Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Pemkab Lembata Anggarkan Rp150 Juta Pugar Masjid Tertua di Nusa Tenggara Timur

Alexander P Taum
06/4/2023 16:50
Pemkab Lembata Anggarkan Rp150 Juta Pugar Masjid Tertua di Nusa Tenggara Timur
Masjid Al Mukarabin Labala yang terletak di desa Leworaja, Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur(MI/ALEXANDER P TAUM)

MASJID Al Mukarabin Labala yang terletak di desa Leworaja, Kecamatan
Wulandoni, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur itu kini sudah berusia 126 tahun. Masjid ini menjadi saksi syiar Islam di Lembata.

Meski telah dipugar 3 kali, namun masjid tertua di Nusa Tenggara Timur
itu belum cukup menampung ribuan jemaat yang bertambah setiap tahun.
Kini masjid tersebut direncanakan untuk dipugar kembali dengan anggaran
senilai Rp150 jutah.

Menurut rencana, Penjabat Bupati Lembata Marsianus Jawa akan
menyerahkan bantuan pemugaran masjid tertua itu.

Kepala Desa Leworaja, Bora Muhamad, Kamis (6/4) mengatakan, Masjid Al Mukarabin Labala dibangun pada zaman kerjaan Kecil Lebala. Kerajaan itu merupakan salah satu sekutu dalam gabungan Kerajaan Solor Watan Lema.

Selain hubungan dagang antar-kerajaan, ada pula syiar Islam dalam misi
tersebut. Karena itulah, pada 1897 dibangunlah sebuah masjid di
Kampung Labala, atau Desa Leworaja saat ini.

Masjid yang dibangun pada 1897 itu menjadi saksi sejarah penyebaran
Islam pertama di Lembata.

Masjid dibangun oleh Al Habib Asegaf, Imam Besar pertama di Labala, keturunan Arab yang tinggal dan menetap di Waiwerang, Pulau Adonara. Masjid perdana itu dibangun dengan menggunakan material lokal dan beratap rumput Ilalang.

Sementara tukang yang mengerjakan masjid tersebut bernama Olong Koli
yang berasal dari kampung Goran Adonara.

Kala itu, Labala masih berbentuk kerjaan yang dipimpin Raja Baha Mayeli. Kemudian Al Habib Asegaf, Imam Besar pertama Di Labala itu meninggal dunia. Ia dimakamkan di Waiwerang.

Pemugaran


Setelah meninggal dunia, peran imam besar masjid Al Mukarabin kemudian
digantikan oleh KH Baha Abdulah, Mubaliq turunan Tionghoa bernama asli
Ku Koe Min. Kini makamnya masih terawat di Desa Leworaja.

Seiring waktu berjalan, kondisi masjid pun mulai lapuk.  Pemugaran pun
dilakukan secara bertahap pada 1950.

Pemugaran kemudian dilakukan lagi pada 1972, pada saat Leworaja dipimpin Kepala Desa Mohamad Sangaji Soap. Pada saat itu atap ilalang masjid Al Mukarabin pun digantikan dengan atap seng.

Kemudian pada tahun 1992 dipugar lagi. Ukuran masjid sebelumnya yakni 12 x 12 meter diperbesar menjadi 17,5 x 17,5 meter.

"Saat ini, 2023, kami mau pugar kembali. Kami dengar anggaran sebesar Rp150 juta sudah ditetapkan untuk pemugaran masjid Al Mukarabin
Labala. Kepanitiaan pemugaran pun sudah terbentuk," ungkap Kepala Desa
Leworaja, Bora Muhamad.

Dia menandaskan, Masjid Al Mukarabin Labala menjadi aset budaya Keagamaan tertua di NTT, sehingga perlu mendapat perhatian
pemerintah. (N-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Sugeng
Berita Lainnya