Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
SAYA megunjungi New Zealand selama 14 hari pada 2019. Selandia Baru negara yang setiap pojoknya ialah keindahan. Pemandangan dominan yang saya lalui di New Zealand ialah savana atau padang rumput dipenuhi kerumunan domba dengan latar belakang perbukitan atau pergunungan.
Saya bertandang ke satu tempat di Sumatra Barat akhir pekan lalu. Saya bersaksi tempat itu serupa New Zealand. Bedanya, bila di New Zealand savana dipenuhi kerumunan domba, di sini savana dipenuhi kerumunan sapi. Jika kita berfoto di sini dengan latar belakang savana, orang mengira kita sedang berwisata ke New Zealand.
Lokasinya berada di ketinggian 700 sampai 800 di atas permukaan laut. Suhu rata-ratanya 23 derajat Celsius dengan kelembaban 70. Luasnya 240 hektare dengan latar belakang perbukitan dan pergunungan.
Tempat itu sesungguhnya pusat pembibitan sapi dan pakan ternak. Nama lengkapnya Balai Pembibitan Ternak Unggul Hijauan Pakan Ternak (BPTUHPT) Padang Mangatas. Letaknya persisnya di Padang Mangatas, Kenagarian Mugo, Kecamatan Luak, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatra Barat. Pusat pembibitan ini berada di bawah Kementerian Pertanian.
“Di sini tempat pembibitan sapi pedaging yang bibitnya kami sebarkan ke seluruh Indonesia,” ujar Kuntoro Boga Andri, Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian yang menyertai perjalanan saya dan sejumlah pimpinan media.
Ada tiga jenis sapi yang menjalani pembibitan di sini, yakni simmental, limousin, dan pesisir. Serupa di New Zealand yang domba-dombanya dibatasi pagar, di Padang Mangatas sapi-sapi dikeliling pagar berdasarkan jenisnya. “Seluruh sapi saat ini berjumlah sekitar 1.200 ekor,” kata Kepala BPTUHPT Padang Mangatas Gigih Tri Pambudi. Gigih menjadi “pemandu wisata” kami di New Zealand ala Padang Mangatas ini.
Cikal bakal balai pembibitan sapi ini ialah peternakan kuda yang didirikan Pemerintah Hindia Belanda pada 1916. Pergolakan 1945-1946 menghentikan operasi peternakan ini. Wakil Presiden Mohammad Hatta pada 1950 meresmikannya sebagai Induk Taman Ternak Padang Mangatas sebagai peternakan terbesar d Asia Tenggara. Pada 1982 namanya berubah menjadi Balai Pembibitan/Hijauan Makanan Ternak Padang Mangatas. Pada 2002, namanya berubah menjadi Balai Pembibitan Ternak Unggul Sapi Potong Padang Mangatas. Sejak Mei 2013 namanya berubah menjadi Balai Pembibitan Ternak Unggul Hijauan Pakan Ternak Padang Mangatas.
Tiga presiden, yakni Presiden Megawati, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dan Presiden Jokowi, pernah mengunjungi tempat ini. “Ketika berkunjung ke sini pada 2015, Presiden Jokowi menyebut tempat ini seperti New Zealand,” kata Gigih.
Lokasi ini sangat pas dijadikan tujuan wisata di Sumatra Barat. Infrastrukturnya memadai. Jalan-jalannya berlapis hotmix. Wisatawan bisa naik kendaraan khusus melewati jalan-jalannya untuk melihat-lihat “New Zealand.” “Kami sedang mengusulkan tempat ini dijadikan lokasi eduwisata,” pungkas Gigih. (X-10)
Meskipun Lebaran Idul Adha hanya tinggal menghitung hari, namun banyak dagangan ternak yang tidak laku dan para pembeli umumnya merupakan pelanggan lama.
Peternakan akan lebih maksimal dalam menjalankan programnya jika dilakukan secara kolektif melalui kelompok atau lembaga.
Sebanyak 1.213 ekor sapi perah bunting resmi tiba di Pelabuhan Tanjung Intan, Cilacap, Jawa Tengah.
Ditjen PKH memperketat pengawasan terhadap rantai pasok pangan hewani guna mencegah praktik penyimpangan yang dapat mengancam kualitas dan keamanan produk yang dikonsumsi masyarakat.
Potensi kerja sama di sektor peternakan yang dapat dikembangkan dengan MERCOSUR antara lain terkait pengembangan genetika, kesehatan hewan ternak, dan optimalisasi produksi ternak.
Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Asosiasi Peternak dan Penggemuk Sapi Indonesia (APPSI) Lampung Tengah menggelar kegiatan edukasi terkait pencegahan dan penanganan PMK
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved