Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Bantu Lepasliarkan Harimau Sumatra, Agincourt Resources Kirim Heli

Yoseph Pencawan
05/11/2020 14:00
Bantu Lepasliarkan Harimau Sumatra, Agincourt Resources Kirim Heli
(DOK PTAR)

Dengan kontribusi nyata, PT Agincourt Resources, pengelola Tambang Emas Martabe, telah mendukung Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam melepas liarkan seekor Harimau Sumatra bernama  Sri Nabilla ke Taman Nasional Gunung Leuser.

Dukungan itu terutama setelah Sri Nabilla dibawa melalui jalur darat dari Sanctuary Harimau Barumun Nagari , Aek Godang, Tapanuli Selatan (Sumut), menuju Blangkejeren, Gayo Lues (Aceh).

"Dukungan yang kami berikan adalah fasilitas pengangkutan atau alat transportasi berupa helikopter dan pilot dari Bandara Patiambang di Gayo Lues," ungkap Sanny Tjan, Direktur Hubungan Eksternal PT Agincourt Resources (PTAR), Rabu (4/11).

Selain itu, beberapa manajemen PTAR juga melibatkan diri dalam proses pelepas liaran harimau betina tersebut. Yakni Manajer Hubungan Pemerintahan PTAR Irwanto Situmorang dan Superintendent Hubungan Eksternal Departemen Eksplorasi PTAR Gunawanta Bangun.

Sanny Tjan mengatakan, dukungan ini merupakan bukti komitmen perusahaan terhadap pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan.

Dia memastikan, perusahaannya tidak hanya selalu memertahankan pencapaian kepatuhan pengelolaan lingkungan sesuai perundang-undangan, tetapi juga secara aktif mendukung pemerintah.

Terutama instansi pemerintah di wilayah operasional tambang untuk mengelola lingkungan secara berkelanjutan.

"Salah satunya adalah dukungan perlindungan atas flora dan fauna," imbuh Sanny Tjan.

Lebih lanjut, Sanny menerangkan, PTAR selama ini telah bekerja sama dengan Scorpion Foundation Indonesia untuk mendukung upaya-upaya proteksi dan konservasi di Tapanuli Selatan.

Selain untuk Sri Nabilla, pada September 2020, bersama Scorpion Foundation dan BBKSDA Sumut, mereka juga terlibat dalam upaya penyelamatan beberapa unggas yang dilindungi. Yakni burung Nuri Merah (Red Lory/Eos Bornea), burung berparuh besar (Rhinoceros) dan elang (Niseaetus Cirrhatus).

Saat ini elang tersebut sudah dalam pengawasan dan perawatan lebih lanjut di Pusat Transit Satwa Liar di Sipirok dan rencananya akan dilepasliarkan di Hutan Batangtoru.

Manajer Senior Komunikasi Korporat PTAR Katarina Siburian Hardono menambahkan, perusahaannya juga terus berkomitmen menerapkan praktik pengelolaan lingkungan berkelanjutan di lingkungan internal operasional Tambang Emas Martabe.

Salah satunya melalui program rehabilitasi. Pada 2019, PTAR telah mengajukan revisi dokumen penutupan tambang dengan nilai jaminan US$28,3 juta sehingga seluruh area operasional tambang telah memiliki rencana penutupan tambang.

"Sepanjang tahun lalu pula, seluas total 35,5 hektare area telah distabilkan dengan tanaman penutup," ujarnya.

Sebanyak 2.886 bibit telah ditanam selama 2019 dan perusahaan juga telah menyiapkan 5.828 bibit dari 45 spesies tanaman di fasilitas pembibitan (nursery).

Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi Sumatera Utara bersama dengan beberapa institusi dan organisasi terkait lain telah melepas liarkan seekor Harimau Sumatra yang diberi nama Sri Nabilla, pada Selasa (3/11).

"Sesuai rencana, pada kami telah melepas liarkan Sri Nabilla ke daerah Kappi di Taman Nasional Gunung Leuser," ungkap Kepala BBKSDA Sumut Hotmauli Sianturi.

Daerah Kappi yang merupakan zona Inti dari Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) di Kabupaten Gayo Lues, Aceh, dipilih menjadi habitat baru Sri Nabilla berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan.

Lokasi itu dianggap cocok untuk lepas liar karena ditemukan kaisan harimau. Temuan itu dapat diartikan bahwa daerah Kappi, tepatnya di Cempege, merupakan habitat Harimau Sumatra.

Lokasi lepas lias berada di areal seluas sekitar empat hektare dan berketinggian 1.320 meter di atas permukaan laut. Lokasinya berupa lahan datar, terbuka, berbatu, dan merupakan bagian dari zona inti TNGL yang menyatu dengan hutan zona inti TNGL.

Lokasinya juga dekat dengan sumber air dan terdapat saltlick yang tersebar. Di lokasi ini juga ditemukan tanda-tanda keberadaan satwa mangsa seperti rusa, kijang dan kambing hutan.

Sri Nabilla sebelumnya sempat berkonflik dengan warga Desa Tapus Sipagimbal, Kecamatan Aek Bilah, Kabupaten Tapanuli Selatan, mulai bulan Mei 2020.

Setelah itu Sri Nabilla sempat tak muncul lagi. Namun pada 4 Agustus 2020 harimau itu diketahui memangsa seekor anjing dan ular serta ternak warga. Pada 15 Agustus 2020, Sri Nabilla kembali memangsa ternak, yakni seekor kambing, di dekat pemukiman warga.

Sampai kemudian pada 22 Agustus 2020, tim dari BBKSDA Sumut turun ke lokasi bersama dengan personel Koramil setempat dan masyarakat. Mereka memasang perangkap (kandang jebak).

Dua hari kemudian harimau berusia sekitar tiga tahun itu masuk perangkap. Lalu dievakuasi dan diobservasi ke Sanctuary Harimau Barumun Nagari, Tapanuli Selatan.

Saat itu, Sri Nabilla secara umum dalam kondisi sehat, tetapi mengalami malnutrisi sehingga bobotnya hanya 45,2 kg. Harimau itu juga mengalami dehidrasi dan anemia sehingga kondisinya cukup lemah.

Banyak juga ditemukan parasit
externa (kutu) pada tubuhnya dan terdapat indikasi gangguan hati. Setelah ditangkap, pengecekan kesehatan secara berkala dilakukan terhadap Sri Nabilla selama 2,5 bulan dalam perawatan di Sanctuary Harimau Barumun Nagari.

Pengecekan kesehatan yang pertama dilakukan pada 25 Agustus 2020 dan selanjutnya pada 8 September 2020. Dalam pemeriksaan yang kedua, kesehatan dan perilaku harimau itu mulai menujukkan kondisi yang semakin sehat dan baik.

Selama dalam masa perawatan
monitoring juga selalu dilakukan terhadap nafsu makan, agresifitas serta pergerakannya. Hasil pengecekan medis terakhir, yakni pada  tanggal 30 Oktober 2020 menunjukkan kondisi Sri Nabilla sehat dan siap untuk dilepasliarkan.(YP/OL-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian
Berita Lainnya