Headline

Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.

Fokus

Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.

Warga Pangabatang Harus Mendayung Sejauh 7 Km Demi Air Bersih

Gabriel Langga
30/8/2020 06:52
Warga Pangabatang Harus Mendayung Sejauh 7 Km Demi Air Bersih
Warga Desa Pangabatang, NTT harus mendayung sejauh 7 kilometer untuk mendapatkan air bersih(MI/Gabriel Langga)

DEMI mendapatkan air bersih untuk konsumsi sehari -hari, warga Pangabatang, Desa Parumaan, Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, harus bekerja keras menyeberang laut selama berjam-jam.

Dengan menggunakan perahu sampan, warga desa yang memiliki 87 KK itu harus berdayung sampan sejauh 7 kilometer menuju Desa Kojagete untuk membeli air bersih.

Kepala Seksi Pemerintahan Desa Parumaan, Bading Salasa, saat ditemui Media Indonesia, Sabtu (29/8), di Pangabatang mengakui warga Pangabatang sejak dulu kesulitan air bersih untuk kebutuhan minum dan memasak sehari-hari.

Baca juga: Kekeringan Melanda Sejumlah Wilayah

Sementara untuk kebutuhan cuci dan mandi sehari-hari, warga menggunakan air laut. Kebetulan di desa itu telah dibangun tiga sumur yang digunakan untuk seluruh warga Pangabatang.

Sedangkan untuk kebutuhan minum dan memasak, kata dia, warga terpaksa menggunakan sampan menuju ke Desa Kojagete agar bisa mendapatkan air bersih.

"Mereka harus berdayung sampan sekitar 7 kilometer agar bisa sampai di Desa Kojagete. Untuk ambil air di situ, warga harus membelinya dengan harga satu jerigen air bersih yang 30 liter Rp5.000. Air yang dibeli ini hanya untuk minum dan memasak saja. Mandi dan cuci kami sudah terbiasa dengan air asin," papar Bading.

Dikatakan dia, meski cuacanya tidak mendukung, warga tetap pergi membeli air bersih dengan menggunakan sampan.

"Kalau musim gelombang, mau tidak mau warga tetap pergi ambil air. Kita memang kesulitan air bersih untuk minum dan memasak saja," tandas Bading.

Bading menyampaikan pihak Desa Parumaan juga telah memberikan bantuan untuk warga berupa profil tank. Profil tank ini digunakan untuk warga menampung air hujan yang nantinya bisa digunakan untuk minum dan memasak.

"Profil tanknya kita sudah berikan kepada mereka. Jadi kalau musim hujan, profil tank itu bisa tampung air hujan. Untuk sementara kan belum musim hujan. Jadi profil tank itu untuk menampung air bersih yang mereka beli tadi," ujar Bading.

Ia menambahkan, untuk penerangan, warga menggunakan genset atau tenaga surya. Pasalnya, belum ada sambungan listrik di desa itu.

"Kita di sini belum ada jaringan listrik PLN. Jadi bagi warga yang ada solar, pada malam hari pasti ada penerangan. Sementara yang tidak ada solar meskipun ada genset pasti malam hari gelap. Sebab solarnya harus kita beli lagi di kota," pungkas dia  (OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya