Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Almarhum Hery Sempat Kirim Foto Sebelum Heli Jatuh

Micom
22/3/2016 09:38
Almarhum Hery Sempat Kirim Foto Sebelum Heli Jatuh
(ANTARA/Widodo S. Jusuf)

BERBAGAI karangan bunga ucapan bela sungkawa tampak berjajar di sepanjang area Skuadron 17, Lanud Halim Perdanakusuma. Ada karangan bunga dari Presiden Jokowi dan keluarga, Panglima TNI Gatot Nurmantyo dan istri Nenny Gatot Nurmantyo, Kapolri Jenderal Badrodin Haiti, Ketua Bhayangkari Ninin Badrodin Haiti, Wakapolri Komjen Budi Gunawan, KSAU Marsekal TNI Agus Supriatna, KSAD Jenderal Mulyono dan sebagainya.

Bertempat di hanggar baseops Lanud Halim Perdanakusuma, berjejer 13 peti jenazah korban kecelakaan Helikopter TNI-AD Jenis Bell 412 (HA-5171) di Poso, Sulawesi Tengah. Salah satu korban prajurit TNI asal Lampung, Kolonel Inf Hery Setiady, 46.

Di rumah duka di kawasan Jalan P Antasari, Gang Mulia Sari, Kelurahan Kedamaian, Bandar Lampung, juga berjejer karangan bunga seperti dari alumni SMA 3 Bandar Lampung dan dari pihak Korem 043/Gatam.

Sejumlah pelayat telah berkumpul untuk mendoakan kepulangan ke Sang Khalik terhadap pria yang merupakan lulusan akademi militer tahun 1993 itu, baik dari keluarga, rekan, kerabat, serta puluhan teman SMP 5 tempat Hery menimba ilmu dulu.

Kolonel Inf Hery Setiady meninggalkan seorang istri Feqwintina Puspa Indah dan 3 orang anak yaitu Aria Sakti Wirasena, 16, Cantas, 13, dan Puan, 9 yang berkediaman di Yogyakarta.


Di awal karir kemiliterannya, Hery menjabat sebagai Komandan Kompi Binjai, Medan dan setelah itu mendapatkan banyak penugasan di Badan Inteligen Strategis (BAIS).

Di dalam rumah tersebut, hanya terdapat beberapa saudara Hery yang sedang berduka, sedangkan saudara kandung lainnya menyaksikan pemakaman putra ke-4 dari 9 bersaudara pasangan Kapten Purnawirawan Ardi Salam dan Alm Emas Marliyah di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta.

Agus Sriyanto, Narni Kusmiati, Sri Muliati, Eli Nurhayati, Yus Hernandi, Adi Hardianto, dan Tri Hardini, serta Kapten Purnawirawan Ardi Salam telah berangkat ke Kalibata, Jakarta untuk melihat anak kandung dan saudara untuk terakhir kalinya itu. “Tadi berangkat sekitar pukul 09.00 ke Jakarta sama kakak dan adik almarhum Hery,” kata Basuki, adik ipar Hery di rumah duka, Senin (21/3).

Dia mengaku, sebelum terjadinya musibah itu, tidak ada satu pun keluarga yang memiliki firasat akan adanya kecelakaan maut. Namun, Basuki hanya mengingat sebelum terjadinya kecelakaan di Dusun Patire Bajo, Poso, Sulawesi Tengah, Minggu (20/3), Hery sempat mengirimkan fotonya yang sedang berada di dalam helikopter tersebut ke grup keluarga Blackberry Mesanger (BBM).

“Dia (Hery) mengirim foto di dalam heli itu pada Minggu pagi dan sedikit ada obrolan juga dalam grup keluarga BBM itu,” ungkapnya.

Selain itu, kata dia, pria yangn baru naik pangkat menjadi Kolonel Inf itu juga mengajak untuk melakukan perkumpulan keluarga untuk memperingati 100 hari meninggal dunianya ibu Hery, yaitu Alm Emas Marliyah.

“Jumat (25/3) ini dia yang minta semua keluarga untuk kumpul di Lampung karena ibu 100 hari. Kata dia (Hery, red) bisa nggak bisa harus disempatkan dan kalau tidak ada ongkos akan diongkosin, tetapi tuhan berkehendak lain dan keluarga kaget mendapat kabar seperti itu, karena banyak agenda yang masih belum terwujud. Mungkin itu salah satu firasat nya,” jelasnya.

Dia mengungkapkan, pihak keluarga mengetahui peristiwa kecelakaan itu setelah diinformasikan oleh Markas Besar TNI Jakarta sekitar pukul 17.00 Minggu jika adanya kecelakaan helikopter di Poso. Kemudian mendapatkan kabar kembali sekitar pukul 19.30 jika pria yang telah naik pangkat menjadi Kolonel Inf sejak Maret 2015 itu dipastikan di dalam helikopter dan meninggal dunia.

Lina Herayati, adik ke-7 Hery, mengatakan terakhir kakaknya itu pulang ke Lampung saat sebelum ditugaskan ke Poso, Sulteng. Di akhir November, Hery berpamitan kepada ayah dan saudaranya untuk pindah tugas di Poso selama beberapa bulan.


“Sebelumnya kakak tugas di Mabes TNI, sebelum berangkat Hery ziarah ke makam ibu dan pamit sama bapak,” terangnya.

Menurut Lina, hal yang sangat berkesan ketika bertemu saat ayah memanggil Hery sebagai Jenderal. “Kalau di rumah, bapak manggil dia jenderal. Dari kecil orangnya bersih dan rapih, jadi kalau ke pulang ke Lampung, semuanya bagian rumah dibersihkan. Dia juga sangat sayang keluarga terutama orang tua, seperti waktu ibu sakit walaupun dia lagi dinas di Jakarta, dia tetap ngurusin ibu dan kalau pulang ke Lampung pasti nyarinya mie pangsit atau bakso,” kata dia.

Dia meminta seluruh keluarga berkumpul Jumat (25/3) untuk mengenang 100 hari kepergian ibunya. Ternyata dia pergi duluan. (Lampung Post/X-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gaudens
Berita Lainnya