Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Kerja Industri Hulu Migas Bantu Muara Pegah Meraih Asa

Yovanda Izabella
31/8/2022 15:15
Kerja Industri Hulu Migas Bantu Muara Pegah Meraih Asa
Kampung Muara Pegah, Kelurahan Muara Kembang, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, lebih maju berkat campur tangan Pertamina Hulu Mahakam(MI/Yovanda Izabella)

Letaknya di wilayah pesisir Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur
(Kaltim). Mayoritas penduduknya adalah nelayan. Dulunya kampung ini gelap dan menyeramkan. Tak ada air bersih dan tak punya tempat ibadah.

Namanya Muara Pegah. Kampung kecil di tengah delta yang menghubungan Sungai Mahakam dengan Selat Makassar.

Muara Pegah berada di wilayah Delta Mahakam, Kelurahan Muara Kembang,
Kukar. Kampung ini benar-benar terisolasi, jauh dari daratan. Satu-satunya akses menuju Muara Pegah harus melintasi Sungai Mahakam, dengan ancaman satwa buas seperti buaya.

Dari Kelurahan Muara Kembang ke Muara Pegah yang berjarak belasan kilometer harus ditempuh dengan alur sungai yang berkelok-kelok.

Pukul 17.10 Wita, Sudirman, 56, baru pulang melaut. Dia buru-buru masuk ke dalam rumahnya untuk segera mandi dan berwudhu.

"Sebentar ya, sudah petang. Saya mandi dulu, lalu ikut saya ke masjid. Setelahnya saya ajak lihat-lihat kampung ini," katanya.

Sudirman adalah Ketua RT 11, Muara Pegah. Dia lahir dan besar di kampung itu sebagai nelayan.

Saban hari, sepulang melaut dia selalu salat magrib di Masjid Muara Pegah. Hal itu sebagai wujud syukur. Kampung mereka memiliki masjid yang luas dan air bersih untuk berwudhu.

Setelah salat, Sudirman mengajak Media Indonesia berkeliling. Kampung
sepanjang 800 meter itu hanya dihuni 1 RT dengan jumlah penduduk 200 jiwa dari 54 kepala keluarga.

Rumah penduduk berjumlah 49 bangunan yang berada di atas laut.
Di sisi kanan Muara Pegah dibangun menara kepanduan TNI AL. Sebelah
kiri adalah hutan mangrove hasil tanam masyarakat.


Terang sudah datang

 

Waktu menunjukkan pukul 18.30 Wita, dari jembatan Muara Pegah, terlihat
pemandangan yang menarik di laut lepas. Barisan kapal pengangkut batu bara tengah mengantre menuju Selat Makassar. Lampu-lampu kapal yang temaran menambah syahdu pemandangan malam itu.

"Setiap malam warga menikmati pemandangan lampu-lampu kapal. Walaupun
kampung ini terpencil, tapi kondisinya tenang. Suara adzan subuh yang
merdu, jadi alarm semua warga," ujar Sudirman memulai obrolan.

Dulu, kata dia, Muara Pegah adalah kampung yang menakutkan. Masa kecil Sudirman dihabiskan ikut melaut bersama ayahnya. Dia sudah khatam menghadapi ancaman buaya muara Delta Mahakam. Dia juga terbiasa menghadapi gelombang air pasang dan badai di lautan.

Saat petang, dia sigap menyalakan lampu teplok dan petromak. Jika minyak tanah habis, maka seisi rumah harus siap gelap-gulita berhari-hari.

Anak-anak Muara Pegah nyaris tak tersentuh peradaban. Mereka juga tidak ada yang mengenyam pendidikan walau di bangku Sekolah Dasar (SD). Fasilitas kesehatan juga tidak ada. Jika ada warga yang sakit, hanya berobat kampung atau dibiarkan hingga sembuh sendiri.

"Kalau mau sekolah, harus berani keluar kampung. Kalau ada yang sakit,
harus berobat sendiri. Jumlah rumah warga masih sedikit, bisa dihitung
jari. Kalau malam hanya bunyi ombak laut yang terdengar. Kalau sudah
waktunya tidur, gelap sekali seperti tak ada kehidupan," ujarnya.

Tapi itu dulu, lanjutnya. Sejak 15 tahun terakhir, Muara Pegah mulai
dipenuhi banyak fasilitas publik.

Pertama kali, fasilitas sekolah dasar (SD) swasta dibangun di tempat itu. Gedung sekolah dibangun oleh Total E&P Indonesia yang sekarang berganti nama menjadi Pertamina Hulu Mahakam (PHM).

Sekolah itu mampu menopang pendidikan anak-anak di tiga kampung, yakni
Muara Pegah, Muara Ulu Besar dan Muara Ulu Kecil.

"Ini satu-satunya sekolah di wilayah 3 kampung, jumlah murid hanya 28. Anak sekolah dari Muara Pegah sekolah setiap hari. Kalau 2 kampung itu, sekolah hanya 3 hari, Senin, Rabu, Jumat karena terganjal angkutan," ungkapnya.

Menyusul, pada 2018, Muara Pegah terbebas dari kegelapan. Melalui
program Kembang Bersinar, PHM menyerahkan bantuan listrik Solar Home Sistem (SHS) di Muara Pegah.

Fasilitas kesehatan juga dibangun dengan sederhana. Gerakan penanaman mangrove untuk menjaga abrasi juga mulai dilalkukan.

"Saya dulu tidak percaya di kampung ini bisa punya listrik. Soalnya tidak mungkin ada tiang listrik yang bisa nyambung dari daratan. Ternyata ada solar cell yang bisa dijadikan listrik. Membantu sekali dan kuat untuk menyalakan kipas angin atau televisi dan beberapa lampu di malam hari," jelasnya.

Tidak sampai di situ, bangunan tempat ibadah kemudian diperbesar. Kebutuhan untuk rumah marbot, toilet masjid dan area wudhu juga dilengkapi.


Pertamina Hulu Mahakam


Pemandangan setiap masuk waktu salat, para kepala keluarga berduyun-duyun menuju masjid untuk shalat berjamaah. Saat ini, satu-satunya ganjalan untuk pengembangan ekonomi di Muara Pegah hanyalah sinyal internet. Bantuan wifi dari PHM masih sangat dibutuhkan, terutama untuk peningkatan pendidikan

"Kami merasa nyaman di kampung ini, meski terisolasi. Bantuan dari PHM
rutin datang. Yang tadinya tidak ada, serang ada. Bantuan alat tangkap nelayan juga sering ada. Semua dimaksimalkan untuk perputaran ekonomi di Muara Pegah ini. Yang tersisa belum ada ialah internet. Sebenarnya sudah ada bantuan Wifi, tapi masih kurang," tandas Sudirman.

Sementara itu, Head of Communication Relations & CID PHM, Frans Alexander mengatakan Muara Pegah tak pernah lepas dari sasaran dari program corporate social responsibility (CSR) PHM. Agar terbebas dari kegelapan, PHM lebih dulu membantu pemasangan 56 unit SHS untuk semua rumah.

"Program Kembang Bersinar sudah dibagi secara merata di tiap rumah.  Kami bantu pemasangannya, juga lengkap dengan pembinaan kelompok pengelola," ujarnya.

Frans menambahkan pembangunan fasilitas publik di wilayah itu harus
diutamakan lantaran menjadi daerah ring 1 dari aktivitas sumur migas yang dikelola PHM.

Tidak hanya kelistrikan, PHM juga membangun fasilitas umum seperti berupa toilet dan tempat wudhu di masjid dan joglo Muara Pegah. Program tersebut adalah program yang mengedepankan pemanfaatan dan pengelolaan energi terbarukan berbasis masyarakat melalui instalasi SHS dan pembangkit tenaga listrik tenaga surya (PLTS) di Desa Muara Kembang dan Tani Baru.

"Semua berbasis energi terbarukan. Diharapkan pemanfaatannya dapat maksimal terutama untuk membantu ekonomi masyarakat Muara pegah," pungkasnya. (N-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : NUSANTARA
Berita Lainnya