangnya musim kemarau menyebabkan areal persawahan produktif yang mengalami kekeringan bertambah luas. Kantor Dinas Pertanian Jambi merilis, saat ini luas tanaman padi sawah yang kekeringan mencapai 10.400 hektare. Seluas 736 hektare diantaranya dinyatakan puso, atau gagal panen, jelas Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jambi, Amrin Aziz, kemarin.
Meluasnya lahan yang kekeringan juga terjadi Bengkulu. Sebelumnya terdata 1.500 hektare sawah yang tersebar di sembilan kecamatan, Kabupaten Bengkulu Tengah, kekeringan sehingga padi umur dua minggu terancam puso.
Gubernur Bengkulu Junaidi Hamsyah, kemarin, mengatakan kekeringan sudah menjadi permasalahan serius yang tersebar di tujuh kabupaten/kota. "Pemerintah Provinsi Bengkulu sudah membentuk tim untuk mengatasi kekeringan dengan membagikan mesin sedot air agar sawah kembali ada air," katanya. (Tim/N-2)