Headline
Rakyat menengah bawah bakal kian terpinggirkan.
KAPAN radikalisme dan intoleransi menjadi-jadi? Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Boy Rafli Amar menyatakan waktunya bertepatan dengan perkembangan pesat media sosial.
“Penyebarannya semakin menjadi seiring dengan terus berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi. Terutama setelah pengguna media sosial terus meluas di masyarakat,” tandasnya, dalam Diskusi Daring : Merajut Harmoni, Menepis Radikalisme, yang digelar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran, Bandung, kemarin.
Untuk itu, berbagai upaya harus dilakukan untuk mengimbangi gempuran narasi negatif, demi menjaga keutuhan bangsa. “Indonesia saat ini rentan dengan pengaruh narasi-narasi yang memecah persatuan dan kesatuan bangsa. Kita rentan dari pengaruh konten-konten radikal.”
Menurut Boy, tidak mudah untuk membendung arus informasi yang masuk. Pengaruh negatif ini semakin mudah diterima masyarakat awam karena menggunakan doktrin-doktrin agama yang sesungguhnya tidaklah benar.
Sementara itu, staf pengajar Fikom Unpad, Edwin Rizal menyatakan komunikasi yang positif ampuh untuk mencegah perpecahan di masyarakat. “Melalui komunikasi, bisa memperkuat persatuan, persaudaraan, dan toleransi.”
Untuk itu, pakar komunikasi harus dilibatkan, sehingga kerja BNPT semakin tajam dan efektif. Para praktisi juga bisa berperan dengan memberi pemahaman kepada masyarakat tentang cara-cara yang baik dalam berkomunikasi.
“Berkomunikasi yang baik akan menimbulkan toleransi. Empati menimbulkan integrasi, sehingga persatuan dan kesatuan selalu terbina,” tegasnya.
Edwin menyebut keteladanan juga sangat diperlukan dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Sebab, banyak tokoh yang berkata ideal, tapi berlaku kebalikannya.
“Kecerdasan dalam komunikasi menjadi bagian tak terpisahkan dalam merajut kebersamaan dan kebangsaan. Dengan konten dan narasi yang cerdas yang diproduksi dan didistribusikan media, kita bisa membangun penangkal konten radikalisme dan intoleransi,” tandas Edwin. (BY/N-2)
Narasi tandingan tentang nasionalisme dan kebhinekaan masih disajikan secara monoton. “Anak-anak tidak bisa menerima narasi kebangsaan yang membosankan
KEPALA Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Eddy Hartono mengunjungi dan berdialog dengan masyarakat di 4 titik Desa Siap Siaga Kecamatan Jamblang.
BNPT bersama FKPT Provinsi Bali menyelenggarakan Lomba Gelar Budaya bertajuk Suara Damai Nusantara (SUDARA) guna memperkuat ketahanan siswa-siswi tingkat SMP dan SMA/sederajat
BNPT menyebut seorang perempuan yang sejatinya memiliki nilai keibuan, justru secara sengaja atau tidak sengaja menjadi aktor penting di dalam berbagai peristiwa atau aktivitas terorisme.
Pemerintah Indonesia akan meningkatkan perlindungan untuk kepulangan jamaah haji.
Pencegahan tidak hanya dilakukan dari sisi keamanan tapi juga harus bisa memanfaatkan teknologi IT
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved