Headline
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
BATAM tidak hanya disiapkan untuk memanfaatkan sibuknya jalur kapal di Selat Malaka. Bisnis penerbangan pun jadi incarannya.
Karena itu, selain menumbuhkan berbagai industri perkapalan, Batam juga bersiap dengan bandara yang mumpuni, yakni Bandara Hang Nadim. Dengan landasan pacu terpanjang di Indonesia, yang mencapai 4.025 meter, landasan itu lebih panjang daripada yang dimiliki Bandara Changi di Singapura dan Narita di Tokyo, Jepang. Kedua bandara sibuk di dunia itu memiliki panjang landasan 4.000 meter.
Meski landasan pacu Bandara Hang Nadim menjadi salah satu yang terpanjang di Asia, Batam belum bisa berbangga dengan itu. Panjang landasan saja tidak cukup untuk meramaikan dunia penerbangan Indonesia.
“Batam perlu tempat yang besar dan luas sebagai MRO (maintenance, repair, overhaul) berbagai pesawat. Karena itu, kami terus meyakinkan sejumlah maskapai penerbangan untuk berinvestasi di bidang MRO,” kata Ketua Badan Pengusahaan Batam, Mustofa Wijaya, akhir pekan lalu.
BP Batam pun mengajukan penawaran ke sejumlah maskapai penerbangan di Tanah Air. Gayung pun bersambut ketika PT Lion Mentari setuju membuka kegiatan MRO di Batam pada 2011.
Jasa perbaikan, pemeliharaan, dan overhaul perusahaan menyasar pesawat B 747-400, B 738, dan hanggar pengecatan pesawat.
Setahun kemudian, PT Indonesia Aero Maintenance meniru langkah serupa. Mereka meneken perjanjian penyewaan tanah untuk keperluan jasa pelayanan fasilitas pesawat terbang di Bandara Hang Nadim.
Fasilitas MRO di Bandara Hang Nadim direncanakan seluas 95 hektare. Pembangunannya dilaksanakan dalam dua tahap.
Tahap pertama dibangun di lahan seluas 50 hektare pada 2013-2018 dan tahap kedua seluas 45 hektare pada 2018-2023.
Selain menampung kegiatan MRO, Bandara Hang Nadim juga dijadikan sebagai bandara penghubung (hub). “Hang Nadim layak difungsikan sebagai bandara penghubung karena sebagai kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas, Batam memerlukan konektivitas dengan wilayah lain di Indonesia, juga mancanegara,” lanjut Mustofa.
Hub kargo
Direktur Humas dan Pemasaran BP Batam, Andi Antono, menambahkan perkembangan MRO di Bandara Hang Nadim di masa mendatang masih memerlukan perluasan jaringan. Tujuannya ialah agar sumber daya yang ada di Indonesia bisa termanfaatkan sehingga mampu meningkatkan daya saing produk atau jasa yang dihasilkan.
“Mulai Desember 2013 maskapai penerbangan Lion Air yang memiliki penerbangan dan pesawat terbanyak di Indonesia telah memulai menggunakan Hang Nadim sebagai hub untuk seluruh penerbangannya di wilayah Barat Indonesia. Tidak hanya prasarana transportasi udara saja, ke depan Bandara Hang Nadim juga bisa dijadikan hub untuk kargo pengangkutan logistik,” papar Andi.
Ini merupakan peluang besar bagi para pelaku jasa dan perdagangan. Kota itu bisa menjadi akses ke dunia internasional.
Karena itu, di masa mendatang, Bandara Hang Nadim akan dikembangkan menjadi bandara yang futuristis sehingga bisa bersaing dengan bandara lain di Indonesia. Berbagai fasilitas nantinya akan dibangun, seperti hotel dan tempat peristirahatan, guna memudahkan para penumpang dan kru penerbangan.
Hang Nadim dibangun dengan berkaca dari Bandara Changi Singapura yang sudah dilengkapi berbagai fasilitas guna memanjakan para penumpang. “Para investor akan diundang untuk mengembangkan bandara ini. Ke depan, Hang Nadim tidak hanya sebagai hub, tapi harus bisa menjadi pusat transaksi bisnis,” harap Andi.
Namun, ia mengakui, untuk saat ini BP Batam fokus pada pengembangan MRO guna memudahkan maskapai penerbangan dalam melakukan aktivitas. Tidak hanya untuk maskapai Lion, tapi juga operator penerbangan yang lain. Batam masih terbuka untuk digarap. (Hendri Kremer/N-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved