Sabtu 18 Februari 2023, 12:09 WIB

Nilai-Nilai Reba untuk Wisata Bermartabat dan Berkelanjutan

Iis Zatnika | Nusantara
Nilai-Nilai Reba untuk Wisata Bermartabat dan Berkelanjutan

Dok CECT Universitas Trisakti
Direktur CECT Universitas Trisakti Jakarta Maria Ariesta Utha berbicara dalam diskusi Budaya Reba.

 

Bulan Desember hingga Februari selalu istimewa buat masyarakat Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur baik itu yang berada di kampung halamannya maupun yang telah bermukim di berbagai wilayah nusantara. Pasalnya, pada bulan-bulan ini lazimnya akan digelar Reba, upacara adat untuk menghormati dan bersyukur pada leluhur. Perayaan ini meriah, dengan berbagai aktraksi dan kegiatan adat yang kaya makna.

Selain Reba, Kabupaten Ngada yang terletak di bagian tengah Pulau Flores,dan dihuni tiga suku besar, yaitu Suku Nagekeo, Suku Bajawa dan Suku Riung ini juga punya alam nan eksotis. Di antaranya, Taman Laut Nasional 17 Pulau Riung, gugusan pulau-pulau kecil dan besar. Di sini, kita bisa menyelam dan snorkeling menikmati panorama bawah laut yang terpelihara baik.

Ada pula Air Terjun Ogi yang terletak di Desa Pape, dengan ketinggian sekitar 30 meter. Kita akan menjumpai pepohonan rimbun, persawahan serta tentunya udara dan limpahan air yang segar. Mampir juga ke Puncak Wolobobo, bukit di hutan lindung yang berlatar Gunung Inerie dan Ebulobo. Lokasi ini merupakan lokasi menikmati matahari terbit di Bajawa. Tak kalah istimewanya, Kampung Bena, perkampungan megalitikum yang setia mempertahankan budaya zaman batu yang tidak banyak berubah sejak 1.200 tahun yang lalu, serta berbagai kampung adat lainnya yang tersebar di Ngada.

Direktur Center For Enterpreneurship Change and Third Sector (CECT) Universitas Trisakti Maria Ariesta Utha yang juga berdarah Ngada menyatakan, alam dan kekayaan kultur menjadikan Ngada berpotensi besar memikat para pelancong. Untuk mengoptimalisasi industri pariwisata kabupaten Ngada juga diperlukan penguatan, sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai luhur budaya dalam hal ini adalah nilai-nilai budaya Reba dapat mendorong  terwujudnya sustainable tourism (pariwisata berkelanjutan)  yang mengharuskan adanya code of conductCode of conduct  ini diharapkan dapat menghindari serangkaian akibat buruk bahkan rusaknya industri pariwisata di suatu daerah.

Tanpa adanya code of conduct,  pariwisata bisa menjadi pintu masuk bagi perilaku-perilaku  menyimpang yang diimpor oleh para wisatawan. Sebut misalnya perilaku seksual tak wajar yang termanifestasi melalui naiknya  jumlah penderita  HIV/AIDS. ”Code of conduct atau tuntunan imperatif perilaku di daerah-daerah tujuan wisata itu perlu kita tegakkan dan itu bisa diambil dari nilai-nilai budaya lokal. Di daerah Ngada misalnya, nilai-nilai yang terdapat dalam Reba bisa dijadikan unsur utama pembentuk pedoman perilaku tersebut,” kata Maria dalam Rekoleksi Budaya  bertajuk Transformasi Nilai Budaya Reba dalam Masyarakat Diaspora Ngada Jabodetabek yang digelar oleh Paguyuban Keluarga Besar Ngada Jakarta (PKBNJ), di Aula Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Jakarta, Sabtu (11/2/).

Maria berharap agar nilai-nilai luhur yang ada dalam Reba terus digali, diangkat, disosialisasikan dan ditransformasikan  agar dapat menjawab tantangan dan dinamika jaman kini. Beberapa nilai dasarnya terumuskan dalam dekalog falsafah hidup orang Ngada yang sebetulnya juga berlaku universal. Antara lain  Dewa Zeta Nitu Zale (Mengabdi Allah yang Maha Tinggi), Bodha Molo Ngai Go Kita Ata (Harus menghormati martabat manusia), Bugu Kungu Nee Uri Loga (kerja keras) dan Maku Nee Fai Walu Kaqo Nee Ana Salo (muliakan para janda dan peluk para yatim sebagai wujud keberpihakan pada yang lemah).

Selain perlunya Code of Conduct, Maria juga menekankan pentingnya memberi nilai ekonomis kepada kekayaan budaya. ”Karena itu harus terus dibangun kerjasama antara masyarakat, pemerintah, NGO dan industri untuk pengembangan budaya dan membangun daerah.”

Rekoleksi Budaya ini menghadirkan 11 pembicara dan 12 penanggap yang terdiri dari orang Ngada yang  ahli dan profesional  di bidangnya masing-masing.  Selain Maria, hadir sebagai pembicara antara lain Wakil Gubernur NTTJosef Nae Soi, Kepala Sekolah Kolese Gonzaga Romo Eduard C. Ratu Dopo, Programme Manager for Post-Disaster/Conflict Recovery UNDP Siprianus Bate Soro, dan Wakil Rektor I bidang Akademik IPDN Hyronimus Rowa. (X-16)

Baca Juga

Ist

Kemenkominfo Gelar Literasi Digital Cermat Bermain Media Sosial di Sidrap

👤mediaindoonesia.com 🕔Jumat 24 Maret 2023, 13:02 WIB
Kegiatan program literasi digital nasional dengan tema “Cermat Bermain Media Sosial,”  ini diikuti 11.838 siswa dari 230...
Antara

LRT Palembang Perbolehkan Penumpang Makan dan Minum saat Jam Berbuka Puasa

👤Dwi Apriani  🕔Jumat 24 Maret 2023, 12:55 WIB
Pengelola light rail transit (LRT) di Palembang, memperbolehkan penumpang untuk memecah buka puasa di dalam gerbong...
MI/HO

Hari kedua Ramadan, Menteri Hadi Gebuk Mafia Tanah di Kalteng

👤Mediaindonesia.com 🕔Jumat 24 Maret 2023, 12:37 WIB
Hadi Tjahjanto menjelaskan adanya praktik mafia tanah yang melibatkan Madi Goening Sius dengan modus menyerobot...

E-Paper Media Indonesia

Baca E-Paper

Berita Terkini

Selengkapnya

Top Tags

BenihBaik.com

Selengkapnya

MG News

Selengkapnya

Berita Populer

Selengkapnya

Berita Weekend

Selengkapnya