Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Harga Telur Anjlok, Peternak se Jatim Minta DPRD Cari Solusinya

Faishol Taselan
14/9/2021 13:20
Harga Telur Anjlok, Peternak se Jatim Minta DPRD Cari Solusinya
Salah satu pekerja mengambil telur ayam dari salah satu peternakan, kini harga telur anjlok sementara pakan naik.(Ant/Arif Firmansyah)

PETERNAK ayam petelur se Jawa Timur yang tergabung dalam Gerakan Peternak Rakyat Indonesia (GAPRINDO) mendatangi gedung DPRD Jatim. Mereka melakukan hearing dengan Komisi B DPRD Jatim, Dinas Peternakan, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, serta Satgas Pangan Jatim.

Koordinator GAPRINDO asal Blitar, Yasin Nurcahyo mengatakan, dampak Covid-19 juga dirasakan oleh peternak ayam petelur di Jatim. Menurutnya, para peternak mengeluhkan harga pakan yang melambung tinggi sedangkan harga jual telur dipasaran murah.

"Ini disebabkan karena kelebihan produksi ternak ayam, disisi lain permintaan pasar menurun drastis. Salah satu penyebabnya yaitu diberlakukannya sistem Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pada masyarakat, sehingga banyak sektor ekonomi lain seperti restoran, hotel, usaha katering dan usaha lain yang berkaitan sudah banyak yang tidak beroperasi," ujarnya.

Yasin menambahkan PPKM sebagai upaya penanganan pandemi Covid-19 menimbulkan kerugian ekonomi yang signifikan. Hal tersebut menurutnya, ditambah dengan mahalnya biaya produksi membuat para peternak ayam menggadaikan surat-surat berharga untuk menutup kerugian.

"Saat ini harga pakan jadi Rp6.500 per kilogram, sedangkan harga jagung Rp5.700 hingga Rp6000 per kilogram. Sedangkan harga telur dari peternak hanya Rp13.500 - Rp14.500 per kilogram. Naiknya harga pakan ini karena harga jagung yang naik. Padahal jagung merupakan bahan pokok yang dalam pencampuran pakan pemakaiannya sampai 50 persen. Mahalnya harga pakan sangat membebani para peternak," ujarnya.

Lebih lanjut Yasin mengatakan masalah klasik jagung seharusnya bisa diselesaikan dengan penciptaan manajemen stok dan pengelolaan cadangan pasca panen. Sehingga ketersediaan jagung tidak bergantung  musim dan tidak diserahkan sepenuhnya pada mekanisme pasar bebas.

"Perlu ada peran pemerintah untuk menciptakan keseimbangan permintaan dan pasokan," tuturnya.

Wakil Ketua Komisi B DPRD Jatim, Amar Saifuddin mengungkapkan pihaknya mendorong agar keluhan tersebut segera ditindaklanjuti. Sementara solusi yang didorong pihaknya adalah bantuan pangan non tunai dari pemerintah agar menyerap dari para peternak.

"Demikian juga CSR perusahaan itu lewat Dinas Peternakan untuk membeli telur dari peternak," ujar Amar.

Sementara itu Plt Kepala Bidang Bahan Pangan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim Satoto Berbudi mengatakan terkait produksi jagung di Jatim terus mengalami peningkatan.

Namun, ia menambahkan petani jagung sebenarnya tidak memiliki nilai tawar. "Para petani ini justru mengikuti harga pasar, misalnya jika ada perusahaan yang membeli dengan harga Rp5000 maka akan dilepas, dilebihi Rp100  juga lepas. Jadi tidak punya nilai tawar," terangnya.(OL-13)

Baca Juga: Peternak Ayam Keluhkan Harga Pakan terus Naik, meski Harga ...



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya