Headline

Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.

Fokus

Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan

Mumi Pumo tidak Lagi Dikunjungi Wisatawan

Antara
10/5/2020 18:57
Mumi Pumo tidak Lagi Dikunjungi Wisatawan
Mumi Agat Mamete Mabel, Kampung Wogi, Distrik Silokarnodoga, Kabupaten Jayawijaya.(Antara)

AKIBAT penyebaran Covid-19, tak ada kunjungan wisatawan lagi ke mumi Pumo di Kampung Wogi, Distrik Silokarnodoga, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua, yang biasanya ramai dikunjungi sebelum penyebaran corona jenis baru itu.

Untuk mencegah penyebaran Covid-19 di Papua maka penerbangan penumpang dari Sentani menuju Wamena, Jayawijaya dihentikan sementara, hal ini berdampak pada kunjungan wisatawan di Lembah Baliem, Kabupaten Jayawijaya.

Tidak adanya kunjungan wisatawan ini berdampak pada obyek wisata mumi Pumo di Kampung Wogi, Distrik Silokarnodoga, Kabupaten Jayawijaya

Eli Mabel, penjaga mumi Pumo atau dikenal juga dengan mumi Agat Mamete Mabel ketika dikonfirmasi dari Jayapura, Minggu, mengatakan, pada hari-hari biasa ada saja biro perjalanan travel yang datang memandu wisatawan berkunjung ke mumi Pumo.

Paling banyak kunjungan pada saat berlangsungnya Festival Budaya Lembah Baliem. "Saya membuat honai khusus untuk menyimpan mumi Pumo, dengan biaya pribadi, honai ini lantainya saya buat panggung, agar mumi tidak langsung menyentuh tanah, bisa tersimpan baik di tempat kering tidak lembab," katanya.

Lanjut dia, setiap wisatawan berkunjung, untuk satu orang membayar Rp50 ribu, itu uang kalau sudah terkumpul digunakan untuk perawatan mumi dan honai. Namun sejak tidak ada wisatawan, sehingga ia melakukan perawatan secara swadaya, dengan uang pribadi.

Sementara itu, Peneliti dari Arkeologi Papua Hari Suroto menyebutkan, terdapat empat mumi di Lembah Baliem, Jayawijaya yang sudah dikonservasi, yaitu mumi Araboda, Aikima, Pumo dan Yiwika.

Selama ini penjaga mumi, kata dia, merawat mumi dengan cara menempatkannya di honai khusus, mereka menjaganya dari gangguan serangga, tikus maupun anjing.

Lanjut dia, sehingga para penjaga mumi tersebut kalau malam harus tidur di honai tempat mumi disimpan. Donasi wisatawan maupun pengunjung sangat membantu para penjaga mumi ini.

"Upaya mereka merawat mumi secara swadaya perlu diapresiasi, karena mumi merupakan tinggalan budaya yang harus terus dijaga dan dipelihara agar tidak musnah," tambah Hari Suroto. (OL-12)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Retno Hemawati
Berita Lainnya