Headline

Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.

Mencari Keuntungan dari Buah Naga

Supardji Rasban/N-4
12/2/2015 00:00
Mencari Keuntungan dari Buah Naga
(MI/SUPARDJI RASBAN)
LANGKAH kaki Haji Taryubi, 66, cukup lincah menapaki pematang sawah yang dipenuhi tanaman padi dengan rata-rata usia dua bulan. Sepeda motornya diparkir di tepi saluran irigasi kecil.

Di sebelah sawahnya terdapat hamparan perkebunan buah naga. Taryubi, selain menanam padi, juga membudidayakan buah naga.

Kebun buah naga milik Taryubi tepat di tengah areal persawahan di Desa Cikakak, Kecamatan Banjarharjo, Brebes, Jawa Tengah. "Di desa ini hanya ada dua orang yang menanam buah naga, saya dan teman saya," kata Taryubi saat berbincang, Senin (9/2).

Ia kemudian menatap kebun buah naganya yang seluas hampir 1 ha. Menurutnya, ia memulai budi daya buah naga setelah tertarik mendengar cerita seorang tamu dari Banyumas yang bertandang ke rumah tetangganya.

"Saya tertarik cerita tamu tersebut yang sudah lebih dahulu menanam buah naga. Selain memeliharanya mudah, keuntungannya juga banyak," tutur Taryubi dengan penuh semangat.

Budi daya buah naga itu diakui Taryubi sangat berat, sebab ia harus mengeluarkan modal cukup banyak. Untuk 1 ha diperlukan modal Rp500 juta.

"Tapi kalau sudah panen sekali, berikutnya tidak usah menanam lagi. Saya tinggal memanen setiap delapan bulan," kata Taryubi.

Untuk pupuknya cukup menggunakan pupuk kandang dari kotoran kambing. "Meskipun menggunakan pupuk kandang, kebutuhannya tetap besar sekitar 70 ton," jelas Taryubi.

Ia juga memanfaatkan ban bekas motor untuk media perambatan sekaligus penyangga tanaman. Hampir 1.000 ban motor bekas ia gunakan dalam budi daya buah naga.

"Untuk mendapatkan ban bekas, saya beli dari bengkel ke bengkel, keluar masuk desa," ucapnya.

Selain ban bekas sepeda motor, juga dibutuhkan batangan kayu aneka jenis pohon sekitar 1 meter untuk mengikat tanaman buah naga yang jumlahnya mencapai ribuan.

Menurut rencana, batangan kayu itu akan diganti dengan batangan cor-coran.

Menjelang Tahun Baru Imlek, buah naga cukup laku di pasaran.

Sayangnya, buah naga milik Taryubi baru bisa dipanen bulan depan.

"Panennya masih sebulan lagi. Terkadang saya petik sendiri dan dimakan sekeluarga atau diberikan ke tetangga dan saudara," ujar bapak tiga anak itu.

Namun, ia optimistis setelah Imlek, buah naga miliknya tetap laku dijual karena konsumen buah tersebut cukup banyak, sehingga ia bisa mendulang keuntungan.

Harga buah naga saat ini di tingkat petani rata-rata Rp15 ribu per kg, sedangkan di supermarket bisa mencapai Rp30 ribu per kg.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya