Headline

Konsistensi penegakan hukum perlindungan anak masih jadi tantangan

Fokus

Di Indonesia, cukai rokok sulit sekali naik, apalagi pada tahun politik.

Rajut Perdamaian di Papua

Cahya Mulyana
01/3/2022 11:10
Rajut Perdamaian di Papua
Kegiatan Lokakarya MPI yang diadakan PGLII, PGGP, dan Wahana Visi Indonesia di Entrop Kota Jayapura.(MI/HO)

SEJUMLAH tokoh agama seperti pendeta dan pimpinan gereja, pastor, fasilitator, dan co-fasilitator membangun gagasan untuk mempertebal perdamaian di Papua. Caranya melalui Lokakarya Membangun Paradigma Inklusif (MPI) dengan tema Api Injil Terus Menyala dari Tanah Papua, yang digelar Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga-lembaga Injili Indonesia (PGLII), Persekutuan Gereja-gereja di Papua (PGGP), dan Wahana Visi Indonesia di Entrop Kota Jayapura.

Kegiatan yang dihadiri 13 perwakilan tokoh agama ini menghasilkan program turunan berupa lima program unggulan dan prioritas yang terdiri dari dua program pendidikan yaitu Integrasi Sekolah Minggu dan PAUD melalui program pembekalan guru Sekolah Minggu dan PAUD, Program Penggalangan Pendanaan.

Sedangkan di bidang ekonomi, pertemuan itu menghasilkan dua program unggulan dan prioritas yaitu pendataan pemberdayaan ekonomi jemaat dan pedagang di pasar tradisonal. Dan program unggulan di dalam menangani isu-isu sosial termasuk di antaranya adalah penanganan 60.000 pengungsi dan pembangunan shelter (penampungan sementara untuk para pengungsi) masyarakat korban konflik.

Baca juga: Menteri Pertanian Puji Peran Petani Milenial di Merauke

Ketua II PGGP Metusaleh PA Maury mengatakan, kegiatan workshop tersebut masih dalam rangkaian peringatan Hari Pekabaran Injil (HPI) ke167. 

"Workshop MPI merupakan bagian dari rangkaian HPI yang menegaskan bahwa kehadiran gereja-gereja Papua adalah sebagai umat Allah yang dipanggil untuk menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah yang dinampakkan dalam kepeduliaan untuk menyelesaikan masalah Pendidikan, ekonomi dan isu-isu sosial di Papua," katanya dalam keterangan resmi, Selasa (1/3).

Menurut dia, salah satu masalah utama yang dibahas dalam penyusunan program adalah belum terintegrasinya antara Sekolah Minggu dan PAUD akibat perbedaan doktrin, termauk kurangnya dukungan stakeholder dan minimnya pendanaan, serta belum adanya system rekrutmen, kurikulum yang memadai. Penyusunan program lainnya di bidang ekonomi dan isu-isu sosial terkait dengan penanganan pengungsi.

"Syukur Puji Tuhan dalam workshop ini kita berhasil melahirkan lima program unggulan dan prioritas yang terdiri dari dua program Pendidikan dan dua program ekonomi umat,"ucapnya.

Perayaan HPI ke 167 menurutnya merupakan titik tolak membangun semangat iman, ketahanan pengharapan dan jangkauan kasih yang meluas, melintas batas. 

"Nuansanya nampak dalam hasil keputusan dan rekomendasi konferensi para pemimpin gereja dalam rangkaian HPI yang kita laksanakan ini,"ucapnya lagi.

Sementara itu, Pengajar Sekolah Tinggi Teologi Baptis Papua Maryam Deda mengaku bersyukur adanya kegiatan tersebut. Menurutnya, materi MPI benar-benar menjawab kebutuhan masyarakat di Papua.

"Pelatihan ini menolong kami sebagai peserta untuk lebih tajam dalam menganalisis masalah-masalah sosial yang ada, mencari akar persoalan hingga bertindak memberikan kontribusi nyata dalam lingkup pengaruh kami," urainya.

Dari materi dan refleksi Alkitab dalam Pelatihan MPI menurutnya, juga berbicara tentang bagaimana Ia harus bersikap, menciptakan situasi dan suasana harmoni di tengah kemajemukan, baik dalam kehidupan bertetangga, maupun dalam tugas dan pelayanan sebagai pengajar di STT.

"Materi ini mempertajam saya untuk menjadi pendidik yang 'high impact' (berdampak luas) bagi para mahasiswa," tegasnya.

HPI ke-167 diharapkan bisa menjadi catatan bagi gereja untuk tidak memikirkan diri sendiri, melainkan berkolaborasi dalam proses menciptakan Papua yang lebih baik ke depan. 

"Api injil tetap menyala dari Tanah Papua, dimulai dari Orang Papua mengalami transformasi, lalu hidup dalam harmoni dan kemajemukan yang ada di dalam Bangsa ini. Semuanya itu bertujuan untuk menjadikan suasana yang lebih baik dan memberkati orang lain di berbagai tempat," tukasnya.

Hal senada juga diungkapkan Ketua Sinode Gereja Pentakosta di Papua, Robert Marini menjelaskan kegiatan tersebut sangat baik dan berguna. Pasalnya berhasil membuka paradigma serta kapasitas baru dalam pergerakan oikumene demi pembaharuan gereja.

Sementara itu, salah satu Panitia Penyelenggara HPI Kostantinus Bahang menyampaikan, bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat. Sebab seluruh program dalam perayaan dan konferensi ini siap untuk diimplimentasikan.

"Selama ini, hasil HPI selalu bermasalah ditahap implementasi rekomendasi, karena tidak ada fasilitator dan metodologi atau cara kerja yang siap untuk mem-break-down seluruh rekomendasi. Sekarang dengan adanya PCC sebagai dapur kebijakan, Lokakarya MPI sangat membantu untuk memberikan bekal pola dan cara kerja yang baik dalam penyusunan program," urainya. (OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya