Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Komunikasi Cerdas Tangkal Radikalisme

BY/N-2
24/7/2020 04:55
Komunikasi Cerdas Tangkal Radikalisme
Komjen Pol Boy Rafli Amar, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).(MI/Susanto)

KAPAN radikalisme dan intoleransi menjadi-jadi? Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Boy Rafli Amar menyatakan waktunya bertepatan dengan perkembangan pesat media sosial.

“Penyebarannya semakin menjadi seiring dengan terus berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi. Terutama setelah pengguna media sosial terus meluas di masyarakat,” tandasnya, dalam Diskusi Daring : Merajut Harmoni, Menepis Radikalisme, yang digelar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran, Bandung, kemarin.

Untuk itu, berbagai upa­ya harus dilakukan untuk mengimbangi gempuran narasi negatif, demi menjaga keutuhan bangsa. “Indonesia saat ini rentan dengan pengaruh narasi-narasi yang memecah persatuan dan kesatuan bangsa. Kita rentan dari pengaruh konten-konten radikal.”

Menurut Boy, tidak mudah untuk membendung arus informasi yang masuk. Pengaruh negatif ini semakin mudah diterima masyarakat awam karena menggunakan doktrin-doktrin agama yang sesungguhnya tidaklah benar.

Sementara itu, staf pengajar Fikom Unpad, Edwin Rizal menyatakan komunikasi yang positif ampuh untuk mencegah perpecahan di masyarakat. “Melalui komunikasi, bisa memperkuat persatuan, persaudaraan, dan toleransi.”

Untuk itu, pakar komunikasi harus dilibatkan, sehingga kerja BNPT semakin tajam dan efektif. Para praktisi juga bisa berperan dengan memberi pemahaman kepada masyarakat tentang cara-cara yang baik dalam berkomunikasi.

“Berkomunikasi yang baik akan menimbulkan toleransi. Empati menimbulkan integrasi, sehingga persatuan dan kesatuan selalu terbina,” tegasnya.

Edwin menyebut keteladanan juga sangat diperlukan dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Sebab, banyak tokoh yang berkata ideal, tapi berlaku kebalikannya.

“Kecerdasan dalam komunikasi menjadi bagian tak terpisahkan dalam merajut kebersamaan dan kebangsaan. Dengan konten dan narasi yang cerdas yang diproduksi dan didistribusikan media, kita bisa membangun penangkal konten radikalisme dan intoleransi,” tandas Edwin. (BY/N-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik