Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
Di kecamatan yang dikelilingi pantai serta bertetangga dengan Australia, dipisahkan Laut Banda ini, puskesmasnya punya alat pembersih karang gigi berteknologi terbaru. Pun, sang dokter giginya rajin mengajar anak SD cara menggosok gigi.
Sabtu pagi (24/6) di Puskesmas Laimu yang terletak di wilayah Negeri Laimu, Kecamatan Telutih, Kabupaten Maluku Tengah, Pulau Seram, Provinsi Maluku, tampak sibuk. Dokter gigi Wulan Fury Lenggari baru saja selesai melakukan perawatan pada pasiennya, Arul Ramadhani,17, yang semula datang untuk ditambal, namun ternyata harus melalui proses perawatan saluran akar gigi atau endodontik terlebih dahulu.
Prosedur itu dilakukan untuk mengobati kerusakan pada rongga gigi. Tiga pekan berikutnya, setelah ia melalui prosedur endodontik, Arul Ramadhani dijadwalkan mengalami penambalan pada giginya yang berlubang. ”Alhamdulillah dari segi peralatan, dengan jumlah pasien yang ditangani 3 hingga 5 orang setiap harinya, kami bisa melakukan penanganan optimal. Di sini, kami mampu melakukan pembersihan karang gigi, penambalan hingga pencabutan,” kata Wulan Fury.
Selain Wulan Fury, ada pula dokter umum Esty Tupamahu yang bertugas di ruang perawatan yang baru saja memeriksa Kensey Ahad Ali, 10 bulan, yang dirawat sejak empat hari lalu karena diare. ”Kami datang ke sini karena anak saya sejak Selasa lalu diare dan muntah-muntah sampai lemas. Sekarang ini sudah membaik, tadi juga sudah dibilang sudah bagus oleh dokternya karena pipisnya sudah mulai normal,” kata sang ibu, Feby Hatuleli, 34.
Cukup NIK
Di loket pendaftaran, petugas bekerja dengan komputer yang memungkinkan Arul dan pasien anggota BPJS Kesehatan lainnya bisa mendaftar dengan cukup menyebutkan NIK. Tak ada lagi keharusan membawa kartu BPJS Kesehatan, atau bahkan dokumen lainnya seperti KTP dan Kartu Keluarga.
Denyut aktivitas para tenaga medis dan petugas Puskesmas lainnya terbilang kontras dengan suasana lengang di depan jalan raya Negeri Laimu yang terbilang senyap. Dalam hitungan lima belas menit, hanya satu dua kendaraan sepeda motor atau mobil yang melintas. Bangunan Puskesmas yang diresmikan pada Januari 2021 di atas tanah lebih dari 1.000 meter itu menjadi fasilitas kesehatan yang menyediakan rawat inap satu-satunya di Telutih. Kecamatan ini terdiri atas Negeri atau Desa Hunisi, Lafa, Laha, Laha Kaba, Laimu, Moneoratu, Tehua, Ulahahan, Wolu, dan Yamalatu. Mayoritas warga bekerja sebagai nelayan dan petani dengan komoditas unggulan mereka cokelat, durian, manggis serta tanaman hortikultura.
Bekerja di wilayah 3T
”Wilayah kerja kami ini masuk dalam kawasan 3T atau tertinggal, terdepan, dan terluar dengan jumlah masyarakat yang harus kami layani lebih dari 8 ribu orang. Hampir seluruhnya telah menjadi anggota BPJS Kesehatan, sebanyak 95% adalah kategori penerima bantuan iuran (PBI) dan 5%-nya adalah peserta mandiri. Mereka menjadi PBI karena tingkat kesejahteraannya yang mayoritas juga masih di bawah standar,” kata Kepala Puskesmas Laimu Rustam Samalehu yang pagi itu baru selesai mengikuti senam bersama pegawai puskesmas dan warga sekitar, salah satu program preventif yang dilaksanakan puskesmas.
Seperti juga fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya, Puskesmas Laimu menerima dana kapitasi. Dana ini dibayarkan BPJS Kesehatan kepada penyelenggara pelayanan kesehatan untuk menjalankan pelayanan bagi peserta JKN. Dana tersebut dibayarkan dimuka setiap bulan tanpa memperhitungkan banyaknya pasien peserta JKN yang berobat dan jenis pelayanan kesehatan yang diberikan oleh puskesmas.
”Setiap bulannya kami menerima Rp33 juta, sebanyak 40% kami gunakan untuk operasional, pembelian alat kesehatan dan obat-obatan. Sedangkan 60% untuk membayar jasa pelayanan serta insentif bagi PNS Nusantara Sehat. Mereka menerima sekitar Rp600 ribu hingga Rp700 ribu,” ujar Rustam. Program Nusantara Sehat sendiri merupakan program Kementerian Kesehatan untuk memperkuat layanan kesehatan primer. Fokus utama tim yang terdiri dari anak-anak muda ini adalah upaya promotif dan preventif, untuk mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat mengenai kesehatan.
Dana kapitasi untuk melengkapi fasilitas
Rustam melanjutkan, alokasi 40% dana yang bisa digunakan untuk belanja itulah yang digunakan Puskesmas Laimu untuk melengkapi aneka peralatan, termasuk yang terbaru, alat scaling gigi berteknologi terbaru yang dibeli seharga Rp3 juta pada Februari lalu.
”Peralatan di Puskesmas ini satu per satu kami lengkapi karena pencairan dana kapitasi dari BPJS Kesehatan itu selalu tepat waktu di awal bulan, tidak pernah ada keterlambatan. Ini memudahkan kami untuk mengatur prioritas pemenuhan kebutuhan operasional puskesmas. Dalam proses ini kami mengikuti prosedur, menggunakan sistem E-Katalog JKN,” ujar Rustam.
Rustam menjelaskan, dana kapitasi JKN adalah dana yang dibayarkan oleh BPJS Kesehatan kepada puskesmas sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan bagi peserta JKN. Sumber dana kapitasi berasal dari hasil pengelolaan dan pengembangan dana iuran peserta JKN oleh BPJS Kesehatan. Tarif kapitasi JKN untuk setiap puskesmas ditentukan oleh BPJS Kesehatan dan Dinas Kesehatan. Dari dana kapitasi inilah puskesmas memperoleh dana untuk pelayanan kesehatan kepada pasien peserta program JKN. Dana kapitasi JKN dikelola dan dimanfaatkan oleh puskemas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan keuangan daerah.
Rutin melakukan upaya preventif
Bukan cuma dalam lingkup kuratif, Rustam didukung 52 staf Puskesmas Laimu lainnya juga memanfaatkan dana kapitasi itu untuk melaksanakan fungsi preventif, berjalan beriringan dengan penugasan dari program Nusantara Sehat yang menaungi penempatan para dokternya. Mereka rutin melakukan pelayanan di posyandu hingga penyuluhan di sekolah.
”Rabu kemarin saya baru saja melakukan kunjungan penyuluhan gigi ke sekolah di SDN 169 di Desa Laimu. Kami bertugas di sana melakukan penyuluhan cara menggosok gigi, waktu gosok gigi, hingga melakukan pemeriksaan pada siswa kelas 1 sampai kelas 6. Biasanya sekali kunjungan bisa menyasar 100 siswa. Kasus terbanyak yang kami temui pada siswa SD adalah gigi goyang,” kata Wulan yang lazim mengendarai motor dinas bersama sang perawat saat melakukan pelayanan dan penyuluhan di posyandu dan sekolah.
Buat pasien yang ditemui di posyandu dan siswa di sekolah yang mereka kunjungi, Wulan akan memberikan kartu kontrol dan periksa yang akan diberikan keterangan khusus bagi mereka yang memerlukan kunjungan lebih lanjut ke puskesmas. Misalnya, pada kasus yang memerlukan tindakan lebih lanjut di puskesmas.
”Bagi kami di Poli Umum, PR-nya adalah diare dan asma, kedua jenis penyakit ini prevalensinya paling tinggi. Pada Selasa kemarin kami melakukan pelayanan dan penyuluhan di Posyandu Tanjung di Negeri Yamalatu. Selain membagikan pesan untuk menjaga higienitas, termasuk sirkulasi udara, kami juga menemukan kasus remaja yang hipertensi serta penyakit gula. Langkah preventif yang kami sampaikan, salah satunya adalah mengelola gaya hidup,” kata Esty.
Jarak yang harus ditempuh menuju Puskesmas Laimu, 90 menit menumpang kapal cepat dari Pelabuhan Tulehu di Pulau Ambon serta disambung empat jam berkendara, tak menghalangi kiprah tim medis dan staf puskesmas lainnya untuk tak hanya menunaikan pelayanan kuratif, namun juga preventif. Komitmen mereka menjadi bagian dari pengungkit kehidupan warga Kecamatan Telutih yang masuk dalam wilayah 3T. Salah satunya buat Arul Ramadhani yang menjalankan perawatan gigi agar memenuhi syarat mendaftar sekolah kedinasan yang tak berbayar sekaligus berpeluang lebih besar untuk langsung bekerja. (X-8)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved