Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
ANCAMAN bahaya dari puncak Gunung Merapi semakin dekat. Setelah memasuki fase erupsi pada Senin (04/01) malam dengan lava pijar, gunung yang berada di 4 kabupaten itu mengeluarkan awan panas pertama, kemarin.
Tinggi kolom awan panas itu sekitar 200 meter. “Ini awan panas kecil yang pertama terjadi,” kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida saat dihubungi, kemarin.
Awan panas, lanjutnya, merupakan guguran bukan letusan. BPPTKG mencatat awan panas terjadi pada pukul 08.02 WIB. “Mengarah ke barat daya, ke Kali Krasak,” lanjut Hanik.
Petugas Pos Pengamatan Gunung Merapi Heru Suparaka menambahkan, dalam kurun 6 jam, ada luncuran lava pijar sebanyak sembilan kali dari kawah Merapi. “Jarak luncur maksimal 500 meter. Semua mengarah ke Sungai Krasak di perbatasan Sleman-Magelang.”
Hanik menuturkan, secara teknis, bisa dikatakan Merapi sudah masuk fase erupsi. Namun, BPPTKG belum menaikkan status Gunung Merapi yang saat ini ditetapkan Siaga atau level III.
Menurutnya, penaikan status gunung berapi pada dasarnya ialah adanya ancaman terhadap penduduk di sekitar. BPPTKG sudah merekomendasikan warga tidak boleh melakukan aktivitas dalam radius 5 km dari puncak gunung. “Saat ini potensi bahayanya belum lebih dari 5 km.”
Kembali mengungsi
Aktivitas terbaru di Gunung Merapi ditanggapi beragam oleh sejumlah daerah yang berada di kaki gunung. Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, belum memerintahkan pengungsian untuk warga yang berada di lereng barat.
“Ada dua permukiman, yakni Kelurahan Girikerto dan Wonokerto di Kecamatan Turi. Meski awan panas mengarah ke sana, kami belum mengungsikan mereka karena permukiman itu berjarak 7,5 kilometer dari puncak Merapi. Sementara itu, rekomendasi BPPTKG memang meminta pengungsian warga dalam radius 5 km,” kata Kabid Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Makwan.
Namun, dia memastikan barak-barak pengungsian sudah disiapkan. Bahkan sudah dibuat bilik-bilik huni yang disekat. “Sesuai kontijensi pada masa pandemi.”
Di Boyolali, Jawa Tengah, Kepala Pelaksana Harian BPBD Bambang Sinungharjo meminta tiga kepala desa yang berada di kawasan rawan bencana (KRB) III Merapi untuk membawa ratusan warga usia rentan yang sudah balik ke rumah kembali ke lokasi pengungsian. “Sudah muncul lava pijar dan guguran awan panas. Warga usia rentan harus diungsikan lagi.”
Sampai kemarin, hanya pengungsian di Tlogolele yang masih dihuni sekitar 200 warga. Dua TPS lain, yakni Klakah dan Jrakah, sudah ditinggalkan ratusan pengungsi.
Pemerintah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, juga bertindak cepat. Mereka menyiapkan 25 generator set untuk mengantisipasi jika terjadi pemadaman listrik oleh PLN saat erupsi. “Kami menyiapkannya untuk pengungsi. Kondisi genset seluruhnya baik,” kata Plt Kepala Pelaksana BPBD Edy Susanto.
Ia menambahkan, semua pengungsi yang semula sempat pulang ke rumah sudah kembali ke lokasi pengungsian. Dengan kesadaran, mereka kembali mengungsi. (AU/AT/Fer/WJ/TS/N-3)
Dalam upaya memperkuat komitmennya terhadap pendidikan dan kesejahteraan sosial, Garrya Bianti Yogyakarta, hotel bintang lima di Yogyakarta yang merupakan bagian dari Banyan Group
Keberadaan Kopi Sleman pun diharapkan dapat semakin mendukung iklim pariwisata di kabupaten yang berada di kaki Gunung Merapi sisi Selatan.
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X memimpin giat tanam pohon bersama Pemda DIY, Kraton Yogyakarta dan Pengurus Pusat Organisasi Pemuda Lintas Agama.
Gunung Merapi yang berada di perbatasan Magelang, Boyolali, Klaten (Jawa Tengah) dan Sleman (DIY) mengalami kegempaan ratusan kali dan kembali menggugurkan lava delapan kali.
Selama seminggu, terjadi gempa Fase Banyak 2.226 kali dan gempa Guguran mencapai 1.116 kali akibat aktivitas vulkanik Gunung Merapi.
BALAI Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta merilis, selama sepekan dari hari Jumat (27/9) hingga Kamis (3/10).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved