Geliat Sakerta Timur Lewat Destinasi Wisata Unggulan

Eko Suprihatno
18/12/2021 11:45
 Geliat Sakerta Timur Lewat Destinasi Wisata Unggulan
Suasana pagi di persawahan Desa Sakerta Timur(MI/Ramdani)

PUNTEN bade ka mana pak ... mampir heula ... menjadi sapaan khas hampir seluruh warga Desa Sakerta Timur, Kecamatan Darma, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Siapa pun orang asing yang hadir di wilayah mereka, bakal mendapatkan sapaan ini. Ciri khas keramahan jadi ikon yang tak lekang oleh panas tak lapuk oleh hujan.

Ketika Jumat (17/12) pagi coba menelusuri jalan-jalan di wilayah yang memiliki ketinggian 700 meter di atas permukaan laut ini, saya merasakan nikmatnya disapa penuh keramahan. "Mangga pak mampir dulu," ujar Mang O'o. Ketika mengetahui saya bukanlah warga setempat dan tak bisa berbahasa Sunda, Mang O'o pun langsung berbahasa Indonesia.

"Iya enak pak jalan-jalan pagi, segeeer udaranya. Nanti bapak bisa keliling kampung. Mangga mampir kalau nanti sudah keliling," sapa ramah Mang O'o.

Sekali lagi, keramahan memang menjadi bagian dari kawasan yang berada di kaki gunung Ciremai ini. Dataran yang tergoling tinggi sehingga suhu udaranya pun lumayan sejuk berkisar antara 20-23 derajat.

Sejauh mata memandang warna hijau persawahan begitu dominan. Wilayah seluas 276,078 hektare memang didominasi persawahan sebagai mata pencarian warga. Di bawah kepemimpinan Cucu Sudrajat, Sakerta Timur terus menggeliat. Bahkan ia terus mengembangkan desa ini menjadi kawasan wisata.

"Alhamdulillah kita mencoba untuk terus mengembangkan kawasan wisata yang ada di sini. Kekuatan budaya dan tradisi warga serta potensi alam diproyeksikan sebagai salah satu tujuan wisata unggulan di Kabupaten Kuningan," ujar Cucu dalam perbicangannya, Kamis (16/12) malam.

Apa yang diungkapkan Cucu memang ada benarnya. Keberadaan sirkuit motocross, bumi perkemahan Cihonje, kolam renang anak dan remaja, serta sarana wisata lainnya menjadi bukti target Cucu. Bahkan warga pun diberdayakan dengan menjadikan rumah-rumah mereka sebagai homestay bagi wisatawan yang berkunjung.

Saya dan kawan-kawan pun merasakan bagaimana tinggal di rumah penduduk. Rumah yang bersih dan sangat layak untuk ditinggali. Rasanya, dua tiga hari belum cukup untuk hidup bersama warga yang ramah dan bersahaja itu. Sapaan dan senyum mereka pasti akan hadir setiap kita melangkah. 

Bahkan infrastruktur yang ada sangat mendukung. Kendati berada di perdesaan, jalanan beraspal mulus sangat asik bila dilahap dengan bersepeda. Bagi para penggowes bisa menikmati alam hijau n sejuk serta keramahan warga di sana.

Sayangnya, pandemi covid-19 yang hampir dua tahun singgah di Indonesia membuat penderitaan bagi warga. Seperti diungkapkan Neneng, seorang penjaga warung yang merasakan betul bagaimana sulitnya mencari nafkah saat ini. "Kalau sebelum kopid sih selalu ramai di sini. Banyak yang tinggal di homestay warga. Tapi sekarang mah susah pak. Moga-moga ajalah kopid cepet ilang biar enggak bikin susah warga lagi," ungkapnya dengan logat Sunda yang khas.

Kalau kemudian di Sakerta Timur menjadi lokasi Jambore Nasional Humas, Gerakan Koperasi, Perguruan Tinggi dan UMKM Expo Serta Pesona Kopi Kuningan Menuju Pasar Global pada 17-19 Desember 2021, tentu bukan tanpa sebab. Ajang yang diinisiasi Kementerian Koperasi dan UMKM ini tentu melihat potensi yang ada di sana. 

Gerakan koperasi dianggap sebagai bagian tidak terpisahkan dari kehidupan warga, sehingga ketika pandemi covid-19 agak mengendur, potensi ekonomi warga harus segera dibangun. Sudah terlalu lama warga, tentu termasuk Sakerta Timur, menderita akibat pandemi ini. Kini saatnya lewat koperasi membangun negeri. 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Eko Suprihatno
Berita Lainnya