Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
BAGI Siswono Yudo Husodo, tidak ada kata pesimistis bagi masa depan Batam. Ia yakin kota pulau itu akan menjadi Singapura baru di Indonesia.
“Singapura sudah dibangun sejak 200 tahun lalu. Indonesia baru membangun Batam 40 tahun lalu, tapi saya yakin dalam 100 tahun ke depan Batam akan lebih baik daripada Singapura,” papar pengusaha dan juga mantan menteri itu saat berbicara di Metro TV, pekan lalu.
Sikap optimistis itu juga yang diperlihatkan Presiden Indonesia ketiga Prof BJ Habibie. Saat dipercaya menjadi Ketua Otorita Batam pada 1978, ia yakin Batam akan akan menjadi kota metropolitan.
“Karena yakin, saat itu saya tidak mau membangun Batam sekadar untuk gudang Pertamina, tapi mengembangkannya menjadi kawasan baru,” papar BJ Habibie.
Di tangan pakar teknologi penerbangan itu, Batam yang merupakan hutan belantara, hutan bakau, dan ditinggali hanya nelayan disulap menjadi daerah industri dengan pelabuhan yang sibuk. Tenaga andal dan profesional pun dibawa sang mantan menteri riset dan teknologi itu untuk membenahi Batam.
Kota yang berada di Kepulauan Riau itu tumbuh bukan karena sumber daya alamnya. Tanah di pulau itu berwarna kuning dan merah serta mengandung unsur bauksit. Itu membuat tanah di sana tidak subur untuk ditanami.
“Batam hanya memiliki letak yang strategis dan sumber daya manusia, seperti Singapura. Tidak ada sumber daya alam yang dimilikinya,” aku Habibie.
Posisi Batam memang strategis, yaitu berada di jalur sibuk pelayaran Laut China Selatan. Daerah itu berbatasan dengan Singapura, Riau, Jambi, dan Kalimantan Barat.
“Batam merupakan pulau yang fenomenal, bahkan unik. Dengan luas 415 kilometer persegi, Batam memiliki banyak potensi karena berbatasan langsung dengan Singapura,” papar Ketua Badan Pengelolaan Batam, Mustofa Wijaya, pekan lalu.
Mustofa adalah salah satu insinyur yang ikut membangun Batam sejak 1982 silam. Lulusan Institut Teknologi Bandung itu mengenang, di masa itu, banyak orang bercibir ketika Batam mulai dibangun.
“Namun, hasilnya terlihat 30 tahun kemudian. Investasi asing dan dalam negeri datang membanjiri Batam,” tuturnya.
Batam pun menjadi sangat menarik bagi warga daerah lain, yang kemudian datang untuk ikut memanfaatkan kebangkitan ekonominya. Pembangunan dan pergerakan ekonomi pun tidak pernah surut.
“Dahulu, melihat kondisi Batam, orang mengatakan saya hanya akan sanggup satu tahun saja tinggal di sini. Namun, Batam telah berkembang melebihi ekspektasi,” lanjut Mustofa.
Pembangunan Batam tidak semata soal infrastruktur. Mustofa yakin Batam harus dan bisa menandingi Singapura karena negeri pulau itu secara geografis tidak memiliki kelebihan ketimbang Batam.
Penanaman modal
Ketangguhan Batam diuji saat krisis ekonomi melanda Asia pada 1997-1998 silam. Namun, karena fondasinya sudah kuat, daerah ini tidak begitu terpengaruh. Bahkan, Batam mampu memberikan kontribusi bagi percepatan pertumbuhan ekonomi nasional.
“Batam memiliki ribuan usaha kecil dan menengah yang menyebar di banyak pelosok. Investasi asing dan domestik pun tidak lari karena kondisi Batam saat itu tetap stabil,” papar Mustofa.
Kepercayaan investor asing terhadap Batam juga dibangun dengan susah payah. Tidak mudah mengajak mereka menanamkan modal.
Tim Marketing Otorita Batam yang sekarang sudah berubah menjadi Badan Pengusahaan Batam harus bersabar dalam hitungan bulan, bahkan tahun untuk meyakinkan para pemodal asing. Namun, kerja keras itu membuahkan hasil karena arus dolar mengalir ke Batam mulai era 1990-an.
“Kalau saat ini pemerintah gencar mengembangkan global value chain pada sektor unggulan, Otorita Batam juga mulai membangun daerah ini dengan kebijakan serupa. Kami melirik sektor industri manufaktur elektronik, industri shipyard dan anjungan, kegiatan industri logistic hub, industri pelayanan jasa teknologi, industri pendukung minyak dan gas, industri pemeliharaan, repair and overhaul pesawat terbang,” lanjutnya.
Bersama dengan sektor-sektor itu, industri kreatif pariwisata pun sudah dirancang sejak 20 tahun lalu.
Berdasarkan catatan terakhir investasi hingga Januari 2016, ada 11 perusahaan modal asing yang mengantongi izin prinsip baru. Total investasi mereka mencapai US$16,5 juta lebih. Para investor datang dari Bulgaria, Tiongkok, Singapura, Filipina, India, Malaysia, Taiwan, dan Korea Selatan.
Sementara itu, pada izin prinsip perluasan PMA di bulan yang sama, hanya satu perusahaan yang mengajukannya. Perusahaan yang bergerak di bidang industri komputer itu menanamkan dana hampir US$2,5 juta.
Galangan kapal
Bidang usaha yang cukup menarik investor di Batam ialah shipyard dan jasa perbaikan kapal. Itu terjadi karena tingginya arus kapal yang melintasi Selat Malaka yang melewati Singapura. Selain itu, biaya perbaikan kapal di Singapura jauh lebih mahal ketimbang di Batam.
Peluang itu yang ditawarkan BP Batam kepada pengusaha dan investor. Dampak yang diharapkan tentu saja ada lowongan pekerjaan yang cukup banyak sehingga perekonomian warga meningkat.
“BP Batam berupaya menjadikan Batam sebagai kawasan industri galangan kapal yang terbesar di Indonesia. Dahulu, Surabaya yang terbesar, tapi sekarang Batam berada di atasnya,” lanjut Mustofa Wijaya.
Ada beberapa kawasan galangan kapal di Batam, di antaranya Tanjung Uncang, Kabil, dan Sekupang. Di Tanjung Uncang, sudah lebih dari 100 perusahaan galangan kapal yang beroperasi, sedangkan di Kabil ada 20 perusahaan.
Kawasan galangan kapal di Batam memproduksi kapal-kapal berstandar internasional yang dipesan perusahaan minyak dan gas bumi dunia. “Beberapa kapal buatan Batam digunakan di Thailand, Filipina, bahkan hingga Timur Tengah. Ini merupakan prestasi karena kualitas kapal yang dibuat di sini tidak kalah dengan produk negara lain,” ungkap Mustofa.
Kapal-kapal produk Batam itu dikerjakan ribuan pekerja yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Dengan kemampuan menyerap banyak tenaga kerja, industri pembuatan kapal di Batam layak dipertahankan. (N-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved