Headline
Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan
Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah
CITRA Provinsi Lampung sebagai pabrik begal harus diakhiri. Pihak kepolisian memastikan akan terus menggencarkan razia di sekitar 400 titik sepanjang masa.
Kapolda Lampung Brigjen Ike Edwin mengatakan itu saat peluncuran dan bedah buku berjudul Bhayangkara Lampung Melintas Badai yang digelar di Mahan Agung Rumah Dinas Gubernur Lampung, Bandar Lampung, Rabu (27/4).
Menurut Ike, polda berupaya menekan angka pencurian dengan kekerasan di Lampung dengan menggelar razia di sekitar 400-600 titik setiap hari. Tindakan itu, menurut dia, dapat menurunkan kriminalitas sampai 42% tingkat kejahatan.
“Ini sudah pernah saya terapkan di Surabaya, Jawa Timur, dan sekarang diterapkan di Lampung untuk menghilangkan begal dan kejahatan lain. Ke depan, sudah tidak boleh ada lagi anggapan Lampung pabrik begal,” tegas dia.
Gubernur Lampung M Ridho Ficardo mengatakan akar dari segala kejahatan ialah kemiskinan. Untuk itu, pemerintah berupaya menyejahterakan rakyat melalui program pembangunan dan pemberantasan kemiskinan.
“Kita tidak bisa mengatakan polisi tidak bekerja secara optimal karena tingkat kejahatan semakin tinggi. Ada peran serta pemerintah daerah di dalamnya untuk menyejahterakan rakyat. Setelah semua rakyat sejahtera dan masih ada kejahatan, itu adalah kejahatan yang sebenarnya,” tegas dia.
Ridho mengingatkan penegakan hukum harus berkeadilan. “Di mata hukum kita sama. Jika keadilan terbangun, masyarakat merasa terayomi. Untuk itu, harus kita optimalkan dan pertajam fungsi perlindungan dan pengayoman,” ujar dia.
Dalam kesempatan tersebut Gubernur menilai satu hal yang strategis dari buku Bhayangkara Lampung Melintas Badai yakni potret transformasi kepemimpinan Polda Lampung yang dimulai dari masa Heru Winarko, Edward Syah Pernong, hingga Ike Edwin.
Mantan Kapolda Lampung Brigjen Edward Syah Pernong mengingatkan tugas polisi seperti menerjang badai dan angin topan.
“Akan tetapi, semua itu harus dilintasi. Jika kita lintasi artinya Polda Lampung dapat menaklukkan dan melewati badai,” jelasnya.
Dia menjelaskan buku tersebut diinisiasi Brigjen Heru Winarko. “Semenjak ada diorama di Polda Lampung, dibuat rangkaian cerita perjalanan panjang Polda Lampung. Muncul ide untuk menjadikan buku lintasan sejarah.” (NV/N-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved