Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Hadapi Hama Tikus 1.001 Ular akan Ditebar

Kristiadi
11/8/2016 02:00
Hadapi Hama Tikus 1.001 Ular akan Ditebar
(ANTARA FOTO/Anis Efizudin)

SERANGAN hama tikus di lahan pertanian kian meresahkan, tak terkecuali di wilayah Tasikmalaya, Jawa Barat. Tak mau berdiam diri, Komunitas Tasikmalaya Reptilian Community (TRC) berencana menebar 1.001 ular di area sawah untuk menghadapi serangan tikus. "Saat ini, pelepasan ular telah dilakukan di area persawahan di Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya," kata Ketua TRC Tasikmalaya Ery Atmanagara, rabu (10/8).

Ular menjadi predator alami tikus. Sayangnya, keberadaan ular-ular di area sawah kini semakin sedikit. Ery pun meminta petani agar tidak lagi membunuh ular di area sawah. "Petani juga harus menjadikan ular sebagai sahabat karena mereka tidak menggigit. Malah mereka akan membantu petani menjaga padi petani. Tidak semua ular. Yang paling berbisa sekarang ini ular cobra dan welang, itu bisa dibunuh," bebernya. Serangan hama saat musim kemarau basah juga yang membuat Budi, 44, petani di Desa Mojotengah, Kecamatan Kedu, Temanggung, Jawa Tengah, pesimistis menambah luasan tanam padi. Budi baru akan menanam padi pada musim tanam serentak, Oktober mendatang. "Kalau tanam padi sendirian pasti akan banyak serangan hama tikus yang rawan di bulan-bulan ini. Lagi pula hujan juga tidak tentu, takutnya nanti tiba-tiba terang tidak ada hujan, lalu airnya kurang untuk padi," ujar Budi.

Dengan alasan yang sama, Muh Soleh, 49, petani asal Pasuruan, Kecamatan Bulu, pun enggan menanam padi. "Hasilnya kurang maksimal dan pertumbuhan tanaman kurang bagus," ungkapnya. Jika biasanya lahan 1.000 meter persegi menghasilkan 5-6 kuintal gabah kering panen untuk tiga kali tanam, yang ketiga hasilnya cuma 2,5 kuintal. "Lainnya banyak dimakan burung, wereng, tikus, dan terkena layu batang." Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Banyumas, Jawa Tengah, Tjutjun Sunarti meminta petani agar terus waspada terhadap kemunculan organisme penganggu tanaman (OPT) baik hama maupun penyakit.

Pola tanam serentak seperti di Jateng tidak dilakukan Sumbar karena penanaman dilakukan tiap bulan. Untuk menggenjot produksi padi, Sumbar berniat mencetak 600 hektare sawah baru yang didanai pemerintah pusat. Plt Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumbar Besli mengatakan, tahun ini, program cetak sawah di Sumbar sudah berjalan 40%. "Tiap 1 ha, biayanya Rp16 juta," sebut Besli.

Jual rugi
Akibat kemarau basah, produksi garam rakyat di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, melorot hanya 20% saja sekitar 70 ribu ton dari 16 ribu hektare luas tambak yang ada. Padahal, dalam kondisi normal produksi garam rakyat mencapai 350 ribu ton. "Kualitas garam juga turun dan harganya menjadi murah. Produksi garam juga terganggu karena rob," jelas Ketua Asosiasi Petani Garam Kabupaten Cirebon Insyaf Supriadi. Insyaf pun berharap pemerintah membangun breakwater untuk menghindari tergenangnya tambak saat rob.

Panen tomat yang melimpah di berbagai daerah di tengah normalnya permintaan konsumen menyebabkan anjloknya harga tomat di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jabar. Petani terpaksa jual rugi tomat paling mahal di harga Rp2.000 per kg. Anjloknya harga tidak hanya terjadi pada tomat, tapi juga sawi, brokoli, dan lain-lain. "Masalahnya bukan faktor cuaca, memang karena masa panennya sama," kata Asep, 47, petani setempat. (TS/YH/LD/UL/DG/N-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya