Headline

Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.

Fokus

Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.

Jatah Rapid Test untuk 5.000 Santri, Baru Terserap Seperlimanya

Heri Susetyo
02/7/2020 16:45
Jatah Rapid Test untuk 5.000 Santri, Baru Terserap Seperlimanya
Dua orang santri mengikuti rapid test atau tes cepat COVID-19 di pondok pesantren Al-Amien, Kota Kediri(Antara/Prasetia Fauzani)

Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sidoarjo memberikan layanan rapid test gratis untuk 5.000 santri yang ada di Sidoarjo. Tujuan tes adalah untuk mencegah penularan covid-19.

Namun ternyata banyak santri pondok pesantren (ponpes) yang enggan mengikuti rapid test. Terbukti hingga kini baru sekitar 1.000 santri atau seperlimanya yang melakukan rapid test.  

Hal ini disampaikan Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Sidoarjo Achmad Amir Sholihuddin saat menghadiri rapat koordinasi bersama dengan Lembaga Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama Sidoarjo, Kamis (2/7).

"Tujuan membuka pelayanan rapid test secara gratis adalah untuk memberikan rasa aman kepada seluruh santri ketika akan masuk pondok, sehingga nantinya tidak akan ada penularan antarsantri," jelas Amir.

Namun, imbuhnya, ternyata masih belum terserap sepenuhnya. "Karena dari jatah 5.000 rapid test, hanya 1.000 santri yang telah bersedia di-rapid test," kata Amir.

Kemenag Sidoarjo sebenarnya sudah menginstruksikan kepada semua Kepala Urusan Agama di tingkat kecamatan untuk menindaklanjuti kegiatan ini kepada semua ponpes di wilayahnya masing-masing.

Baca juga: Tiga Kabupaten di Bengkulu jadi Zona Hijau Covid

Dalam hal ini, Kemenag Sidoarjo telah berupaya mensosialisasikan adanya rapid test secara gratis kepada santri maupun kiai. Namun, hingga kini, ternyata baru 4 ponpes skala sedang, yang bersedia mengikuti rapid test gratis tersebut. Jumlah santri di 4 ponpes tersebut sekitar 1.000 orang.

"Kita memang harus sabar sosialisasi ke kiai dan santri. Ini kan upaya. Kalau memang ada kejadian itu takdir, tapi kalau tidak ada upaya itu namanya bunuh diri," kata Amir.

Seorang pengurus Ponpes Jabal Noer Kecamatan Taman Misbahhudin mengaku belum mau melakukan rapid test meski ada bantuan dari pemerintah. Dia beralasan masih terjadi silang pendapat di antara pengurus ponpes, sehingga perlu penjelasan ulang dari pemerintah.

"Santri kita saat ini belum masuk, namun saat masuk nanti, para santri kita syaratkan membawa surat sehat dari dokter, termasuk di dalamnya hasil rapid test dari daerahnya masing-masing," kata Misbahhudin. (OL-14)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bude
Berita Lainnya