Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Jumlah Sapi di NTT Capai 860 Ribu Ekor

Antara
07/6/2016 10:38
Jumlah Sapi di NTT Capai 860 Ribu Ekor
(ANTARA FOTO/Anis Efizudin)

HASIL survei yang dilakukan Dinas Peternakan Nusa Tenggara Timur menunjukkan populasi ternak potong terutama sapi potensial di daratan Pulau Timor dan Sumba dengan angka populasi mencapai 860 ribu ekor lebih.

"Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur mencatat populasi sapi di daerah ini hingga 2014 mencapai 860.731 ekor mulai dari pedet atau anak sapi hingga sapi dewasa siap potong," kata Kepala Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Dany Suhadi, di Kupang, Selasa (7/6).

Total populasi itu, katanya, mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seperti 2011 mencapai 778,6 ribu ekor tahun 2012 tercatat 814.450 ekor dan pada 2013 naik menjadi 823.135 atau mengalami kenaikan 13,27 persen hingga 2014 menjadi 856 ribu dan 2015 menjadi 869.731 ekor.

Mantan kepala Dinas Pertambangan dan Energi NTT itu mengatakan hal tersebut terkait mahalnya harga daging sapi yang diduga diakibatkan oleh berkurangnya stok sapi yang diantarpulaukan ke luar NTT karena harga sapi merosot dan pembatasan pengeluaran ternak itu.

"Jumlah tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan daging dalam negeri terutama kebutuhan konsumen secara lokal," katanya.

Jadi tidak ada larangan tetapi pemerintah membatasi pengiriman sapi ke Pulau Jawa per pekan. Dilakukan pembatasan kuota pengiriman sebanyak 65 ribu per tahun.

"Silakan saja, mereka mau kirim berapa banyak, tapi harus sesuai kuota yang ditetapkan pemerintah," kata Dany.

Ia menyampaikan pembatasan kuota per tahun dilakukan agar pengiriman sapi disesuaikan dengan populasi sapi di NTT, sehingga produksi sapi bisa berkelanjutan dari tahun ke tahun.

Dia menyebutkan, populasi sapi sesuai data Dinas Peternakan NTT tahun 2015, sebanyak 860.731 ekor. Pemerintah NTT juga melarang peternak untuk mengirim sapi betina produktif ke Pulau Jawa. Hal itu dilakukan, karena terkadang peternak mengirim sapi betina yang masih produktif.

"Kadang peternak menjual sapi betina yang masih produktif, tapi mereka alasan sudah afkir, sehingga harus dilarang menjual sapi betina produktif," katanya.

Menurut dia, saat ini sekitar 10 persen sapi yang berada di masyarakat adalah bantuan sosial baik dari pemerintah pusat maupun provinsi.

Lebih lanjut dikatakan, sapi jantan siap potong yang tersedia hanya bisa mencukupi hingga akhir Agustus saja sehingga perlu ada penambahan kuota sapi di samping pihaknya mencari data jumlah sapi jantan lokal yang siap potong di masyarakat.

Di tengah naiknya harga daging sapi ini dan minimnya suplai ke pasar, pihaknya mengkhawatirkan adanya penjualan sapi dari peternak kecil atau rumahan yang menjual sapi betina produktif ke tengkulak atau spekulan.

Dikatakan, hingga Januari ini, NTT menempati urutan empat populasi sapi potong terbesar di Indonesia setelah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan.

"Angka populasi itu diprediksi akan terus meningkat seiring dengan langkah konkret di lapangan dalam pengembangan peternakan di NTT," katanya.(OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya