Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Belum Bisa Kendur di Gunung Merapi

AT/JS/UL/YH/MY/N-2
19/12/2020 04:00
Belum Bisa Kendur di Gunung Merapi
Aktivitas vulkanis Merapi masih cukup tinggi.(ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho)

WARGA dan pemerintah daerah di kaki Gunung Merapi masih harus waspada. Pasalnya, meski aktivitas vulkanis sepekan terakhir lebih rendah daripada sebelumnya, ancaman bahaya masih bisa terjadi setiap saat.

“Aktivitas vulkanis Merapi masih cukup tinggi. Karena itu, kami masih menetapkan status siaga dan belum akan diturunkan,” tegas Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi, Hanik Humaira, kemarin.

Potensi bahaya berupa guguran lava, lontaran material vulkanis saat terjadi letusan eksplosif dan awan panas sejauh maksimal 5 kilometer. Karena itu, Pemkab Sleman, Magelang, Boyolali, dan Klaten harus bersiap diri dengan upaya mitigasi bencana jika letusan terjadi setiap saat.

“Penambangan di alur su­ngai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi tetap harus dihentikan. Pelaku wisata tidak boleh naik ke kawasan rawan bencana III,” tambah Hanik.

Dalam menangapi fatwa itu, Pemkab Klaten juga memutuskan untuk memperpanjang masa tanggap darurat hingga 31 Desember. “Saat ini, kami masih menampung 334 pengungsi di Balai Desa Balerante dan Tegalmulyo,” ujar Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah Nur Tjahjono Suharto.

Sementara itu, bencana alam karena faktor cuaca juga masih terjadi di banyak lokasi. Di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, banjir melanda Desa Pangarengan, Kecamatan Pangenan. Ratusan rumah direndam air dengan ketinggian hingga 1 meter.

Banjir dan tanah longsor mendominasi kejadian bencana alam di Kota Sukabumi, Jawa Barat. Total jumlah kejadiannya mencapai 185 kali selama 2020. “Meski kota kecil, tingkat kerawanan di Sukabumi cukup tinggi. Wilayah kami berada di kawasan tebing dan didominasi tanah labil,” aku Kepala Seksi Pencegahan BPBD Zulkarnain Barhami.

Catatan yang nyaris sama harus ditulis oleh BPBD Agam, Sumatra Barat. Tahun ini, kejadian bencana alam mencapai 194 kali. Jumlah itu membuat daerah tersebut menjadi kabupaten paling rawan bencana di Sumatra Barat.

“Bencana alam berupa banjir, tanah longsor, angin kencang, kebakaran lahan, dan jalan ambles,” ujar Kabid Kedaruratan BPBD Syafrizal.

Tahun ini, Kota Bengkulu lebih siap menghadapi tsunami. Pasalnya, BMKG memasang tiga sirene peringatan dini tsunami di kawasan pantai. (AT/JS/UL/YH/MY/N-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya