Headline
Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.
Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.
Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.
SEJAK akhir Desember hingga kemarin, harga sejumlah kebutuhan meroket. Harga sayuran, terutama tiga jenis cabai, mencatat kenaikan paling tinggi yakni mencapai Rp60 ribu-Rp80 ribu.
Namun, komoditas yang kenaikan harganya menyebabkan keresahan meluas ialah kedelai. Di sejumlah daerah, kenaikan harga bahan utama pembuatan tempe dan tahu itu dari Rp7.000 menjadi Rp9.300 berdampak pada aksi mogok produksi dan terjadi kelangkaan pasokan.
Kondisi itu membuat Penjabat Bupati Sidoarjo, Jawa Timur, Hudiyono mendatangi seumlah gudang kedelai milik Primer Koperasi Tempe Tahu Indonesia Karya Mulya, kemarin. Koperasi itu setiap bulan menyediakan 15 ribu ton kedelai untuk 270 produsen tempe dan tahu.
Dari laporan yang diterima, Hudiyono menyebutkan stok kedelai di Jawa Timur sudah mencapai 450 ribu ton. “Kebutuhan kedelai untuk produsen di Sidoarjo sebenarnya pasti terpenuhi.”
Ketua Primkopti Karya Mulya, Sukari, menyatakan dampak kenaikan harga kedelai, para perajin tempe tahu menaikkan harga produksi mereka sebesar 10%. “Kami juga mengurangi produksi karena khawatir tidak semua barang habis terjual.”
Di daerah lain, perajin juga melakukan langkah serupa. Pilihannya, mereka tetap berproduksi dengan menaikkan harga, memperkecil ukuran, dan mengurangi jumlahnya.
Meski tercatat sebagai negara dengan konsumsi tempe tahu sangat besar, Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan bahan bakunya. Pasokan kedelai sangat bergantung pada impor.
Kondisi itu, menurut Dekan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Jamhari, harus segera disikapi dengan memproduksi bahan pengganti kedelai. Ia mengusulkan koro pedang yang sangat baik dikembangkan di daerah tropis.
“Kedelai merupakan tanaman yang secara alamiah dapat berproduksi secara maksimal di daerah subtropis sehingga cukup wajar jika produktivitasnya di Indonesia tidak sebaik di negara-negara produsen utama kedelai,” paparnya.
Karena itu, ia mendorong Indonesia mengembangkan substitusi kedelai sebagai solusi jangka panjang. “Yang penting ada komitmen yang serius. Koro pedang bisa jadi pengganti dan mampu mengatasi ketergantungan terhadap kedelai impor. Selama ini sudah ada upaya mengembangkan koro pedang, tapi produktivitasnya belum maksimal karena belum serius.” (HS/AT/GL/LD/SL/N-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved