Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
Merawat Luka, Menumbuhkan Asa
Kisah tentang luka kecil yang berujung pada tindakan amputasi di atas betis dikupas pada pelatihan Certified Wound Care Clinician Associate (CWCCA) ke-13 pada Kamis (26/10). Selama empat hari, pelatihan diselenggarakan di UB Guest House, Malang, Jawa Timur. Pelatihan itu menyasar para perawat, mahasiswa jurusan kesehatan, hingga dokter yang ingin meningkatkan keterampilannya merawat luka diabetes, luka akibat kanker hingga luka akut yang dipicu pembedahan atau trauma.
Bukan cuma pelatihan luring, ajang belajar juga rutin diselenggarakan CWCCA secara daring. Salah satu pesertanya adalah Zulfi Rizky RSU Wahidin RSU Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Sulawesi Selatan. Saat mengikuti Webinar ia masih menggunakan baju operasi berwarna biru. Ia mengikuti melalui Zoom yang kemudian rekamannya ditayangkan di akun YouTube Wound Care milik PedisCare, klinik yang terafiliasi dengan CWCCA.
Mentor pelatihan itu, Mohammad Sybro Mulis, Amd. Kep memperlihatkan foto ketika luka masih menganga, menyebar dan menghitam hingga ke jari dan telapak kaki, berlanjut ke amputasi yang ternyata memicu luka berulang akibat adanya jaringan mati. “Amputasi, yang kerap harus dialami pasien diabetes, salah satu kasusnya kami tangani pada 17 September 2022. Sesudah amputasi, bukan berarti masalah selesai. Citra dan konsep diri akan terpengaruh, pada Tuan A yang kita bahas ini juga diperparah karena pola hidup yang belum baik, masih minum teh manis dan kondisi jahitan yang terdapat di jaringan lemak sehingga berpotensi menimbulkan luka baru,” kata Sybro yang juga Ketua Divisi Wound Care PedisCare.
Sybro secara mendetail menjelaskan jenis obat untuk membersihkan dan menghilangkan bau, tindakan pencucian serta penanganan, termasuk membuang jaringan yang mati. “Saat ditangani, pasien bahkan harus kami tangani di dalam mobil karena kondisinya tidak memungkinkan, dengan berbagai tindakan yang dilakukan, pada 10 Oktober sudah terlihat luka menutup dan tumbuh jaringan baru pada 28 November 2022. Pada 22 Desember 2022 saya mendapat laporan, luka sudah menutup 100%. Selanjutnya kami berikan edukasi agar tidak terjadi luka baru dengan menjaga kebersihan dan memberikan lotion,” kata Sybro pada acara webinar edukasi tak berbayar yang dilakukan secara langsung dari lokasi PedisCare di Jalan Banten No 6, Penanggungan, Klojen, Kota Malang, Jawa Timur.
Mengobati dan mengedukasi
Ns. Ahmad Hasyim Wibisono, S. Kep. M.Kep. M.Ng, 36, pendiri dan CEO PedisCare yang juga menggagas CWCCA memaparkan, kelas edukasi yang ditujukan bagi tenaga kesehatan perawat luka dan masyarakat memang rutin mereka gelar. Diselenggarakan secara daring dan luring, sebagian kelas itu tak berbayar, namun ada pula yang mematok biaya. Sebagian acara berbayar itu keuntungannya juga didedikasikan bagi pasien yang perlu dibantu.
”Kami menyelenggarakan Webinar Amal Nasional serta Webinar Amal International, sedikitnya telah lima kali diselenggarakan, diikuti peserta dari Indonesia, Filipina dan Malaysia, total 750 tenaga medis perawat luka. Kami juga selenggarakan pelatihan daring karena sistem kerja, jam kerja, serta posisi mereka yang berada hingga pelosok. Mereka membutuhkan pembaharuan keterampilan,” ujar Hasyim.
Langkah itu kemudian dikoneksikan pula dengan upaya PedisCare mengusung misi sosial mengingat Indonesia memiliki jumlah orang dengan diabetes sebanyak 19,5 juta pada 2021, meningkat dari semula 10,7 juta pada 2019. Indonesia kini menduduki peringkat kelima dengan jumlah orang dengan diabetes terbanyak di dunia, naik dari peringkat ketujuh pada 2019. Besaran jumlah itu tentunya termasuk mereka yang tak punya akses terhadap penanganan penyakit, termasuk luka yang mengancam mereka yang bergula darah tinggi.
Agar luka tak berakhir amputasi
Berbagai kiprah di bidang Pendidikan dan sosial itu menandai pertumbuhan PedisCare yang terus moncer sejak dirintis Hasyim pada 2014 bersama dua rekannya. “Alasan awalnya, keprihatinan kita terhadap terhadap penanganan luka diabetes yang jauh dari ideal. Padahal, jumlah penderita diabetes terus bertambah dan ada di sekitar kita. Luka dirawat dengan alat dan bahan seadanya sehingga progress-nya jelek sering harus berakhir di meja operasi, potong kaki. Angka amputasi itu sangat tinggi. Padahal kalau sudah amputasi itu, akan mempengaruhi kepercayaan diri, pekerjaan, fungsi diri dan keluarga. Itu yang paling menggugah kami,” kata alumnus Sarjana Keperawatan, Universitas Brawijaya Malang itu.
Izin operasional yang turun di awal 2015, membuat PedisCare yang mengkampanyekan sebagai pusat perawatan luka, stoma, edukasi diabetes dan pembuatan kaki palsu itu beroperasi di sebuah bangunan 2 lantai seluas 4×12 meter di Jalan Mayjen Panjaitan, Kota Malang. “Selama 3 tahun awal PedisCare berdiri, aktivitas utama kami adalah memberikan pelayanan perawatan luka pada pasien diabetes, juga luka sulit sembuh seperti luka pada pasien kanker, luka infeksi, serta luka tekan.”
Tak butuh waktu lama hingga setahun kemudian, Hasyim dan timnya percaya diri untuk membagi keterampilan dan semangatnya pada rekan sejawatnya hingga masyarakat awam yang disasar dalam seminar-seminar awam. Bagi publik, kiat yang dibagi adalah pencegahan serta penanganan jika telah terkena diabetes.
“Kami ada staf yang disebut tim diklat yang bertugas menyebarkan ilmu, skill perawatan luka agar makin banyak nakes yang menguasai, sehingga lebih banyak pasien yang terbantu. Di saat yang sama kami juga bekerja sama dengan lembaga-lembaga filantropi seperti Rumah Zakat dan Dompet Duafa untuk membantu pasien tak mampu agar bisa kembali pulih dan berfungsi lagi.”
Kuratif dan preventif sama pentingnya
Ikhtiar peningkatan kualitas layanan yang dilakukan Hasyim, di antaranya ditempuh melalui pendidikan Magister Keperawatan yang ditempuhnya di Universitas Indonesia pada 2013 serta Master of nursing in Diabetes Management and Education di Flinders University Australia. Ilmu dan keterampilan yang kemudian dibaginya pada tim PedisCare hingga mahasiswa keperawatan dari berbagai kampus itu kian menguatkan PedisCare.
Di saat yang sama, komitmen untuk mengoptimalkan media sosial juga kian mengibarkan nama PedisCare. “Kami menggunakan media sosial tidak hanya untuk branding tapi juga dengan memperdalam keahlian digital marketing, jadi mulai dari optimasi di market place, search engine optimation, Instagram dan YouTube dilakukan untuk meningkatkan brand dan daya jangkau. “Tim kami terbagi atas bagian perawatan, pelatihan, marketing,”
Digitalisasi juga bukan cuma diterapkan dalam menyasar pasar, namun juga program edukasi yang juga terus digeber PedisCare. “Pada akhir 2021 kami meluncurkan banyak webinar, pelatihan daring, hybrid,” kata Hasyim yang menyebutkan PedisCare kini memiliki situs, 3 akun Instagram, 2 saluran YouTube, 2 akun TikTok serta akun Facebook Business Suite.
PedisCare yang kini buka Senin hingga Sabtu, pukul 8 hingga 16, terus bergeliat hingga kini dikawal 18 orang di tim manajemen. Inovasi terbaru, sejak 2 tahun terakhir, PedisCare juga menjalankan program layanan home care multi disiplin, mulai perawatan luka hingga fisioterapi. “Yang paling hits adalah perawat jaga 24 jam, ada paket harian, mingguan hingga bulanan. Karena multi disiplin, ada kunjungan dokter, fisioterapi dan lainnya bahkan juga rental alat kesehatan. Layanan ini dijalankan 40 orang. Sehingga dari semula 3 orang, di tahun ketujuh beroperasi PedisCare punya tim total 60 orang.”
Pencapaian di bidang bisnis, kata Hasyim, terlihat dalam omset yang sejak 2019 konsisten berada diatas Rp1 miliar, bahkan pada 2021 mencapai Rp1,4 miliar. “Meskipun margin profit masih kecil, 15% makisimal. Tapi saya rasa itu sudah sangat lumayan karena kita mengalokasikan persentase yang besar itu untuk kesejahteraan atau gaji staf.”
Tak cuma berkutat di aspek kuratif, PedisCare juga menggeber program preventif dengan membuka konseling diabetes baik daring maupun luring serta kelas tak berbayar buat publik. “Bagi mereka yang sudah kena diabetes, salah satu yang paling penting adalah mencegah luka, sehingga kami juga meluncurkan alas kaki khusus bagi orang diabetes untuk mencegah luka. Webinar gratis yang kami adakan membahas diabetes, perawatan kaki dan pencegahan luka. Langkah preventif itu penting banget karena sekali terjadi luka, bisa merembet kemana-mana. Tidak hanya kondisi kaki yang makin busuk tapi orang menjadi tidak bisa bekerja, tidak bisa membiayai keluarga, kalau sampai dirawat di RS, akhirnya keluarga harus menunggu dan tidak bisa kerja. Apalagi kalau sudah diamputasi, masa depan keluarga itu sangat terpengaruh.”
Modal untuk kembangkan diklat
Rangkaian ikhtiar PedisCare itu mengantarkan Hasyim meraih juara pada Satu Indonesia Award yang digelar Astra Internasional kategori kesehatan pada 2019. “Kami ikut kompetisi ini untuk mengangkat profesi perawat yang selama ini lebih banyak dikenal sebagai profesi kesehatan kelas 2 atau 3. Kami ingin membalik sudut pandang itu, bahwa perawat bisa berprestasi, bisa memperoleh penghargaan tingkat nasional, bisa buka bisnis dan mendapat penghasilan yang memberikan kesejahteraan,” kata Hasyim yang mengaku hadiah yang didapatnya digunakan untuk modal mengembangkan tim Diklat PedisCare. “Kita dapatnya pas sebelum pandemi sehingga bisa digunakan untuk pengembangan. Perjalanan ini membuktikan kami sudah bertransformasi dari awalnya praktik layanan perawatan luka sekarang sudah jadi bisnis nursing center dan pelatihan. Ke depan kami ingin buka di daerah-daerah lain dengan berkolaborasi bersama mitra. Dalam waktu dekat ini kami akan buka di Kupang, NTT dan Palembang, Sumatera Selatan dan diharapkan di daerah lain agar benefit kita bisa dirasakan masyarakat di banyak tempat di Indonesia!” (X-8)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved