Headline
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia
MALAM itu, sekitar pukul 18.00 WIB, langit sudah pekat menyelimuti Dusun Bambangan
HARIMAU Sumatra dewasa diperkirakan berumur 8-9 tahun berjenis kelamin betina ditemukan telah menjadi bangkai membusuk di hutan produksi atau sekitar 45 meter dari batas konsesi PT Seraya Sumber Lestari (SSL) di Dusun Bedeng, Desa Tasik Betung, Kecamatan Sungai Mandau, Kabupaten Siak, Riau.
Lokasi harimau betina yang mati dalam kondisi terjerat sling di bagian leher di Desa Tasik Betung itu juga tidak jauh dari zona inti cagar biosfer giam siak kecil. Dimana pada Juli lalu telah disepakati antara Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau dan Yayasan Arsari Djojohadikusumo untuk menjadi pusat konservasi harimau sumatra.
Lokasi itu juga dikelilingi sejumlah konsesi perusahaan yang masih menjadi zona jelajah bagi harimau sumatra di wilayah tersebut.
"Lokasi ditemukannya kematian harimau, berada di hutan produksi, 45 meter dari batas konsesi PT Seraya Sumber Lestari. Konservasi satwa liar dilindungi menjadi tanggung jawab semua pihak terutama pemangku wilayah termasuk Dinas LHK Provinsi dan konsesi," kata Kepala Bidang Wilayah II BBKSDA Riau Heru Sutmantoro, Kamis (3/9).
Heru menjelaskan, pada saat ditemukan keadaan bangkai harimau sudah membusuk. Diperkirakan kematian sudah 10 hari yang lalu. Hasil pemeriksaan bangkai atau nekropsi ditemukan jerat sling yang melingkar di bagian leher.
"Selanjutnya bangkai sudah dilakukan penguburan di lokasi yang aman. Lokasi di Kabupaten Siak," ungkapnya.
Heru jug memohon maaf terkait kasus kematian harimau itu tidak diumumkan BBKSDA Riau. Hal itu menyangkut keberadaan populasi harimau di sana dan upaya penyelamatannya.
"Ini mungkin sebuah kebijakan yang perlu dipahami, publikasi juga bisa menyebabkan tingkat keterancaman satwa harimau juga tinggi. Terus terang hasil pemantauan, kegiatan praktek perburuan juga meningkat," tukas Heru.
Sebelumnya pada Juli lalu, BBKSDA Riau bersama Yayasan Arsari Djojohadikusumo menyepakati pembangunan pusat konservasi harimau sumatra yang akan dilaksanakan di zona inti cagar biosfer Giam Siak Kecil, Kabupaten Siak dan Bengkalis, Riau.
Kawasan konservasi itu memiliki kurang lebih 200 ribu hektar hutan primer rawa gambut, populasi satwa mangsa yang melimpah, dan dukungan pemerintah daerah setempat.
"Pembangunan di zona inti cagar biosfer persisnya di Suaka Margasatwa Giam Siak Kecil, Desa Tasik Betung, Kecamatan Sungai Mandau, Kabupaten Siak. Dimana areal kerjasama meliputi juga di Suaka Margasatwa Bukit Batu, Desa Temiang, Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis," kata Kepala BBKSDA Riau Suharyono.
Ia menjelaskan, kesepakatan kerjasama ditandatangani bertempat di Kantor Arsari Djojohadikusumo, MidPlaza 2, Jakarta. Penandatanganan dilakukan Kepala BBKSDA Riau dengan Direktur Eksekutif Yayasan Arsari Djojohadikusumo, yang disaksikan Dirjen KSDAE, Ketua Yayasan Arsari Djojohadikusumo, dan Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati KLHK.
"Adapun kerjasama ini dilakukan terutama untuk konservasi spicies dan habitat Harimau Sumatra khususnya pada habitat ekosistem rawa gambut," ungkap Suharyono.
Ia mengatakan, latar belakang dari kerjasama itu adalah intensitas konflik Harimau Sumatra dan manusia yang sering terjadi di Provinsi Riau. Selain itu, belum adanya tempat rehabilitasi Harimau Sumatra di Provinsi Riau. Ditambah lagi tingginya ancaman perburuan dan aktivitas ilegal, serta perubahan dan degradasi serta fragmentasi habitat yang terjadi.
Menurutnya, kondisi itu sebagai akibat dari menyempitnya habitat harimau karena peralihan kawasan menjadi perkebunan, pemukiman dan HTI. Sehingga area jelajahnya menjadi terbatas dan sebagian besar berada di luar kawasan konservasi.
"Kasus kematian satwa liar terkhusus Harimau Sumatra beberapa kali terjadi terutama disebabkan karena kegiatan perburuan dengan pemasangan jerat satwa. Disamping kematian, juga menimbulkan adanya luka yang perlu penanganan secara medis," papar Suharyono.
Sejauh ini, lanjutnya, upaya untuk melakukan pencegahan yang dilakukan adalah dengan melakukan kegiatan operasi atau patroli sisir jerat secara rutin. (OL-13)
Baca Juga: Peringati Global Tiger Day , Lindungi Harimau Sumatera
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved