Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

1 Juta Ha Menuju Swasembada Kedelai

Andhika Prasetyo
12/1/2021 05:35
1 Juta Ha Menuju Swasembada Kedelai
Sejumlah petani memindahkan daun pada kacang kedelai muda di Desa Blang Putek, Kecamatan Padang Tiji, Pidie, Aceh.(ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas)

PRESIDEN Joko Widodo memerintahkan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mencari lahan yang luas untuk dijadikan pusat lokasi pengembangan kedelai. Presiden ingin persoalan yang terkait dengan tahu-tempe tak kembali terulang.

Saat membuka Rapat Kerja Nasional Pembangunan Pertanian di Istana Negara, Jakarta, kemarin, Presiden menyebut kenaikan harga kedelai adalah persoalan yang terus berulang setiap tahun.

Karena itu, satu-satunya cara yang bisa dilakukan ialah dengan mengembangkan kawasan khusus produksi supaya bisa swasembada kedelai.

“Kita harus bangun di lahan yang sangat luas. Jangan hanya 10 hektare atau 100 hektare, tapi 500 ribu, 1 juta hektare. Cari,” tegasnya.

Berdasarkan data Kementerian Pertanian, kebutuhan kedelai di Tanah Air mencapai 2,8 juta ton per tahun. Adapun produksi dalam negeri hanya mampu berkisar 300 ribu-400 ribu ton per tahun. Artinya, ada 2,5 juta ton yang harus didatangkan dari luar negeri.

Jokowi mengatakan kedelai sedia­nya bisa tumbuh dengan baik di Indonesia. Namun masalahnya, tidak banyak petani yang mau menanam.

Hal itu terjadi karena proses penanaman dilakukan dengan skala kecil sehingga tidak memiliki nilai ekonomi yang besar.

“Karena skalanya kecil, harga pokok produksinya jadi tinggi dan harga jualnya ikut tinggi. Akhirnya tidak bisa bersaing dengan kedelai impor yang lebih murah,” ujar Jokowi.

Harga tertinggi

Di kesempatan terpisah, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyebut harga kedelai yang mencapai US$13 per bushel (gantang) di pasar global menjadi yang tertinggi dalam enam tahun terakhir.

“Sekarang ini harga kedelai itu US$13 per bushel, per rumpunnya. Ini adalah harga tertinggi dalam enam tahun terakhir,” kata Lutfi dalam konferensi pers secara virtual, kemarin.

Bushel adalah unit pengukuran yang berlaku di AS yang digunakan untuk menakar volume kering suatu komoditas perdagangan, khususnya komoditas pertanian seperti kedelai. Ukuran 1 bushel sama dengan 27,2 kilogram.

Lutfi menyampaikan, tingginya permintaan kedelai di pasar global, serta produksi yang menurun, menjadi penyebab utama melambungnya harga kedelai.

Saat ini, harga kedelai yang dibeli perajin tahu-tempe dari para importir melonjak.
Berdasarkan data Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo), harga kedelai melonjak hingga Rp9.300-9.800 per kg, dari kisaran harga normal Rp6.000-Rp7.000 per kg.

Lutfi menjelaskan, di Argentina, salah satu negara produsen kedelai, selain ada gangguan cuaca basah La Nina, juga terjadi aksi mogok pekerja di sektor distribusi dan pengapalan.

Selain itu, Tiongkok yang menjadi negara importir terbesar kedelai meningkatkan jumlah permintaannya, dari 15 juta ton menjadi 28 juta ton, untuk pakan ternak babi. Hal itu ikut melambungkan harga secara global.

Meski demikian, Kemendag memastikan stok kedelai di Indonesia tercukupi dalam tiga sampai empat bulan ke depan. Hanya saja terjadi kenaikan harga. (Try/Ant/E-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya